Jurnal Edisi Oktober - Desember 2022

DOA

(Melatih Kebiasaan Berdoa)



EDITORIAL

Jurnal edisi Oktober - Desember 2022 mengangkat tema DOA. Alkitab mengajarkan model, tujuan doa, dan memberi contoh doa. Topik doa boleh dikatakan jarang dibahas, bahkan dikhotbahkan. Kamus Browning mendefinisikan doa sebagai tindakan menghubungkan diri kepada Tuhan dengan perkataan. Doa adalah media komunikasi kepada Allah. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan Allah tanpa doa. Melalui doa kita membesarkan nama Allah, berterima kasih kepada-Nya atas berkat-berkat-Nya. Melalui doa kita dapat mengungkapkan isi hati, permintaan baik untuk diri sendiri, orang lain, bangsa sendiri maupun bangsa lain. Perlu dingat doa bukan untuk memberi laporan, membenarkan diri dan membandingkan diri lebih baik dari orang lain di hadapan Allah. Melalui pelajaran DOA ini kiranya setiap anak Tuhan dapat memiliki pengetahuan yang benar tentang doa, semakin bersemangat untuk berdoa dan bersyukur, "sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1 Tes. 5:18). Sub-sub topik yang akan diuraikan berikut ini adalah tujuan doa, kuasa doa, hak istimewa berdoa, prinsip-prinsip doa, ketekunan berdoa, praktek doa, dan bagaimana Allah menjawab doa.


TUJUAN DOA

Pada bulan Agustus 2005, Newsweek dan Beliefnet bertanya kepada 1.004 orang Amerika apa yang mereka yakini dan bagaimana mereka menjalankan keyakinan mereka. Salah satu pertanyaannya adalah: Menurut Anda apa tujuan doa yang paling penting? Inilah tanggapan mereka: a) Untuk mencari petunjuk Allah (27%), b) Untuk bersyukur kepada Allah (23%), c) Untuk menjadi dekat dengan Allah atau ilahi (19%), d) Untuk membantu orang lain (13%), e) Untuk mengembangkan kehidupan seseorang (9%), f) Lainnya (4%), g) Tidak tahu (5%).

Apa tujuan doa? Seperti yang disarankan oleh jawaban di atas, ada banyak alasan untuk berdoa. Tujuan berdoa adalah:

Memuja Allah

Allah tentu saja berkenan menerima pujian kita atau pemujaan kepada-Nya. Sementara kita bisa memuji Allah dalam nyanyian, kita juga bisa memuji Allah dalam doa. Ketika Paulus berdoa untuk jemaat Efesus, dia mengambil waktu untuk memuji Allah (Ef. 3:14-21). Daud memberikan contoh persembahan pemujaan dan pujian (1 Taw. 29:10-13).

Mengaku Dosa

Ada belas kasihan yang ditemukan dalam pengakuan dosa seseorang (Ams. 28:13). Orang Kristen menikmati penyucian dosa oleh darah Yesus (1 Yoh 1:7-10). Yesus memberikan contoh dalam perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai (Luk. 18:10-14). Sekali lagi, Daud memberikan contoh dengan pengakuan dosanya (Maz. 51:1-13). Memperoleh pengampunan dengan mengakui dosa adalah berkat yang sekarang dinikmati hanya melalui Kristus (Yoh. 14:6). Setelah kita mengenakan Kristus (bdk. Gal. 3:27), doa sangat penting agar kita tetap diampuni.

Mengucap Syukur

Bersyukur ditekankan berulang kali dalam nasihat untuk berdoa (Ef. 5:20; Kol. 4:2; 1 Tes. 5:17-18). Penangkal kecemasan adalah berdoa untuk segala sesuatu, dengan ucapan syukur (Fil. 4:6). Kristus memberikan contoh ucapan syukur (Mat. 11:25; 26:27 ; Yoh. 6:11; 11:41). Daniel memiliki kebiasaan untuk bersyukur kepada Allah tiga kali sehari (Dan. 6:10). Kita tidak bisa mengabaikan pentingnya ucapan syukur dalam doa-doa kita.

Meminta

Kita didorong untuk menyampaikan permintaan kita kepada Allah (Fil. 4:6). Kita diperintahkan untuk berdoa bagi semua orang (1 Tim. 2:1-2). "Janda-janda sejati" dikenal karena permohonan mereka siang dan malam (1 Tim. 5:5). Salomo membuat permohonan pada saat pentahbisan Bait Suci (1 Raja 8:28-29). Yesus membuat permohonan saat Dia disalibkan; Stefanus juga, saat dia dilempari batu (Luk. 23:34; Kis. 7:59-60).


KUASA DOA

Yesus mengantisipasi bahwa orang-orang akan menjadi malas dalam doa mereka. Maka Dia menceritakan perumpamaan tentang janda yang gigih, agar orang selalu berdoa (Luk. 18:1-7). Dia ingin tahu apakah Dia akan menemukan iman di bumi (yaitu, orang berdoa) ketika Dia kembali kelak (Luk. 18:8). Paulus sering menasihati orang Kristen untuk rajin berdoa. "Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu..." (Ef. 6:18). " Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur" (Kol. 4:2). "Tetaplah berdoa" (1 Tes. 5:17). Jika kita menjadi kendur dalam doa kita, mungkinkah itu indikasi bahwa kita tidak menghargai "Kuasa Doa"? Apakah kita lupa betapa istimewanya berdoa? Oleh karena itu, pertimbangkan beberapa contoh kuasa doa berikut ini.

Ada Pengampunan Dari Allah

Orang Kristen dapat menemukan pengampunan melalui darah Kristus (1 Yoh. 1:7-10). Jadi orang Kristen yang bersalah disuruh bertobat dan berdoa (Kis. 8:22). Tidakkah Anda menginginkan kepastian mengetahui bahwa dosa-dosa Anda telah diampuni?

Ada Damai Dari Tuhan

Penangkal kecemasan adalah berdoa (Fil. 4:6). Orang Kristen akan menemukan hati dan pikiran mereka dijaga oleh damai sejahtera Allah (Fil. 4:7). Apakah Anda tidak menginginkan ketenangan pikiran dan hati yang melampaui segala akal?

Ada Kekuatan Dari Allah

Paulus berdoa agar orang Efesus dikuatkan secara batiniah (Ef. 3:14-16, 20). Saat kita perlu kuat, orang Kristen juga bisa berdoa bagi diri mereka sendiri! Apakah Anda tidak menginginkan kekuatan yang melampaui pengertian kita?

Ada Kesempatan Dari Allah

Paulus menyadari bahwa Tuhan memberinya kesempatan untuk mengajar orang lain (1 Kor. 3:5). Dia tahu bahwa Tuhan sering membuka pintu untuk kesempatan seperti itu (1 Kor. 16:9 ; 2 Kor. 2:12). Karena itu, dia meminta doa agar kesempatan seperti itu terus berlanjut (Kol 4:3). Apakah Anda tidak ingin Tuhan memberi Anda kesempatan untuk memimpin orang lain kepada Kristus?

Ada Keberanian Dari Allah

Ketika para rasul membutuhkan keberanian, mereka berdoa dan Tuhan membebaskan mereka (Kis. 4:23-31). Ketika Paulus membutuhkan keberanian, dia berdoa untuk dirinya (Ef. 6:19-20). Apakah Anda tidak menginginkan keberanian ketika Anda berbicara kepada orang lain tentang Kristus?

Ada Hikmat Dari Allah

Kebijaksanaan bukanlah pengetahuan, tetapi wawasan yang memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Orang Kristen dijanjikan kebijaksanaan melalui doa tanpa keraguan (Yak. 1:5-8). Apakah Anda tidak menginginkan hikmat yang datang dari atas?

Ada Kesembuhan Dari Allah

Mereka yang sakit harus meminta para penatua untuk mendoakan mereka (Yak. 5:14-15). Mereka yang telah berdosa harus mengaku, dan kita harus saling mendoakan (Yak. 5:16). Tidakkah Anda menginginkan pertolongan Allah setiap kali membutuhkan kesembuhan jasmani atau rohani?

Ada Ketentraman Dari Allah

Kitab Suci menyatakan bahwa Tuhan memiliki kendali penuh atas bangsa-bangsa (Dan. 4:17; Rom. 13:1-7). Demikianlah kita diperintahkan untuk berdoa bagi para penguasa kita, agar kita menjalani kehidupan yang tentram dan damai (1 Tim. 2:1-4). Apakah Anda tidak ingin hidup dalam damai dan tentram, dan bagi orang lain juga?
 
Kekuatan doa memang bisa menjadi berkah bagi orang yang berdoa dengan iman dan bagi mereka yang didoakan. Ada pertolongan dari Allah pada saat dibutuhkan. Kita memiliki Imam Besar yang luar biasa yang memahami masalah kita (Ibr. 4:14-15). Dengan demikian kita dapat kapan saja menghampiri Allah dengan berani dalam doa, untuk menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:16). Tidakkah Anda menginginkan rahmat dan kasih karunia kapan pun membutuhkannya, bagi diri kita sendiri dan orang lain?

Memang, doa orang yang benar, bila dengan yakin [sungguh-sungguh] didoakan, sangat besar kuasanya (Yak. 5:16). Jika demikian halnya dengan doa satu orang benar, bagaimana dengan doa banyak orang benar? Apakah kita percaya dengan kuasa doa? Maka marilah kita selalu berdoa. Marilah kita senantiasa bersungguh-sungguh dalam berdoa. Ya, marilah kita "berdoa dengan tiada berkeputusan" (1 Tes. 5:17 - TL)!


HAK ISTIMEWA BERDOA

"Hak Istimewa Berdoa" tidak tersedia bagi semua orang yang berdoa; karena doa mereka akan menjadi kekejian bagi Allah, tidak akan didengarkan, akan terhalang, dan tidak akan dijawab oleh Allah.

Kita mungkin orang yang berdoa, bahkan berdoa dengan sungguh-sungguh; tetapi apakah kita memiliki hak untuk berdoa, mengharapkan Allah memperhatikan kita ketika kita berdoa? Mari kita perhatikan…

Bagi Siapa Doa Bukan Hak Istimewa
 
Pertama, orang yang tidak mau mendengarkan firman Allah. Mereka yang memalingkan telinganya dari hukum, doa mereka adalah kekejian (Ams. 28:9). Demikian halnya dengan orang-orang yang tidak mau menerima ajaran yang sehat (lih. 2 Tim. 4:3-4). Jika kita tidak mau mendengarkan Allah, mengapa Dia harus mendengarkan kita?

Kedua, orang yang terpisah dari Allah karena dosanya. Dosa dapat memisahkan seseorang dari Allah sehingga Dia tidak akan mendengar doa-doanya (Yes. 59:1-2). Begitulah kondisi orang-orang yang tidak mau mencari pengampunan dari Allah (Rom. 6:23). Jika kita menolak pengampunan dosa dari Allah, dapatkah kita berharap Dia mendengarkan kita?

Ketiga, orang yang tidak memperlakukan orang lain dengan adil. Siapa saja mereka? Orang yang tidak memperhatikan orang miskin (Maz. 41:1-3). Orang yang tidak memperlakukan istrinya sebagaimana mestinya (Mal. 2:13-14; 1 Pet. 3:7). Orang yang tidak memperbaiki hubungannya dengan orang yang telah mereka sakiti (Mat. 5:23-24). Orang yang tidak mengampuni orang yang berdosa kepadanya (Mat. 18:21-35). Jika kita tidak memperlakukan orang lain dengan adil, bagaimana kita bisa berharap menerima kemurahan Tuhan?

Keempat, mereka yang berdoa tanpa iman. Tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Meminta dengan keraguan di hati kita memastikan kegagalan (Yak. 1:5-8). Jika kita meragukan keberadaan dan kemampuan Allah untuk menyediakan, mengapa Tuhan harus menjawab kita?

Jadi "hak istimewa berdoa" tidak diberikan kepada semua orang. Itu adalah berkat yang dianugerahkan dengan murah hati kepada mereka yang hatinya berada dalam kondisi yang tepat, sebagaimana akan kita lihat berikut ini.

Bagi Siapa Doa Adalah Hak Istimewa

Pertama, orang berdosa yang mencari kebenaran dan keadilan. Ini kita dapat pelajari dari contoh Kornelius. Dia adalah orang yang baik, tetapi masih membutuhkan keselamatan (Kis. 10:1-2; lih. Kis. 11:14). Doa-doa dan sedekahnya telah diperhatikan oleh Allah (Kis. 10:4, 31). Jadi Allah memastikan bahwa dia memiliki kesempatan untuk mendengar perkataan dimana dia bisa diselamatkan (yaitu, Injil Kristus) (Kis. 11:14). Perhatikan baik-baik: dia tidak diselamatkan hanya dengan berdoa! Dia perlu mendengar "perkataan" yang dengannya dia akan diselamatkan (Kis. 11:14), yaitu Injil Kristus, yang merupakan kuasa Allah untuk menyelamatkan (Rom. 1:16). Sama seperti Saulus dari Tarsus masih dalam dosanya, meskipun berdoa (lih. Kis. 9:11; 22:16). Namun Allah mendengar doa orang berdosa seperti Kornelius. Siapa yang lapar dan haus akan kebenaran (lih. Mat. 5:6), siapa yang meminta, mencari, mengetuk (lih. Mat. 7:7-8), diberi kesempatan untuk mendengar dan mematuhi Injil Kristus. Bagi orang berdosa yang mencari kebenaran dan keadilan, doanya akan didengar!

Kedua, orang kristen yang imam besarnya adalah Yesus. Yesus telah menjadi Imam Besar kita. Dia sekarang adalah seorang imam besar yang penyayang dan setia, mampu membantu saudara-saudara-Nya (Ibr. 2:17-18). Memungkinkan untuk menghampiri takhta Allah dengan berani (Ibr. 4:14-16). Mampu menyelamatkan sepenuhnya, karena Dia pernah hidup sebagai pengantara (Ibr. 7:25). Yesus sekarang telah menjadi Juru Syafaat dan Pengatara kita. Juru Syafaat kita kepada Bapa (1 Yoh. 2:1). Satu-satunya pengantara antara Allah dengan manusia (1 Tit. 2:5). Yang membuat syafaat bagi kita di sebelah kanan Allah (Rom. 8:34). Demikianlah berkat bagi mereka yang telah mengenakan Kristus dalam baptisan dan menjadi anak-anak Allah melalui iman (lih. Gal. 3:26-27).

Telinga Tuhan terbuka bagi doa orang benar (1 Pet. 3:12). Kita harus tunduk pada tawaran kebenaran Allah di dalam Kristus (Rom. 10:1-4), yaitu kita harus menanggapi Injil Kristus (lih. Rom. 1:16-17). Jika kita menginginkan "Hak Istimewa Berdoa", maka kita juga harus menjadi anak Allah yang setia melalui ketaatan kepada Yesus Kristus. Seorang pendosa dengan hati yang baik dan mulia, mencari kebenaran dan keadilan. Orang berdosa yang lapar dan haus akan kebenaran akan dipuaskan; apalagi anak Tuhan ketika dia memperoleh "Hak Istimewa Berdoa" dalam segala kepenuhannya...!


PRINSIP-PRINSIP DOA

Manfaat penuh dari doa hanya datang ketika "Prinsip-Prinsip Doa" dipatuhi. Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Yesus dan para rasul-Nya yang diilhami. Prinsip-prinsip yang menentukan hasil akhir dari doa-doa kita. Apa "Prinsip-Prinsip Doa" yang harus mengatur doa kita?

Kita Harus Berdoa Dengan Iman

Doa menuntut iman. “Dan barang apa pun yang kamu pinta di dalam doamu, jikalau dengan yakin, niscaya kamu akan beroleh” (Mat. 21:22). Jika tidak, maka doa tidak akan dijawab (lih. Yak. 1:5-8). Beriman kepada Allah bahwa Dia ada, dan merupakan pemberi upah bagi mereka yang rajin mencari Dia (Ibr. 11:6). Iman seperti itu berasal dari Firman Allah (Rom. 10:17). Dengan pertolongan Firman-Nya, kita dapat memiliki jenis iman yang berkenan kepada Allah, dan memastikan jawaban atas doa-doa kita.

Kita Harus Berdoa Dengan Rendah Hati

Merendahkan hati di hadapan Allah adalah kebaikan moral yang sangat dihargai oleh Allah (Yes. 57:15; 66:1-2). Tuhan itu dekat, dan menyelamatkan orang-orang yang hancur hatinya (Maz. 34:19). Dia menunjukan rahmat kepada orang yang rendah hati (Ams. 3:34). Seseoran harus rendah hati dalam berdoa. Dicontohkan dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Luk. 18:9-14). Orang yang merendahkan hati ditinggikan oleh Allah (Luk. 18:14; Yak. 4:10). Dengan iman dan kerendahan hati di hadapan Allah, kita siap untuk berdoa dengan sikap yang benar.

Kita Harus Berdoa Sesuai Dengan Kehendak Allah

Doa dijawab dengan baik jika kita meminta "menurut kehendak-Nya" (1 Yoh. 5:14). Doa-doa yang lebih mementingkan kehendak diri kita sendiri ketimbang kehendak Allah ditolak (Yak. 4:3). Makanya Yesus mengajar kita untuk berdoa (Mat. 6:9-10). Dia sendiri berdoa di taman Getsemani (Luk. 22:42). Berdoa seperti itu menjadi lebih mudah ketika kehendak kita adalah melakukan kehendak Allah (lih. Yoh. 4:34). Dengan iman kepada Allah dan kerendahan hati di hadapan-Nya, kita akan dengan senang hati tunduk pada kehendak-Nya.

Kita Harus Berdoa Dengan Ucapan Syukur

Doa dan ucapan syukur tidak terpisahkan. "…senantiasa mengucap syukur atas segala perkara kepada Allah…" (Ef. 5:20). "…biarlah segala kehendakmu dinyatakan kepada Allah dengan doa dan permintaan serta dengan mengucap syukur" (Fil. 4:6). “…bertekun di dalam doa, dan jagalah di dalam hal itu dengan mengucap syukur" (Kol. 4:2). "Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal" (1 Tes. 5:17-18). Umat ​​Tuhan harus selalu bersyukur (Maz. 100:4; Kol. 3:15). Sikap tidak bersyukur merupakan tanda kemurtadan (Rom. 1:21; 2 Tim. 3:2). Apakah kita benar-benar berpikir bahwa Tuhan akan membantu kita dalam melepaskan beban kita saat ini jika tidak meluangkan waktu untuk bersyukur kepada-Nya atas berkat masa lalu?

Kita Harus Berdoa Dalam Nama Yesus

Berdoa dalam nama Yesus diajarkan oleh Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya (Yoh. 14:13-14; 16:23). Juga diperintahkan oleh Paulus kepada orang-orang Kristen di Efesus (Ef. 5:20). Menyebut nama Yesus dalam doa lebih dari sekadar menambahkan "dalam nama Yesus" di akhir doa kita. Kita mengakui Yesus sebagai satu-satunya jalan kita dapat menghampiri Allah (Yoh. 14:6). Kita mengakui Dia sebagai "Imam Besar" kita yang menjadi pengantara bagi kita (Ibr. 7:24-25; Yoh. 14:13).

Kita tentu tidak melebih-lebihkan nilai Firman Tuhan sehubungan dengan prinsip-prinsip ini: 1) Iman berasal dari Firman Tuhan, 2) Kerendahan hati dipelajari dengan membaca Firman Tuhan, 3) Mengetahui kehendak Tuhan tidak mungkin tanpa Firman Tuhan, 4) Mengucap syukur menjadi lebih mudah ketika kita membaca berkat-berkat kita di dalam Firman Tuhan, dan 5) Pentingnya memiliki Yesus sebagai Imam Besar kita dinyatakan dalam Firman Tuhan.

Dengan Firman Tuhan untuk membimbing dan membantu kita dalam mematuhi "Prinsip-Prinsip Doa", kita diperlengkapi dengan lebih baik untuk menjadikan doa sebagai pengalaman yang benar-benar berarti dan bermanfaat dalam hidup kita.


KETEKUNAN BERDOA

Ada prinsip doa lain yang patut dipertimbangkan dengan cermat, yaitu kita harus berdoa dengan tekun. Sebuah prinsip doa yang sangat penting bagi Yesus. Pentingnya "Ketekunan dalam Berdoa" dapat dipelajari di dalam Kitab Suci.

Ajaran Tentang Ketekunan Berdoa

Pertama, Perumpamaan Tentang Sahabat yang Tekun. Diceritakan sehubungan dengan adanya permintaan pengajaran tentang doa (Luk. 11:1). Mengikuti model doa yang diberikan (Luk. 11:2-4). Perumpamaan ini sendiri cukup mudah dipahami (Luk. 11:5-8). Diikuti dengan penekanan pada ketekunan dalam meminta, mencari, mengetuk (Luk. 11:9-10). Perhatikan bagaimana kegigihan [ketekunan] berhubungan dengan belajar bagaimana berdoa!

Kedua, Perumpamaan Tentang Janda yang Gigih. Diberitahukan bahwa manusia harus selalu berdoa dan tidak putus asa (Luk. 18:1). Perumpamaan ini sendiri menggambarkan nilai permintaan yang tekun (Luk. 18:2-5). Yesus menambahkan juga bahwa Allah pasti akan mengindahkan umat pilihan-Nya yang berseru siang dan malam (Luk. 18:6-8a). Diikuti dengan kekhawatiran apakah iman seperti itu akan ditemukan ketika Dia kembali kelak (Luk. 18:8b). Perhatikan bagaimana kegigihan berkaitan dengan memiliki iman kepada Tuhan!

Ketiga, Pengajaran Paulus. Dia mengajarkan "... bertekunlah dalam doa" (Rom. 12:12), "… Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus" (Ef. 6:18), “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol. 4:2), "Tetaplah berdoa" (1 Tes. 5:17). Perhatikan seberapa sering kegigihan disebutkan dalam nasihat untuk berdoa!

Ketekunan dalam berdoa pasti sangat penting untuk ditekankan sesering-sering mungkin. Namun kita menemukan lebih dari sekadar mengajar tentang ketekunan, kita juga menemukan contoh nyata dalam Alkitab.

Contoh-Contoh Ketekunan Berdoa
 
Pertama, Yesus berdoa di Taman Getsemani ketika sangat tertekan atas penderitaan-Nya yang akan datang (Mat. 26:36-39). Saat murid-murid terdekat-Nya tidur, dia berdoa tiga kali (Mat. 26:40-44), di mana Dia menerima pertolongan yang diperlukan untuk menghadapi apa yang ada di depan (Mat. 26:45-47). Dia dikuatkan oleh malaikat (lih. Luk. 22:41-44), dan didengarkan oleh Allah, meskipun permintaan-Nya yang sebenarnya tidak dijawab (lih. Ibr. 5:7). Jika Anak Allah membutuhkan ketekunan berdoa, bukankah kita juga begitu?

Kedua, Paulus menanggung kelemahan penganiayaan (2 Kor. 11:30-33; 12:7, 10; lih. Hakim 2:3). Dia berdoa tiga kali agar hal itu dilepaskan (2 Kor. 12:8). Ternyata tidak, tetapi Tuhan menyediakan apa yang dia butuhkan. Kasih karunia yang cukup dan kekuatan Kristus untuk bertahan (2 Kor. 12:9). Memungkinkan dia untuk menikmati kelemahannya (2 Kor. 12:10). Jika rasul Kristus membutuhkan ketekunan dalam berdoa, bukankah kita juga?

Ketiga, orang kristen mula-mula. Jemaat Tuhan di Yerusalem terus berdoa dengan teguh (Kis. 2:42). Ketika Petrus dipenjarakan, doa terus menerus diucapkan untuknya (Kis. 12:5, 12). Epafras bekerja dengan sungguh-sungguh dalam doa untuk saudara-saudaranya di Kolose (Kol. 4:12). Para janda dianggap rajin berdoa (1 Tim. 5:5) (seperti Hana, lih. Luk. 2:36-37). Jika gereja mula-mula membutuhkan ketekunan dalam berdoa, bukankah kita juga?

Dengan contoh-contoh dan pengajaran tentang ketekunan dalam doa, pentingnya ketekunan dalam berdoa tidak bisa diabaikan. Ketekunan secara umum (teruslah berdoa!); ketekunan secara khusus (jangan memohon hanya sekali!). Perhatikan baik-baik: ketekunan tidak menjamin jawaban Tuhan sesuai dengan yang kita inginkan. Yesus masih harus meminum cawan penderitaan dengan disalibkan pada kayu salib. Paulus masih harus menanggung duri dalam dagingnya dengan menanggung penganiayaan bagi Kristus. Namun ketekunan dalam doa adalah kunci untuk menerima jawaban yang kita butuhkan. Kasih karunia dan rahmat untuk membantu pada saat dibutuhkan. Kekuatan untuk bertahan terhadap apapun yang harus kita hadapi.
 
Maka, melalui ketekunan dalam doa, marilah kita "meminta, mencari, mengetuk" (bdk. Mat. 7:7-8), sampai Allah memberikan jawaban atas doa kita, memberikan apa pun yang Dia tentukan dengan murah hati yang benar-benar kita butuhkan...!


PRAKTEK DOA

Setelah kita mengetahui pentingnya ketekunan berdoa, tentu saja menambah semangat kita untuk berdoa lebih khusyuk, dengan lebih konsisten dan mendapatkan manfaat dari semua doa yang kita ucapkan. Untuk lebih menyemangati kita dalam berdoa, mari kita simak lebih dekat "Praktek Doa" berikut ini.
  1. Bagaimana seharusnya kita berdoa?
  2. Kapan kita harus berdoa?
  3. Dengan siapa kita harus berdoa?
  4. Untuk siapa kita harus berdoa? Bahkan jika kita telah berdoa sepanjang hidup kita, tidak ada salahnya untuk bertanya "Tuhan, ajar kami untuk berdoa."
Cara Berdoa

Kita akan memperhatikan model doa yang diajarkan oleh Yesus. Yesus ditanya oleh murid-murid-Nya bagaimana berdoa (Luk. 11:1). Mereka baru saja menyaksikan Yesus berdoa. Mereka tahu Yohanes Pembaptis telah mengajar murid-muridnya untuk berdoa. Sementara mereka berdoa sebagai orang Yahudi, mereka menyadari kebutuhan untuk belajar lebih banyak. Sebagai tanggapan, Yesus menawarkan model, panduan untuk belajar berdoa (Luk. 11:2-4). Biasa disebut "Doa Bapa Kami", juga ditemukan dalam (Matius 6:9-13). Itu dimaksudkan sebagai model ("Dengan cara ini...") (Mat. 6:9). Doa Bapa Kami berfungsi sebagai contoh bagaimana berdoa, bukan latihan liturgi.

Kita harus mengucapkan doa yang tepat. Berbicara kepada Allah Bapa - "Bapa kami yang di surga" (Mat. 6:9). Mengungkapkan rasa hormat kepada Allah - "Dikuduskanlah Nama-Mu" (Mat. 6:9). Yang termasuk dalam permohonan adalah: a) Tujuan Allah - "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga" (Mat. 6:10). Kerajaan Allah (gereja atau jemaat) sudah berdiri sebagaimana dicatat di dalam Kisah Para Rasul 2, b) Kebutuhan jasmani kita – “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" (Mat. 6:11), c) Kebutuhan rohani kita - "Dan ampunilah kami akan kesalahan kami..." (Mat. 6:12), d) Kebutuhan rohani orang lain - "... seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Mat. 6:12), e) Bimbingan dan pertolongan dalam pergumulan kita melawan dosa dan Setan - " Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat" (Mat. 6:13), f) Memuji Allah - "Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." (Mat. 6:13).

Dalam pengajaran tentang doa, Yesus menekankan pentingnya: a) Kesederhanaan dalam doa (Mat. 6:7-8), b) Mengampuni orang lain (Mat. 6:14-15), c) Ketekunan dalam doa (Luk. 12:5-10).

Kapan Berdoa

Menetapkan waktu untuk berdoa dapat membantu mengembangkan kebiasaan berdoa. Pertimbangkan praktik doa dari dua abdi Allah yang hebat: Daud, yang digambarkan Allah sebagai "seorang yang berkenan di hati-Ku" (Maz. 55:17) dan Daniel, yang digambarkan oleh malaikat Allah sebagai "Hai manusia yang sangat kukasihi" (Dan. 6:10). Mereka membiasakan diri untuk berdoa pada waktu-waktu tertentu di siang hari. Tidak ada salahnya untuk meniru mereka, berdoa tiga kali sehari: pagi, siang, dan sore atau malam. Paling tidak, luangkan waktu setiap hari untuk menghabiskan waktu dalam doa.

Doa sebenarnya tidak terbatas pada waktu yang ditentukan. Yesus menghabiskan sepanjang malam dalam doa sebelum memilih para rasul-Nya (Luk. 6:12-13). Paulus dan Silas berdoa ketika menghadapi keadaan yang sulit (Kis. 16:25). Nehemia berdoa dalam hati secara mendadak (Neh. 2:4-5). Orang Israel berdoa kepada Tuhan di tengah panasnya pertempuran (1 Taw. 5:20). Kita harus berdoa kapanpun dan bagaimanapun kesempatan itu membutuhkannya. Berdoa tanpa henti (1 Tes. 5:17) adalah goal (sasaran) kita. Memiliki jadwal waktu untuk berdoa akan mengembangkan pengalaman dalam berdoa. Berdoa secara spontan akan mengembangkan kecenderungan untuk berdoa dalam setiap keadaan. Kedua kebiasaan ini membantu kita mencapai sasaran berdoa tanpa henti.

Saat kita mengembangkan baik pengalaman maupun kebiasaan untuk berdoa, kita juga harus mempertimbangkan berdoa dengan siapa; sendiri atau dengan orang lain, dan berdoa untuk siapa, selain yang sudah disarankan.

Sekali lagi kita berpaling kepada Yesus Sang Guru Besar, terutama yang berkaitan dengan doa.

Berdoa Dengan Siapa

Pertama, berdoa sendiri. Yesus mendorong praktik doa di tempat tersembunyi (Mat. 6:5-6). Doa pribadi memupuk sifat spiritual kita melalui latihan teratur. "Doa adalah gimnasium spiritual tempat kita melatih dan mempraktekkan kesalehan." (V. L. Crawford). "...Doa itu mendidik. Orang yang berdoa tumbuh; dan otot-otot jiwa membengkak dari tali cambuk ini menjadi pita besi." (Frederick B. Meyer). Kebalikannya juga benar: "Tujuh hari tanpa doa membuat seseorang lemah." (Allan E. Bartlette). Doa pribadi membentuk persatuan dan persekutuan yang erat dengan Bapa Surgawi kita. Hanya ada kamu dan Dia. Waktu yang dihabiskan bersama memperkuat ikatan persekutuan. Doa pribadi adalah ujian sejati atas ketulusan dan pengabdian Anda. Anda tentu tidak melakukannya untuk menyenangkan manusia (mereka tidak dapat melihat Anda). Anda tidak dapat menipu Allah (Dia akan melihat Anda). Doa pribadi akan dibalas "secara terbuka" ( Mat. 6:6). Jawaban doa kita akan terlihat oleh orang lain, baik di sini maupun di akhirat. Doa pribadi harus menjadi prioritas dalam praktek doa.

Kedua, berdoa bersama orang lain. Yesus juga berbicara tentang berdoa bersama orang lain (Mat. 18:19-20). Di mana permintaan dua atau tiga orang dijawab oleh Bapa kita di surga. Karena di tengah-tengah mereka ada Yesus sendiri, yang juga menjadi perantara bagi mereka (lih. Rom. 8:34). Orang Kristen mula-mula sering berdoa bersama di saat-saat sulit (Kis. 4:23-24; 12:5, 12; 16:25), pada saat bepergian atau keberangkatan (Kis. 20:36; 21:5). Berkat langsung yang dirasakan ketika umat Tuhan berdoa bersama adalah indahnya persekutuan dan adanya kekuatan. Berdoa dengan orang lain harus dilakukan sedapat mungkin.

Berdoa Untuk Siapa

Diri sendiri. Untuk kebutuhan jasmani sehari-hari (Mat. 6:11). Untuk pertumbuhan pribadi dalam keserupaan dengan Kristus dan pengabdian kepada Allah (Kol. 1:9-12).

Keluarga. Untuk pasangan, anak, orang tua, saudara, dll. Untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mereka dalam pengajaran Tuhan (Ef. 6:4).

Masyarakat. Agar ada kedamaian (Yer. 29:7).

Gereja. Agar ada kasih dan persatuan (Yoh. 13:35; 17:20-21). Untuk pertumbuhan rohani setiap anggota (Fil. 1:9-11). Agar Injil beroleh kemajuan (2 Tes. 3:1).

Bangsa. Untuk pertobatan dan kesadaran nasional tentang siapa Allah itu (Maz. 33:12; Ams. 14:34). Agar pemimpin memerintah dengan bijaksana (1 Tim. 2:2).

Orang tidak percaya. Untuk keselamatan mereka (Rom. 10:1). Atas usaha mereka yang terlibat dalam mengajar mereka (Ef. 6:18-20).

Orang sakit. Untuk pemulihan kesehatan mereka (Yak. 5:14-15). Untuk kekuatan spiritual dan ketenangan pikiran (Yak. 5:16).

Orang miskin dan tertindas. Seperti tunawisma, yatim, anak-anak yang belum lahir (Ams. 29:7). Mereka yang berada di negara lain yang ditindas oleh penguasa mereka sendiri atau pengaruh luar.

Pasti banyak yang harus kita doakan! “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol 4:2).

BAGAIMANA ALLAH MENJAWAB DOA

Mengapa orang tidak berdoa sesering mungkin? Mungkin mereka tidak percaya doa mereka dijawab. Karena tidak tahu bagaimana Allah menjawab, mereka mungkin kehilangan iman dalam doa. Supaya kita tidak mulai berpikir bahwa Allah tidak mendengar kita ketika kita berdoa, kita harus ingat bahwa setidaknya ada empat cara Allah menjawab doa, dimulai dengan…

Doa Dikabulkan

Allah mungkin menjawab "YA". Allah sering mengabulkan permohonan yang kita minta dari-Nya (Maz. 118:5; 138:3). Terutama ketika kita mengutamakan Dia dalam hidup kita (Mat. 6:33; lih. Ams. 3:5-10).

Supaya Allah menjawab "YA", kita harus meminta sesuai dengan kehendak-Nya (1 Yoh. 5:14). Kita harus melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita (1 Yoh. 3:22). Secara alami tentu kita bersukacita ketika Allah mengabulkan permintaan kita.

Doa Dikabulkan, Tapi Tunggu

Allah mungkin menjawab "ya, tapi tunggu..." Allah mungkin mengabulkan permintaan kita, tetapi ada waktunya dan sesuai dengan tujuan-Nya (lih. Pengkh. 3:1, 11). Jadi kita mungkin berpikir Allah mengatakan "Tidak", ketika Dia benar-benar mengatakan "Ya, tapi tunggu" (Luk. 18:7).

Ketika jawabannya tampaknya "tunggu", kita perlu memiliki kesabaran (Ibr. 6:10-12). Kita perlu terus meminta, mencari, mengetuk (Luk. 11:8-10). Kita perlu mengingat janji Allah (Rom. 8:24).

Ketika Allah tampaknya mengatakan "ya, tapi tunggu", itu adalah waktu untuk bersabar dan percaya pada pemeliharaan-Nya.

Doa Dikabulkan, Tapi Tidak Seperti Yang Diharapkan

Allah mungkin menjawab "YA, tapi tidak seperti yang Anda pikirkan..." Terkadang Allah menjawab dengan cara yang berbeda dari yang kita perkirakan. Ingat, pikiran dan metode-Nya jauh berbeda dengan pikiran dan metode kita (Yes. 55:8, 9). Misalnya, kita meminta kekuatan dan ketekunan kepada Allah, Dia mungkin memberi kita pencobaan untuk ditanggung (Fil. 1:29-30). Yang pada gilirannya menjadi kebaikan yang kita doakan! (lih. Rom. 5:3-4).

Kita tidak boleh membatasi opsi-opsi Allah. Kita harus berhati-hati dan tidak mendikte Allah bagaimana menjawab doa kita. Ada kekuatan yang bekerja di luar dari yang dapat kita bayangkan (lih. Ef. 3:20). Selain itu, kita tidak selalu tahu apa yang harus kita doakan sebagaimana seharusnya (lih. Rom. 8:26). Membatasi caranya dan kita mungkin membatasi hasilnya; misalnya, ketika berdoa untuk orang sakit, apakah kita hanya berdoa agar Allah memberkati penggunaan sarana alami (dokter, obat-obatan, dll.)? Jika demikian, dapatkah kita membatasi Allah tentang bagaimana Dia dapat memulihkan mereka? (dengan cara yang melebihi apa yang dapat kita bayangkan)? Bukankah lebih baik meminta Allah untuk memulihkan yang sakit, dan menyerahkan metodenya kepada-Nya?

Saat kita berdoa, kepercayaan kita kepada Tuhan harus memberi-Nya kebebasan untuk menjawab apa pun yang Dia anggap terbaik.

Doa Ditolak

Allah mungkin menjawab "tidak". Mungkin ada saatnya ketika Allah menolak permintaan kita (lih. Yak. 4:3). Kita harus percaya bahwa Allah, yang tahu apa yang terbaik, akan melakukannya hanya jika mengabulkan permintaan kita mungkin bukan untuk kebaikan kita (lih. Ibr. 12:5-11).

Ketika Allah mungkin berkata "tidak", kita mungkin tidak sepenuhnya mengerti, tetapi kita masih dapat percaya sepenuhnya kepada-Nya! (lih. Hab. 3:17-19).Terutama mengingat janji dalam 1 Kor. 10:13. Allah akan menunjukkan kasih karunia dan kemurahan kepada kita (2 Kor. 12:7-9).

Allah mungkin memilih untuk menjawab doa-doa kita, tapi kita dapat memiliki keyakinan bahwa itu untuk kebaikan kita. Kita tidak boleh jemu-jemu berdoa kepada Allah. " TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku" (Maz. 6:10).

Disadur dari “Prayer – A Special Study” oleh Mark A. Copeland (www.executableoutlines.com)

Related Posts