Jurnal Edisi Juli - Desember 2023

APA YANG DIAJARKAN ALKITAB

(Teologi Sistematika)





EDITORIAL

Jurnal Sabda Hidup mulai diterbitkan setiap 6 bulan sekali (per semester), dan pada edisi Juli-Desember 2023 tema yang diangkat adalah "APA YANG DIAJARKAN ALKITAB" (Teologi Sistematika). Topik-topik yang dibahas dalam jurnal ini ditulis oleh para dosen NSSBS dan para penginjil yang setia dalam kebenaran. Pada jurnal semester pertama ini hanya empat topik yang dimuat dan pada jurnal semester berikutnya ada empat topik lagi yang akan dimuat dengan tema yang sama.

Sudah lama orang Kristen di Indonesia membutuhkan satu buku yang berisi pokok-pokok ajaran Alkitab. Buku yang demikian diperlukan untuk membantu anggota-anggota jemaat dalam memahami ajaran-ajaran dasar Alkitab, sehingga mereka dapat bertumbuh dalam iman dan tidak diombang-ambingkan oleh berbagai-bagai jenis pengajaran palsu.

Ajaran-ajaran dasar Alkitab seperti; Keberadaan Allah, Pengilhaman Alkitab, Kristus, Roh Kudus, Manusia, Dosa, Gereja dan lain sebagainya, di lapangan teologi disebut “Teologi Sistimatika.” Ajaran tentang Allah disebut Teologi, tentang Kristus disebut Kristologi, tentang Malaikat dan Roh jahat disebut Angelogi dan Satanologi serta Demonologi, tentang Alkitab disebut Bibliologi, tentang Manusia disebut Antropologi dan tentang hal-hal akhir disebut Eskatologi serta masih banyak bidang-bidang lainnya dengan sebutannya masing-masing.

Harapan kami semoga jurnal ini dapat membantu pemahaman kita tentang pokok-pokok dasar ajaran Alkitab.

APA YANG DIAJARKAN ALKITAB TENTANG ALLAH

Oleh Timbul M. T. Sirait, A.A., S.Th., M.P.S., M.Pd.


PENDAHULUAN

Alkitab sangat kaya akan informasi tentang Allah yang kekal yang telah menyatakan diriNya sebagai Allah yang Esa, yang eksis dalam tiga pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan dari sifat dasar, sama-sama kekal, berkeberadaan yang sama, memiliki sifat, kuasa dan kemuliaan yang maha tinggi.

Walaupun topik ke-Allah-an adalah konsep yang sangat terkenal namun topik ini paling susah dimengerti orang. Sebab itu diperlukan pelajaran Teologi yang benar bagi semua orang Kristen. Keberadaan Allah sebenarnya telah menjadi suatu fakta Kitab Suci. Bait pembukaan Kitab Suci dimulai dengan, “Pada mulanya Allah...” (Kejadian 1:1). Allah menjadi Personal pertama yang disebutkan dalam Alkitab. Allah harus diyakini dan dipercayai, sebab Dia-lah sumber kehidupan dan untuk beroleh hidup maka harus percaya adanya Allah (Ibrani 11:6). Percaya pada Allah adalah suatu prasyarat untuk memiliki Allah dan untuk memiliki jaminan agar manusia itu mengerti dirinya sendiri dan lingkungannya.

Banyak orang bertanya, “Apakah benar Allah itu ada? Kalau ada siapakah Allah itu? Ada berapa Allah itu? Bagaimana dengan sifat dari keberadaanNya?” Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan benar untuk menyembuhkan pemikiran-pemikiran yang sesat tentang Allah.

BUKTI-BUKTI KEBERADAAN ALLAH

Kejadian 1:1 ayat pertama dalam Alkitab menyebutkan nama Allah sebagai pencipta langit dan bumi. Banyak orang yang percaya akan adanya Allah, tetapi tidak sedikit orang yang akan bingung untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana Anda membuktikan keberadaan Allah?” Keadaan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak abad pertama sehingga Petrus perlu mengingatkan jemaat di Asia Kecil untuk selalu siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan-jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan-jawab dari mereka tentang pengharapan yang ada pada mereka, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Seseorang mungkin bertanya kepada kita, “Dapatkah Anda mengetahui bahwa Allah itu ada?” Jawabannya pasti dapat. Namun jawaban ini tidak cukup. Perlu bukti-bukti untuk menguatkan keyakinan kita bahwa Allah itu ada.

Ada beberapa argumen yang bisa ditarik untuk menguatkan bukti keberadaan Allah:

  1. Argumen Kosmologikal (The Cosmological Argument).
  2. Bahasa Yunani “ kosmos” berarti dunia . “Inilah argumen yang menyatakan bahwa dunia (kosmos) adalah akibat yang dihasilkan oleh Penyebab Utama (Primal Cause), yang mana dari sudut pandang natural, pastilah Ia Seseorang.”1. Argumen ini melihat kepada dunia dan kemudian berargumentasi dari hukum sebab dan akibat. Sesuatu itu ada pasti ada penyebabnya. Dunia ini sekarang ada. Dunia ini adalah sebuah akibat, jadi pasti ada penyebabnya. Salah satu tokoh utama yang pernah mempopulerkan argumen ini adalah Thomas Aquinas. Sebagai seorang apologist Kristen dia berusaha untuk membela keberadaan Allah di hadapan musuh-musuh Kristen pada abad ke-12. Dasar dari argumen Aquinas adalah bahwa “Sesuatu tidak bisa datang dari yang tidak ada” Something cannot come from nothing.

    Dalam Summa Theologica dia secara khusus memberikan pembuktian dari eksistensi Allah dalam beberapa poin:2

    • Pasti ada Penggerak Utama (Prime Mover) dari segala yang bergerak.
    • Semua akibat pastilah ada penyebabnya
    • Jika sesuatu tidak pernah ada pada masa lampau, maka sesuatu itu tidak akan ada sekarang
    • Pasti ada standard untuk moral yang baik
    • Pasti ada inteligensia yang bisa mengarahkan segala sesuatunya menuju kepada akhir.
  3. Argumen Teleologikal (The Teleological Argument).
  4. “Teleos” berarti akhir, tujuan. Argumen ini disebut juga argumen disain dan tujuan. “Argument Teleologikal adalah argumen dari keberadaan Ilahi yang berdasar pada bukti dari disain, tujuan, dan adaptasi dalam ciptaan.”3 Bukan hanya berbicara masalah alam semesta tetapi juga rancangan alam semesta yang begitu menakjubkan ini. Disain yang sempurna dari alam semesta ini menunjukkan kesempurnaan dari Perancangnya. Jika jam tangan ada karena ada yang merancangnya, jika gaun pengantin bisa begitu indah karena ada perancangnya, jika bangunan berdiri begitu megah karena ada arsiteknya, lalu bagaimana dengan alam semesta ini? Pemazmur berkata “Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu" (Mazmur 102:26); Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2). Bagaimana kita mempercayai hal ini? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).

  5. Argumen Antropologi (The Antropological Argument).
  6. “Antropos” berarti manusia. Manusia adalah sebuah maha karya Allah. Dia diciptakan menurut rupa dan teladan Allah (Kejadian 1:26, 27). Manusia mahluk paling pintar, memiliki intelektualitas yang melebihi segala mahluk yang lain. Jumlah mereka sudah bermiliar namun setiap orang dari mereka berbeda dan unik. Organ-organ tubuh yang sesuai tempat dan fungsi. Bukankah hal ini menunjukkan keberadaan Sang Penciptanya yang adalah Allah?

  7. Argumen Ontologikal (The Ontological Argument).
  8. “Ontologi adalah pengetahuan tentang sesuatu mahluk, yaitu sesuatu yang eksis.”4 Menurut argumen ini bahwa manusia itu bukan saja mahluk ciptaan yang berakal tetapi juga memiliki intuisi tentang keberadaan Allah. Manusia itu dilahirkan dengan pengetahuan. Secara intuitif manusia itu mengetahui dan mempunyai ide bahwa Allah itu ada. Semua kaum theistik adalah mahluk penyembah. Kita bisa melihat dari kenyataan yang universal dimana manusia itu menyembah Allah atau ilah karena intuisi mereka menginginkan demikian. Bangsa yang pintar seperti Yunani di kota Athena bahkan sampai menyembah Allah yang tidak mereka kenal. (Kisah Rasul 17:23). Davis dalam Philosophy of Religion menjelaskan “argumen ini mencoba untuk membuktikan eksistensi Allah dari pengamatan tentang apa yang kita maksud dengan kata Allah itu sendiri.”5

  9. Argumen Moral (The Moral Argument).
  10. Yesus berkata bahwa manusia tidak hidup dari roti saja. Homer Halley dalam Internal Evidences of Christianity berkata, “Manusia terdiri dari dua keadaan yaitu fisik dan moral (spiritual). Dalam material dunia ada yang bisa memuaskan manusia akan segala keinginan fisiknya. Tidak ada keinginan fisik yang tidak bisa disediakan dan dipuaskan oleh hal-hal fisik. Tetapi ada sesuatu pada diri manusia yang mana hal materi dan fisik tidak bisa memuaskannya. Ada kerinduan yang dalam dan kelaparan yang tidak bisa dipuaskan oleh fisik semata. Hal itu adalah kebutuhan spiritual (religius).”6 Argumen ini mengacu pada fakta bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah. Manusia itu adalah mahluk moral. Manusia itu memiliki nurani tentang hal yang benar dan yang salah, dengan demikian dia memiliki tanggung jawab untuk melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Moral manusia itu adalah kualitas roh manusia yang ditanamkan oleh Allah. Jadi dari moral manusia itu bisa dibuktikan tentang keberadaan Allah. Sebab hanya Allah yang merupakan standar moral. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri, sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.(Roma 2:14, 15).

  11. Argumen Bibliologikal (The Bibliological Argument).
  12. Alkitab dipakai sebagai pembuktian akan keberadaan Allah. Keharmonisan, keunikan Alkitab merupakan suatu bukti keberadaan Allah. Alkitab itu membuktikan keberadaan inteligensi yang lebih tinggi yang menuntun penulis-penulis dalam menuliskan Alkitab. Alkitab sebagai sesuatu yang infabilitas adalah tepat untuk membuktikan keberadaan Allah (Keluaran 3:13).

  13. Argumentasi Sejarah (The Historical Argument).
  14. Beberapa penyelidikan sejarah yang teliti dan akurat serta penemuan-penemuan beberapa benda purbakala (arkeologi) memberikan banyak gambaran bahwa ada Sesuatu atau Seseorang yang bergerak di balik semuanya itu dan Ia adalah Allah. Sejarah yang benar selalu akurat dengan kebenaran yang menceritakan keberadaan Allah. Beberapa contoh peristiwa yang akurat antara arkeologi dengan perkataan Allah seperti kehancuran kota Yerikho, kekalahan tentara Babilonia, dan lain-lain.

NAMA-NAMA ALLAH

Seberapa pentingkah sebuah nama? Dahulu kala nama seseorang bisa menceritakan banyak hal tentang orang tersebut. Adam (red earth) memberi arti jikalau dia diciptakan dari tanah merah. Abraham artinya bapak dari banyak bangsa. Allah telah menjanjikan kepadanya bahwa dari keturunannya akan lahir banyak bangsa. Bahkan nama akhir seseorang juga bisa mengindikasikan pekerjaan seseorang. Di Eropa nama akhir Carpenter mengindikasikan seorang tukang bangunan, Gardener mengindikasikan seorang tukan kebun, dan lain-lain. Nama juga bisa mengindikasikan posisi dan tempat tinggal seseorang. Kevin J Corner menyimpulkan bahwa secara mendasar nama-nama Allah terbagi dalam dua kelompok yaitu nama-nama Penciptaan ( Eloistic) dan nama-nama Penebusan (Jehovahistic). Dia berkata, “Salah satu ladang wahyu paling kaya yang telah diberikan Allah mengenai keberadaanNya adalah nama-nama yang memberi arti bagi pribadi Allah itu sendiri. Secara mendasar nama Allah bisa dibagi dalam kategori Penciptaan dan Penebusan yang disebut Eloistic dan Yehovahistic.7

  1. Nama-nama Personal yang berhubungan dengan mahluk ciptaan.
    • Elohim. Nama pertama yang muncul (Kejadian 1:1) yaitu God. El berarti Mighty One atau All-Powerful One ( kuat, penuh kuasa, perkasa). Elohim adalah bentuk jamak El dipakai sebanyak 2750 kali dalam Perjanjian Lama. Elohim berbicara mengenai kejamakan pribadi-pribadi Ilahi dalam ke-Allah-an.
    • El-Elyon. Nama ini memberi arti bahwa Allah bangsa Israel adalah Allah yang Maha Tinggi untuk membedakanNya dari ilah bangsa penyembah berhala (Kejadian 14:17-20).
    • El-Roi. Memberi arti bahwa Allah itu Maha Melihat. Nama ini disebutkan oleh Hagar pada saat dia melarikan diri dari Sarah, istri Abraham (Kejadian 16:6). El-Roy juga telah berkata suatu saat bahwa Dia telah siap untuk membedakan bangsa Israel dengan Mesir.
    • El-Shaddai berarti Allah Maha Kuasa. Nama ini terkenal bagi patriakh (Kejadian 17:1, 8, 15, 22). Dalam Perjanjian Lama Shaddai ditemukan sebanyak 48 kali.
    • Adonai, kata ini berarti Tuan (Master, Lord). Dalam Perjanjian Lama terdapat lebih dari 300 kali (Mazmur 110:1).
    • El-Olam. Allah Maha Kekal (Kejadian 21:33).
    • El-Bethel. Allah di rumah Tuhan (Kejadian 31:13).
    • El-Elohe. Allah Israel (Kejadian 33:20).
    • Eloah. Allah yang Esa (Ulangan 2:15).
    • El-Gibbor. Allah yang Agung/Perkasa (Yesaya 9:6).
    • El-Saboath. Allah Semesta (Mazmur 8:7).
    • Immanuel. Allah Beserta Kita (Yesaya 7:14).
  2. Dalam hubungannya dengan penebusan juga diberikan beberapa nama untuk Allah.
  3. Nama ini bisa juga disebut nama perjanjian.

    • Jehovah. Terdapat sebanyak 8623 dalam Alkitb. Nama yang paling banyak digunakan dari nama yang lain. Secara umum nama ini bisa diterjemahkan Tuhan. Bangsa Ibrani menganggap nama ini sebagai nama Allah yang tidak bisa diucapkan atau dikomunikasikan. Jehovah berarti Aku adalah Aku, Aku adalah sebagaimana Aku ada (Keluaran 6:2-4).
    • Jehovah Elohim terdapat sebanyak 6823 kali. Dalam Perjanjian Lama Jehovah Elohim berarti Tuhan Allah, Pencipta, Penebus.
    • Jehovah Jireh. Allah akan Menyediakan (Kejadian 22:14). Dalam krisis terbesar dalam kehidupan Abraham, Allah tetap menyediakan. Dia telah menyediakan yang terbesar dalam kehidupan umat manusia.
    • Jehovah Tsidkenu. Tuhan adalah Kebenaran Kita (Yeremia 33:16). Tuhan adalah sumber kebenaran.
    • Jehovah Kaddes. artinya Tuhan yang Menyucikan (Keluaran 13:2).
    • Jehovah Shalom. Tuhan adalah Damai Kita (Hakim-hakim 6:24).
    • Jehovah Rohi. Tuhan adalah Gembalaku (Matius 23).
    • Jehovah Shammah. Tuhan Ada Disana (Keluaran 40:34-38). Tuhan itu ada di tengah-tengah bangsa Israel. Dia adalah di tabernakel.
    • Jehovah Nissi. Tuhan adalah Panjiku (Keluaran 17:9-14).
    • Jehovah Rophe. Tuhan Menyembuhkan (Keluaran 15:26).
    • Jehovah Kanna. Tuhan yang Cemburu (Yesaya 9:7).
    • Jehovah Sabaoth. Tuhan Tuan (Pemilik) Alam Semesta (Mazmur 69:6).
  4. Nama Perjanjian Baru untuk Allah
  5. Ada 3 nama yang dominan untuk Allah dalam Perjanjian Baru.

    • Theos. Nama ini yang paling umum diberikan. Theos digunakan memiliki ekuivalen dengan El, Elohim, Elyon.
    • Kurios, mengekspresikan Yehovah. Kurios mengungkapkan Allah sebagai Tuhan, Pemberi hukum, Pemilik dan yang Maha Kuasa. Dalam Perjanjian Baru Kristus dipanggil Kurios (Yakobus 1:1; Yudas 4). Vine memberi komentar tentang Kurios, “Kekuasaan kekal dan ke-Ilahi-an Allah dimanifestasikan dalam ciptaan, ke-Bapak-anNya didalam hubungan spiritual melalui iman adalah subjek dari wahyu Perjanjian.”8
    • Pater. Nama Gerika untuk Bapa (Father) (Yohanes 14:7-10).

TRINITAS ALLAH

Penganut agama Kristen menyebutnya sebagai doktrin Trinitas. Kata trinitas (trinity) berasal dari bahasa Latin, trinus. Menurut Webster, Trinitas berarti Kesatuan dari tiga orang atau benda yang membentuk satu unit, dalam Teologi Kristen berarti Kesatuan dari tiga Pribadi Ilahi (Bapa, Putera, Roh Kudus) di dalam satu Ke-Allah-an.9 Kita harus berhati-hati dalam menggunakan istilah Tritunggal. Dalam menyebutkan istilah ini kita harus murni berfokus pada topik pembicaraan tentang Bapa, Putera dan Roh Kudus yang adalah Satu. Dengan kata lain saat kita menyebutkan istilah Tritunggal yang kita maksudkan adalah tiga Pribadi dalam Ke-Allah-an.10 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28:19,20).

Allah Tritunggal adalah konsep yang paling sulit untuk dimengerti oleh orang-orang di dunia ini. Alkitab mengajarkan bahwa ada Satu Allah. “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa”(Ulangan 6:4). “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku”(Yesaya 44:6). “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6).

Banyak kelompok kepercayaan dalam dunia ini yang menyangkal akan ke-Tritunggal-an Allah dan pada akhirnya mereka juga akan menyangkal Yesus sebagai Kristus.

Perlu pembelajaran yang efektif untuk mengenal ke-Tritunggal-an Allah. Sebab untuk mengerti akan hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sejak permulaan dunia ini kita sudah menemukan bentuk orang pertama jamak dalam menggambarkan tentang Allah. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:26-27).

Ada tiga oknum dalam ke-Esa-an itu. Mereka adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Bapa bukanlah Anak. “Dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku"(Yohanes 8:16-18). Walaupun mereka bukanlah oknum yang sama namun mereka memiliki persamaan dalam doktrin (2 Yohanes 9), mereka sama dalam proteksi (Yohanes 10:27-30), mereka satu dalam perkataan dan pekerjaan (Yohanes 14:8-11), mereka satu dalam tujuan (Yohanes 14:18-28), mereka satu dalam kepenuhan dan anugerah (Kolose 2:8-10), tetapi mereka tidak satu Pribadi. Perjanjian Lama mempersembahkan Allah Bapa sebagai Perancang, Pemberi Hukum. Sementara Perjanjian Baru menyebutNya sebagai Bapa. Roh Kudus bukan sebuah pengaruh belaka. Dia adalah sebuah Personal. Dia memiliki personalitas yang bisa membuatNya berduka, mengajar, menginstruksikan, menyaksikan, dan Dia bahkan dibohongi. Perjanjian Lama menunjukkan Roh sebagai Pengorganisir, Pemberi Hukum sementara Perjanjian Baru memperkenalkanNya sebagai Penghibur. Yesus Kristus bukanlah Bapa atau Roh Kudus. Dia bukanlah mahluk ciptaan Allah seperti keyakinan beberapa orang. Dia adalah seorang Pribadi. Perjanjian Lama memperkenalkan Yesus Kristus Pencipta sementara Perjanjian Baru menyebutNya sebagai Putera.

  1. Pluralitas Allah dalam Perjanjian Lama
  2. Dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat pluralitas ke-Allah-an walaupun belum begitu spesifik seperti apa yang bisa kita lihat dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Lama menekankan tentang kesatuan Allah. Pada mulanya Allah (Elohim, plural) menciptakan langit dan bumi ( Kejadian 1:1) dan Berfirmanlah TUHAN Allah (Elohim) "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita” (Kejadian 3:22). Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (Jehovah, singular) itu Allah (Elohim, plural) kita, TUHAN itu esa! (Ulangan 6:4). Dari ayat-ayat di atas kita bisa melihat penggunaan kata Elohim yang menunjuk kepada pluralitas ke-Allah-an sementara Jehovah berbicara mengenai salah satu dari pluralitas itu.11

  3. Pluralitas Allah dalam Perjanjian Baru
  4. Pluralitas yang menjadi misteri yang besar dalam Perjanjian Lama telah diungkapkan dengan pasti dalam Perjanjian Baru.12 Paulus mengatakan bahwa Yesus telah meninggalkan ke-Ilahi-anNya dan datang ke bumi dalam wujud seorang hamba. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8).

    Yohanes juga menekankan bahwa Firman itu telah ada sejak permulaan. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”(Yohanes 1:1-3).

    Ada beberapa ayat dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan pada pluralitas ke-Allah-an dan juga yang menunjukkan kekekalan dari ketiga Pribadi dalam ke-Allah-an:

    Roma 16:16, Allah yang maha kekal; Wahyu 1:17, menunjukkan bahwa Yesus adalah yang Awal dan yang Akhir; Ibrani 9:14, menunjukkan pribadi Roh Kudus yang berbeda dari Yesus dan Bapa dimana Roh dalam ayat ini dikatakan kekal. Dalam 1 Petrus 1:2, Bapa dikenal sebagai Allah yang maha mengetahui kemudian dalam Ibrani 1:8, Kristus digambarkan sebagai Pribadi yang disebutkan duduk di sebelah kanan Bapa yang di surga dan yang terakhir Roh Kudus yang telah dibohongi oleh Ananias dan Safira digambarkan sebagai suatu Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Yesus (Kisah Rasul 5:3, 4). Dalam ayat-ayat yang lain dalam Alkitab kita bisa melihat ketiganya adalah Pribadi yang berbeda saat mereka disebutkan sebagai Pencipta dunia (2 Korintus 8:6), Bapa sebagai Pencipta kemudian dalam Yohanes 1:1-3, dalam Yesus semuanya diciptakan dan dalam Ayub 33:4, dikatakan Roh yang menciptakan manusia dan memberi dia kehidupan. Dalam peristiwa yang lain ketiga-Nya juga disinggung secara bersamaan tetapi dalam tiga Pribadi yang berbeda. Ketika Yesus dibaptiskan ketiga Pribadi dalam ke-Allah-an muncul dalam waktu yang bersamaan. Yesus dibaptis dan Roh Kudus yang datang seperti burung Merpati dan Bapa yang di surga yang berkata “Inilah Anakku yang Kukasihi.” Kemudian ketika para Rasul diperintahkan untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dengan jelas disebutkan bahwa mereka harus membaptiskan orang yang mereka ajarkan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”(Matius 28:19). Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus adalah Allah yang Esa. KetigaNya adalah Pribadi yang berbeda namun tidak bisa terpisahkan. Hal itu dikarenakan Mereka adalah Satu dalam penciptaan, penebusan, keselamatan. Mereka adalah Satu dalam segala rencana bagi keselamatan manusia.

ATRIBUT/KARAKTERISTIK ALLAH

Atribut menunjukkan kualitas yang dimiliki seseorang. Ketika kita berbicara mengenai atribut Allah, maka kita berbicara mengenai kualitas yang dimiliki Allah. Fitzwater memberikan definisi atribut demikian, “kualitas yang ada dalam seseorang atau sesuatu.” Bila hal itu diaplikasikan kepada Allah, maka atribut berarti kualitas penting yang ada dalam Ilahi. Kualitas disini lebih dari sekedar karakteristik. Atribut Allah berarti kualitas yang sangat penting sebagai ekspresi dari keberadaan Allah yang sebenarnya.”13

Atribut Allah bisa dibagi dalam 2 bagian besar, yaitu yang berhubungan dengan keberadaanNya (His Essence) dan yang berhubungan dengan moral (His Moral Being).

  1. Atribut yang berhubungan kepada esensi-Nya.
  2. Atribut yang berhubungan kepada essensial adalah atribut atau kualitas Allah yang membuat Allah sebagaimana Ia ada, atribut ini tidak bisa dimiliki oleh manusia.

    • Allah itu Kekal (Eternal).
    • Berarti tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Ia selalu ada dan akan selalu ada (Yesaya 43:10; Mazmur 90:2). “Walaupun orang-orang Kudus menerima kehidupan yang kekal yang akan hidup selamanya seperti Allah, hidup kekal yang demikian adalah yang diberikan oleh Allah. Keberadaan kekal tidak pernah bisa ditujukan kepada manusia seperti halnya sebagai atribut Allah yang essensial.”14

    • Allah itu Ada Sendiri (Self-Existent).
    • Allah itu ada dalam dan dari diriNya sendiri. Ia adalah sebab atas keberadaanNya sendiri. Ia tidak diciptakan dan tidak tergantung kepada apapun juga.

    • Allah itu Tidak Berubah (Unchangeable).
    • Dia tidak dapat berubah dalam karakter dan keberadaanNya (Mazmur 102:25-27).

    • Allah Maha Kuasa (Omnipotent).
    • Artinya Allah Maha Kuasa. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tidak ada yang setara dengan sifat, karakter dan keberadaanNya. Dia memiliki hak penuh untuk memerintah dan mengatur ciptaanNya (Wahyu 19:1; Kejadian 1:1).

    • Allah Maha Tahu (Omniscient).
    • Dia mengetahui segala sesuatu pada segala waktu. Ia tahu segala sesuatu dalam diriNya, dalam alam semesta dan dalam ciptaanNya. Dia mengetahui segala sesuatu yang dahulu, sekarang dan yang akan datang. Dia memiliki pengetahuan, pengertian dan hikmat yang sempurna (Amsal 15:3; Mazmur 147:5).

    • Allah Maha Hadir (Omnipresent).
    • Ia tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Ia hadir dimana-mana pada segala waktu. Ia selalu hadir secara universal dan kesamaan dalam alam semesta (Kisah Rasul 17:27, 28; Yeremia 23:23, 24).

  3. Atribut-atribut Moral.
  4. Atribut moral adalah kualitas yang dimiliki Allah yang berhubungan dengan ciptaanNya. Allah menghendaki agar manusia memiliki kualitas tersebut.

    • Kudus (Holy).
    • Allah memiliki kekudusan yang sempurna. Allah itu sinless (tidak berdosa). Melalui Petrus, Allah memerintahkan agar manusia itu juga kudus (1 Petrus 1:16).

    • Allah itu adalah Kebenaran (Righteous).
    • Dia melawan dosa dan ketidak-adilan (Ulangan 32:4; Roma 1:7).

    • Allah itu Kasih (Love).
    • Allah itu memiliki, memberi dan mendambakan kasih. Kasih yang ada padaNya telah memberi hidup. Kasih Allah itu melebihi sekedar emosi (2 Korintus 13:11; 1 Yohanes 4:8). T.Rees memberi komentar, “Kasih adalah karakteristik tertinggi dari Bapa. Ini adalah term yang abstrak yang paling banyak mengekspresikan karakter Allah sebagai Bapa.”15

    • Allah itu Setia (Faithful).
    • Allah itu adalah setia dalam segala sesuatu, alasan itulah yang membuatNya layak dijadikan tempat bersandar dan mengharap. Dia tidak berbohong (Mazmur 119:86; 1 Korintus 1:9).

    • Allah itu Sabar (Patience).
    • Roma 15:5. Kesabaran itu digambarkan dengan sikapNya terhadap manusia yang berdosa. Dia memiliki kesabaran yang sempurna dalam setiap situasi.

    • Allah itu Adil (Justice).
    • Hampir sama dengan kebenaran. Allah itu akan memberi berkat bagi yang setia dan hukuman bagi yang tidak setia (Kejadian 8:25).

    • Allah itu Memiliki Belas Kasih dan Anugerah (Mercy & Grace).
    • Kemurahan, belas kasih dan anugerah yang Dia miliki, sehingga Dia memberikan Penebus bagi manusia (Roma 3:24, 26). Allah itu memiliki keinginan untuk menebus orang berdosa.

    • Allah itu Murka (Wrath).
    • “Murka Ilahi harus diterima sebagai ekspresi natural dari sifat Ilahi, yang adalah mutlak suci, memanifestasikan diriNya melawan dosa dan kejahatan.”16 KekudusanNya membuat Dia membenci dosa (Habakuk 1:12, 13). Karena kebencianNya pada dosa membuat Dia menghukum orang yang berbuat dosa (Ulangan 32:29, 41). Allah tidak bisa menyelamatkan orang berdosa tanpa penghukuman.

Telah banyak usaha yang dilakukan manusia untuk mencari Allah maupun menyangkal Allah. Manusia berusaha untuk memperkenalkan teori untuk membuktikan bahwa Allah itu tidak pernah eksis. Namun apapun usaha manusia hal itu hanyalah bentuk dari kesia-siaan sebab There is God, He is alive.

Catatan Akhir:

  1. Keyser, Leander S , The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 66
  2. Reid. J.K.S, The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 9
  3. Keyser, The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 70
  4. George Bosworth Burch,The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 83
  5. Davis, William H, The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 84
  6. Hailey Homer, The Fall of Unbelief, J.C. Choate Publications, p. 90
  7. Corner, Kevin.J, Doktrin Dasar I, Harvest Publication House, 1993, p. 93
  8. Vine, W.E, An Expository Dictionary Of New Testament Words, N.J. Flemming H Revell,co 1966, vol 2, p. 82
  9. Webster New World Dictionary, Nashville,TN The Southwestern, Co 1967, p. 792
  10. Turner.J.J & Myers.Edward P, Doctrine of The Godhead, Quality Publication, Co 1985, p. 39
  11. Ibid., p. 43
  12. Ibid., p. 43
  13. Turner.J.J & Myers, op. cit., p. 47.
  14. Corner, op. cit, p. 69
  15. Rees,T, Doctrine of The Godhead, Quality Publication, Co 1985, p. 51.
  16. Rall, Haris Franklin, Doctrine of Godhead, Quality Publication, Co 1985, p. 66

Baca selanjutnya Apa yang Diajarkan Alkitab tentang Malaikat

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar