Jurnal Edisi April - Juni 2022

POKOK ANGGUR DAN RANTING-RANTINGNYA

(Menghasilkan buah terbaik bagi Allah)



EDITORIAL

Dengan bangga kami menerbitkan jurnal triwulan ini dari buku Seminar Wanita 2015 (Bandar Lampung) yang berjudul Vine and Branches (Pokok Anggur dan Ranting-Rantingnya). Ini akan menjadi tema jurnal untuk beberapa triwulan ke depan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa wanita Kristen yang berdedikasi dan setia dalam pekerjaan Tuhan. Buku yang disajikan dengan pendekatan agrikultural ini dibagi dalam empat bagian besar: 1) Petani dan Pemilik Ladang; 2) Persiapan Tanam; 3) Persiapan Pada Masa Pertumbuhan Tanaman; 4) Panen Hasil Ladang. Buku ini adalah suara hati wanita Kristen yang secara khusus menyentuh aspek-aspek kehidupan kaum wanita Kristen. Oleh karena itu, akan sangat berharga untuk dibaca dan direnungkan oleh wanita Kristen. Tentu saja, bukan hanya wanita saja yang dapat membacanya, tetapi kaum laki-laki Kristen sangat dianjurkan untuk membaca sehingga memahami seperti apakah wanita Kristen itu.

Kami menerbitkan tiga topik per triwulan dan kami berharap dan mendorong saudara-saudara dalam Kristus di Indonesia semakin tinggi minat membaca tentang hal-hal rohani dan moral untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan yang akan membantu setiap individu Kristen hidup sesuai dengan firman Allah selama hidup di dunia yang sementara ini, dan pada akhirnya akan memperoleh jaminan kehidupan yang kekal di surga kelak. Adapun topik yang diterbitkan pada edisi ini adalah Siapakah Allah Itu; Yesus, Sang Putra Adalah Pokok Anggur; dan Roh Kudus.

SIAPAKAH ALLAH ITU?

Oleh Cherry Chesser

"Pada mulanya Allah ... " (Kejadian 1:1). Kata-kata ini memperkenalkan kita kepada Yang Mahatinggi yang memerintahkan langit dan tumbuhan dan kerajaan hewan menjadi ada, dan yang meniupkan ke hidung manusia "nafas kehidupan; dan manusia itupun menjadi makhluk yang hidup " (Kejadian 2:7).

Dia menciptakan bumi dengan lautannya, lembah-lembah dan pegunungan dan daratan untuk dihuni manusia. "Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan; dan oleh nafas mulut-Nya segala tentaranya "(Mazmur 33:6). Ibrani 11:3 mengatakan kepada kita bahwa "alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah. "Firman ilahi Allah mengungkapkan kepada kita bahwa Dia adalah Mahakuasa."

“Ah Tuhan Allah! Sesungguhnya Engkau telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan -Mu yang besar dan dengan lenganmu yang terentang, dan tiada suatu apapun yang mustahil untukMu" (Yeremia 32:17). Kuasa Tuhan tidak terbatas. Tidak mungkin bagi manusia, dengan wawasan yang terbatas dalam hal-hal rohani untuk memahami keagungan dan kekuasaan Allah. Ayub berkata, "Siapa yang dapat memahami guntur kuasa-Nya?" (Ayub 26:14). Bagaimana Allah ini ada? Allah "bersemayam untuk selamanya" (Yesaya 57:15). Manusia dalam keterbatasannya tidak mempunyai kemampuan untuk memahami konsep "keabadian." Manusia terbatas pada "waktu," tapi waktu tidak berarti apa-apa bagi Tuhan. "Satu hari dengan Tuhan seperti seribu tahun dan seribu tahun seperti satu hari" (2 Petrus 3:8). Allah tidak memiliki awal dan akhir.

Allah Mahakuasa. "Ya Tuhan punyamulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemshyuran dan keagungan, ya segala-galanya yang ada dilangit dan dibumi. Ya Tuhan punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala" (1 Tawarikh 29:11). "Tuhan melakukan apa yang dikehendaki-Nya di langit dan di bumi, dilaut dan di segenap samudera raya" (Mazmur 135:6). Kuasa Tuhan digambarkan seperti guntur yang kuat, dan manusia tidak mampu memahami itu (Ayub 26:14). Bom dan dinamit yang kuat hanya seperti petasan dibandingkan dengan kekuatan dan kekuasaan Allah.

Allah Mahatahu, "KebijaksanaanNya tak terhingga" (Mazmur 147:5), dan Dia "sempurna dalam pengetahuan" (Ayub 37:6). Rahasia hati manusia terbuka bagi Allah. Dia "menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat, (1 Tawarikh 28:9), dan Dia mengetahui "rahasia hati" (Mazmur 44:21). Allah memberitahu pangeran Yehuda bahwa "Aku tahu apa yang timbul dalam hatimu" (Yehezkiel 11:5). Manusia hanya mampu menyelami sebagian kecil dari kebesaran dan keagungan alam semesta, tapi Tuhan mengingat nama setiap bintang di langit, karena Dialah yang menciptakan dan menamai mereka (Yesaya 40:26).

Allah Maha hadir. Mengenai bait Allah duniawi, Salomo berkata, "sesungguhnya langit bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau terlebih lagi rumah yang kudidikan ini" (1 Raja-raja 8:27). Daud mengakui ketidakmampuannya untuk bersembunyi dari hadirat Allah (Mazmur 139:7-12). Yeremia, melalui inspirasi, menyatakan, "Masakan aku ini hanya Allah yang dari dekat demikianlah Firman Tuhan, dan bukan allah dari jauh juga? Sekirannya ada seseorang menyembunyikan diri dari persembunyiannya masakan Aku tidak melihat dia? Demikianlah Firman Tuhan, tidakkah aku memenuhi langit dan bumi? Demikianlah Firman Tuhan" (Yeremia 23:23-24). Campur tangan Allah atas kita dan "Dia menilik semua penduduk bumi" (Mazmur 33:14). Tuhan menjelajahi seluruh bumi" ( 2 Tawarikh 16:9). Setiap makhluk hidup ada di bawah pengawasan hal Allah. "Tidak ada suatu mahklukpun yang tersembunyi dihadapan-Nya sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka depan mata Dia" (Ibrani 4:13). Tuhan tahu setiap pikiran, perkataan, dan tindakan dari setiap makhluk, dari Adam sampai akhir zaman. "Nama Allah itu Kudus" (Yesaya 57:15). "Tuhan duduk di atas takhta–Nya kekudusan" (Mazmur 47:8), dan seluruh bumi harus "bersyukur pada tahta kekudusan-Nya" (Mazmur 97:12). Para serafim yang diberi akses ke tahta Tuhan berseru, "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam" (Yesaya 6:3).

Ada beberapa hal yang Tuhan tidak bisa lakukan. Kemurnian dan kekudusan-Nya membuat-Nya tidak dapat memandang "kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman" (Habakuk 1:13). Manusia selalu mencoba untuk mengabaikan kekudusan Allah, gagal untuk memberi-Nya penghormatan dan rasa takut yang merupakan tuntutan kekudusan-Nya. Dia punya hasrat untuk membawa Allah turun ke derajatnya, memperaktekkan dosa-dosa yang menjijikkan. Namun, Allah menuntut kekudusan hidup, "sebab ada tertulis, Kuduslah kamu ; sebab Aku kudus" (1 Petrus. 1:16).

Tanpa kekudusan, "tak seorang pun akan melihat Tuhan" (Ibrani 12:14). Tuhan itu adil dan benar. Hakim duniawi kadang-kadang membuat putusan yang salah. Korupsi sering mempengaruhi keputusan peradilan. Hakim kadang-kadang menjadi target suap atau ancaman. Namun Tuhan sempurna dalam keadilan. "Dia adalah "adil dalam segala jalan-Nya, dan suci dalam semua karya-karyanya" (Mazmur 145:17)."

Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya (Mazmur 89:15 ). Keadilan Allah mungkin tertunda, tetapi akan dinyatakan-Nya. Ketika Yesus kembali sebagai Hakim Agung, mereka yang telah menghina dan menolak Dia dalam hidup ini akan menerima putusan yang akan mengirim mereka ke dalam "api yang kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya" (Matius 25:41). Masuknya dosa ke dalam dunia membangkitkan murka Allah. Manusia berupaya untuk mengabaikan aspek dari sifat Allah. Orang-orang yang menyebut diri penginjil memenuhi jemaat mereka dengan kasih, kemurahan dan anugerah yang hampa. Karena inilah berita yang ingin didengar kawanan (jemaat). Manusia secara keseluruhan tidak memahami sifat murka Ilahi. Mereka menyamakan murka Allah dengan murka manusia yang didasarkan pada emosi.

Murka Ilahi tidak dipengaruh oleh emosi, melainkan berdasarkan keadilan. Fakta dan sifat dari dosa membuat murka Allah menjadi sebuah keharusan yang ilahi. Alkitab dibuka dan ditutup dengan kebaikan dan kasih yang secara cuma-cuma berasal bebas dari Allah. Kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan betapa dalam dan kayanya kasih dan kebaikan Allah bagi umat manusia. "Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhankarena kasih setia-Nya karena perbuatan-perbuatannya yang ajaib terhadap anak-anak manusia!" (Mazmur 107:8).

Manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah sanggup untuk mengetahui kasih duniawi. Suami dan istri, jika menikah harus sebagaimana mestinya, mencintai satu sama lain dari hati yang paling dalam. Mereka akan menyerahkan hidup mereka sendiri untuk keselamatan pasangannya. Orang tua sangat mencintai anak-anak mereka dan akan mengorbankan nyawa mereka atau apapun yang mereka miliki demi anak-anak mereka. Anak-anak mengasihi dan menghormati mereka orang tua. Kebaikan dan cinta melindungi keluarga Kristen. Banyak cerita tentang orang membuka rumah mereka untuk orang asing yang membutuhkan. Namun, bagaimanapun kasih dan kebaikan dan kebajikan duniawi tidak dapat dibandingkan dengan kasih dan kebaikan Ilahi.

Adalah sifat Allah untuk mengasihi, dan itu adalah sumber dari setiap pemberian yang baik (Yakobus 1:17). Tuhan selalu melakukan hal-hal yang baik bagi kita, menurunkan "hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan" (Kisah Rasul 14:17). Manusia berjibaku dan berjuang melawan dosa dan harus bergantung pada kasih dan kebaikan Allah setiap waktu. Daud menyadari dosa besarnya dengan Batsyeba, berseru kepada Tuhan dengan kepedihan hati. "Kasihanilah aku ya Allah menurut kasih setiamu hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatmu yang besar" (Mazmur 51:1). Semangat bertobat menghasilkan keinginan untuk kebaikan dan kasih Allah. "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan dan kemurahan Allah, kesabaran dan kelapangan hati-Nya, tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?" (Roma 2:4).

Merenungkan kebaikan dan kasih Allah dapat mencegah dosa. Adalah sia-sia untuk mencoba memahami betapa tingginya, dalamnya, lebarnya dan panjannya kasih Allah. Kasih-Nya "melampaui segala pengetahuan" (Efesus 3:19). Tuhan mengasihi setiap orang yang pernah hidup di muka bumi. Sepanjang sejarah Alkitab, banyak orang menolak, menghina Allah, namun Dia tetap mencintai dan menjaga mereka. Bangsa Israel melukai hati Tuhan dari waktu ke waktu. Mereka menyembah berhala, bahkan mengorbankan anak-anak mereka kepada berhala dan mengejar kesia-siaan dengan mengorbankan anak-anak. Mereka merendahkan hukum Tuhan (Amos 2:4), menganiaya orang miskin, dan orang-orang benar (Amos 2:6).

Meskipun manusia mungkin membenci Tuhan dan mencintai apa yang Allah benci, Tuhan tetap mengasihi mereka. Hanya Tuhan yang bisa mengasihi seperti ini. Tuhan berbicara kepada Israel, "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal" (Yeremia 31:3). Artinya, "Allah adalah kasih" (1 Yohanes 4:8). Ekspresi dari kasih dan kebaikan Allah terbesar adalah pengorbanan Kristus di kayu salib. Allah "begitu" mengasihi manusia sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16), dan Kristus sangat kasih sehingga Dia rela dikurbankan "karena dosa" (Yesaya 53:10). "Demikianlah kita mengetahui kasih Kristus yaitu bahwa Dia telah menyerahkan nyawanya untuk kita ... " (1 Yohanes 3:16). Adalah manifestasi kasih Allah terhadap kita, dengan mengutus-AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup. Kasih karunia adalah Allah memberikan berkat dan rahmat-Nya bagi umat manusia.

Rahmat dan berkat tidak pernah diperoleh karena usaha sendiri. "Setan memasuki setiap aspek dari keberadaan duniawi ini, berputar untuk menyebarkan tipuan dan kebinasaan. Manusia terperdaya oleh daya pikatnya. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih melakukan dosa dalam berbagai bentuk dan tingkatan. "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan , perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu, hujat" (Matius 15:19). Dosa membuat manusia tanpa pertolongan dan tanpa pengharapan. Satu-satunya harapan terletak pada kasih karunia Allah . Manusia harus datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati. "Allah menentang orang yang congkak dan mengasihi orang yang rendah hati" (1 Petrus 5:5).

Anugerah memberikan kesembuhan dari dosa di kayu salib di Kalvari, "oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (Roma 3:24). Anugerah tidak bisa diberikan kepada hati yang tidak mau bertobat. Karena pengorbanan terbesar Kristus dengan menumpahkan darah-Nya yang kudus bagi kita, anugerah Allah yang menyelamatkan dibentangkan kepada mereka yang menerima karunia itu dengan "ketaatan iman" (Roma 16:26 ). Injil adalah satu-satunya pengharapan manusia; itu adalah "Injil kasih karunia Allah" (Kisah Para Rasul 20:24). Mereka yang menolak kasih karunia Allah akan "dihukum dengan kehancuran yang kekal dari kehadiran Tuhan, dan dari kemuliaan kekuatan-Nya" (2 Tesalonika 1:9). "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah" (Efesus 2:8). Berkat-berkat rohani yaitu kasih karunia hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mengejar kekudusan sebab "tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan" (Ibrani 12:14).

Nuh "mendapat kasih karunia di mata Tuhan" (Kejadian 6:8). Namun, Nuh harus melakukan perannya dengan membangun bahtera tepat seperti yang telah Allah instruksikan. Kelepasan anak sulung Israel di Mesir itu tergantung pada ketaatan iman mereka dengan membubuhkan darah pada kedua tiang dan pada ambang atas pintu (Keluaran 12:7, 13). Dalam kekristenan Perjanjian Baru, manusia harus tinggal di dalam ajaran Kristus (Kisah Para Rasul 14:3) agar layak menerima anugrah Tuhan. Hubungan yang dekat dengan anugerah Allah adalah rahmat-Nya. Dosa membinasakan jiwa, membuat manusia tidak berdaya dan dalam keadaan miskin spiritual yang komplit. Tidak ada yang bisa diperbuat manusia secara pribadi untuk menyelamatkan jiwanya sendiri. Manusia harus bergantung pada belas kasihan Allah. "Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" (Titus 3:5). Allah "berlimpah kasih dan setia" (Mazmur 86:15) dan "kaya dengan rahmat" (Efesus 2:4).

Rahmat adalah kasih dan anugerah yang dikerjakan oleh Allah. Melalui rahmat, Allah mempeluas belas kasihan–Nya atas manusia yang melangkah dalam dosa. Yeremia menyatakan, "Aku tahu Ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya" (Yeremia 10:23). Manusia harus memiliki sikap seperti pemungut cukai yang berdoa dalam hatinya, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa kepada" (Lukas 18:13). Ketika Daud dihadapkan oleh Nathan pada dosanya, ia memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya dengan rahmat, dengan mengakui" Aku sudah berdosa kepada TUHAN" (2 Samuel 12:13). Dia sujud di hadapan tahta Allah, memohon kepada-Nya "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Allah ingin merentangkan belas kasihan penuh dan lemah lembut" (Yakobus 5:11). Tuhan setia dan panjang sabar.

Dosa menghasilkan hukuman, dan Tuhan akan menunjukkan keadilan-Nya. Namun, Dia memperluas rahmat-Nya, dengan panjang sabar kepada mereka yang layak mendapatkan hukuman" (Roma 9:22). Ada kekayaan besar dalam kesabaran Allah (Roma 2:4). Allah begitu sabar terhadap dunia yang jahat pada zaman Nuh (Petrus 3:20), dan Dia "sabar terhadap kita tidak menghendaki satu orangpun binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Petrus 3:9). Ini adalah demonstrasi kesabaran Ilahi yang terpancar dari hati-Nya yang penuh kasih.

Dunia pada zaman Nuh begitu jahat dan "kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan" (Kejadian 6:5) dan bumi itu "penuh dengan kekerasan" (Kejadian 6:11). Namun, kasih dan kesabaran Tuhan mengizinkan Nuh untuk berkhotbah kepada orang-orang jahat tersebut selama seratus dua puluh tahun sementara Nuh membangun bahtera. Dia digambarkan sebagai "pemberita kebenaran" dalam 2 Petrus 2:5 dengan harapan bisa mengubah "orang berdosa dari jalannya yang jahat " (Yakobus 5:20).

Tuhan juga tidak akan memusnahkan empat kota yang telah terkubur dalam dosa dan penyimpangan hanya jika ada sepuluh orang benar di sana (Kejadian 19). Tujuh bangsa penyembah berhala yang menghuni Palestina (Ulangan 7:1) menolak Allah yang keberadaan-Nya sudah dibuktikan oleh ciptaan-Nya "sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Roma 1:20).

Orang Kanaan bertahan dalam kejahatan, dalam cara hidup yang jahat, menepis Allah, namun, Dia tetap memberikan mereka kesempatan untuk bertobat, memberitahu Abraham bahwa kesalahan mereka adalah "belum genap" (Kejadian 15:16). Banyak generasi kemudian, Allah tidak menginginkan bahwa adanya yang binasa di Israel, Mesir, Kanaan, atau dunia, Allah menyatakan kebesaran-Nya dalam aksi yang besar agar namanya "dapat dinyatakan di seluruh bumi" (Keluaran 9:16). Pada akhirnya, hanya Rahab dan keluarganya yang mendapatkan manfaat dari kesabaran Allah (Yosua 2:9-15; 6:23-25​​).

Kesabaran Allah bagi Israel ditunjukkan selama periode para hakim, meskipun mereka "memperlakukan diri mereka lebih jahat dari nenek moyang mereka dengan menyembah dan melayani berhala dan bersujud kepadanya; mereka tidak berhenti dari perbuatan mereka sendiri ataupun dari kekerasan hati mereka" (Hakim-hakim 2:19). Saatnya batas kesabaran Allah pun tiba dan hal itu terjadi saat Israel dibawa tertawan ke Asyur. Dia "menjauhkan orang Israel dari hadapan-Nya, seperti yang telah dikatakan-Nya melalui para nabi. Orang Israelpun diangkut dari negerinya sendiri ke tanah Asyur.

Para suami dan istri ingin pasangan mereka tetap setia kepada mereka. Tidak ada ruang untuk kecurigaan atau ketidakpastian. Para prajurit bersumpah untuk setia kepada negara mereka. Kesetiaan adalah kebutuhan manusia secara rutin . Banyak pasangan yang mengingkari sumpah pernikahan yang telah mereka buat di hari pernikahan. Banyak prajurit yang mengkhianati negara mereka. Jabat tangan dalam bisnis tidak lagi cukup untuk menjaga kesetiaan dalam kesepakatan. Kata "setia" mengindikasikan stabilitas dan ketenangan roh.

Kesetiaan kepada Tuhan hanya ditemukan dalam kesetiaan yang benar yang hanya dapat ditemukan di dalam Allah. "Maka ketahuilah bahwa Tuhan Allahmu Dialah Allah, Allah yang setia" (Ulangan 7:9). Dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu" (Yesaya 25:1). Ketidakpercayaan manusia tidak bisa membatalkan kesetiaan Allah (Roma 3:3) "Allah itu setia" (1 Korintus 1:9). Dan "jika kita tidak setia, Dia tetap setia karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya" (2 Timotius 2:13). Kesetiaan adalah sifat Ilahi, dan bagi Allah untuk tidak setia akan bertentangan dengan sifat-Nya dimana tidak mungkin bagi Dia untuk melakukan itu.

Janji-janji Allah adalah benar dan setia. Dia menjanjikan penebusan melalui benih perempuan di Taman Eden (Kejadian 3:15) dan janji ini digenapi empat ribu tahun kemudian ketika Anak Allah lahir dari seorang perawan dan kemudian menderita mati demi manusia" (Ibrani 2:9). Ketika Allah berbicara, Firman-Nya itu pasti dan benar, karena Dia tidak akan membiarkan "kesetiaan-Nya." Ketika manusia memeluk kebenaran "Pada mulanya Allah" (Kejadian 1:1), ia menerima kedaulatan Tuhan dan tunduk kepada kehendak-Nya. Manfaat percaya dan yakin akan kekudusan, kebenaran, kebaikan, kemurahan, kesabaran, dan semua atribut [sifat Ilahi] Allah tidak dapat diukur. Kehidupan yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menghasilkan penderitaan dan sakit hati dan akhirnya kehilangan jiwa. Kehidupan yang penuh dengan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan akan menghasilkan "hak untuk memiliki pohon kehidupan dan dapat masuk melalui pintu gerbang ke kota itu" (Wahyu 22:14).

YESUS, SANG PUTRA ADALAH POKOK ANGGUR

Oleh Jana Lyons

Nas Yohanes 15:1-8 berbunyi, "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Menjelang akhir pelayanan Yesus, perayaan Paskah diadakan di ruang atas, dihadiri oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Sementara mereka berjalan dari ruang atas menuju taman Getsemani, Yesus memiliki kesempatan untuk berbicara dengan para murid-Nya dan memberikan kata-kata penghiburan untuk mengurangi kecemasan mereka. Perasaan cemas itu terindikasi dalam Yohanes 14:1. Oleh karena orang-orang ini benar-benar hidup pada saat peristiwa yang kita baca tersebut dan kita renungkan dalam doa, mereka kurang memahami “kelanjutan cerita” yang dinyatakan kepada kita dalam firman Allah. Tidak diragukan lagi murid-murid itu bingung tentang peristiwa traumatis yang terbentang di depan mereka dan Tuhan mereka sebelum dan selama penyaliban-Nya. Untuk menenangkan dan memberi instruksi kepada mereka mengenai hal-hal yang akan mereka alami dengan keterbatasan keberadaan manusia, Yesus menggunakan kiasaan atau metafora yang diperluas untuk menarik perbandingan.

Untuk tujuan ilustrasi, Kitab Yohanes mencatat bagi kita tujuh pernyataan “Aku adalah.” Yesus menempatkan putaran lebih dramatis dan figuratif pada sifat-Nya yang begitu sulit untuk dipahami oleh manusia. “Akulah roti hidup” (Yohanes 6:35), “Akulah terang dunia (Yohanes 8:12), “Akulah pintu” (Yohanes 10:9) “Akulah gembala yang baik” (Yohanes 10:11), “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25), “Akulah jalan, kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6), Akulah pokok anggur yang benar” (Yohanes 15:1).

Enam ucapan pertama berfokus pada Yesus sebagai pemberi hidup, dan mengundang untuk datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya. Kata “Akulah” yang terakhir berbicara kepada mereka yang sudah datang kepada-Nya dan meminta mereka untuk tetap di dalamnya. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” adalah perbandingan dari Yohanes 15, yang menjadi fokus pelajaran kita pada pasal ini dan di dalamnya Yesus menggunakan perbandingan agrikultural (pertanian) yang telah secara luas dimengerti oleh orang-orang pada zaman-Nya.

Yesus adalah contoh kita yang sempurna dari seorang guru yang menemui siswa-siswanya dimana mereka berada. Dia mempertimbangkan tingkat pengetahuan kerohanian mereka dan pengalaman mereka sehari-hari dalam mengajar mereka. Anda tidak akan menemukan dimana Yesus tidak jelas atau menggunakan pesan tersembunyi yang membingungkan untuk menerangkan titik pelajaran-Nya. Pendengar-pendengar-Nya ini mengerti masalah pertanian, khususnya kebun anggur. Marilah kita melihat kepada dua tokoh utama dalam perbandingan ini: Yesus, Sang pokok anggur dan murid-murid-Nya adalah ranting-rantingnya.

Yesus adalah Pokok Anggur. Pokok anggur adalah sumber kehidupan bagi tanaman. Pokok anggur adalah penghubung dengan tanah yang mensuplai air dan nutrisi yang penting bagi tanaman untuk menghasilkan buah. Jika tidak ada pokok tidak akan ada buah. Ranting-rantingnya sepenuhnya bergantung pada pokok anggur. Ranting-ranting tidak memiliki akar yang dalam pada ranting-ranting itu sendiri. Yesus adalah sumber nutrisi kita yang membuat kita tumbuh dan menghasilkan buah. Kita harus memiliki hubungan yang dekat dengan-Nya untuk mendapatkan aliran yang terus menerus akan hal-hal yang kita perlukan untuk memelihara dan mendukung kita dalam kehidupan Kristen kita. Ia ingin agar sahabat-sahabat-Nya tahu bahwa kehadiran fisik-Nya di bumi segera tidak lagi menjadi sesuatu yang mereka nikmati, tetapi Dia masih akan terus memelihara mereka.

Meskipun kita tidak dapat melihat Dia, kita terhubung erat dengan Dia sebagai ranting-ranting anggur dihubungkan dengan pokok anggur. Semangat kita untuk mengajar orang lain, dan keinginan kita untuk mengenal dan mengasihi-Nya akan terus mengalir melalui kita selama kita melekat pada-Nya sebagai ranting. Seperti halnya ranting yang mengandalkan keterhubungan dengan pokok anggur untuk mendapatkan energi dan menghasilkan benih, murid-murid Yesus bergantung pada hubungan spritual dengan-Nya untuk mampu melayani-Nya dengan efektif. Secara khusus, Yesus menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur “yang benar”. Kata Yunani untuk “benar” mempunyai arti “asli”; kebalikan dari fiktif atau palsu. Dengan menggunakan kata ini Dia menggambarkan kontras antara diri-Nya dengan guru yang lain, nabi atau sumber kehidupan spritual lainnya yang mungkin pernah ditemui. Kita mungkin dapat mempertimbangkan ini sebagai jaminan keaslian Yesus, keilahian-Nya dan sumber keselamatan kita.

Murid-murid-Nya adalah ranting-ranting. Ayat 8 merinci dengan sangat jelas bahwa ranting-ranting merunjuk kepada kita, murid-murid-Nya. Kita adalah tunas dari pokok anggur yang membumi dan mengalir dengan kehidupan. Adalah tanggung jawab kita untuk tumbuh keluar dan terus menerus terhadap orang lain di dunia ini untuk menawarkan buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Sifat-sifat dari karakter Kristen yang dilukiskan kepada kita adalah manis, buah segar yang menyegarkan yang akan memelihara dunia dan akan membuat dunia ini lebih baik. Ini adalah tugas kita. Kita harus membawa buah-buah Roh itu keluar sana. Yesus mengatakan kepada dunia bahwa kita dikenali melalui buah-buah kita (Matius 7:16-20).

Dalam ayat 4 Yesus menekankan bahwa tidak akan ada ranting yang bisa hidup apalagi menghasilkan daun dan buah sendirian. Ini adalah tentang kita yang Dia bicarakan. Kecuali kita tinggal di dalam Dia, tetap terhubung dan bergantung pada-Nya untuk hidup, kita tidak bisa hidup. Buah rohani kita adalah apa yang kita hasilkan dalam pelayanan kita kepada Kristus, bukan kepada diri kita sendiri; itu diluar kita, ini datang langsung dari Yesus, Pokok anggur. Kita bergantung pada-Nya untuk segala sesuatu, menurut Kisah Para Rasul 17:28, termasuk keselamatan kita (Roma 5:10),“sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (bandingkan Matius 7:21-23).

Selain membandingkan murid-murid-Nya dengan ranting dari pokok anggur, Kristus berkata “Tinggallah di dalam Aku.” Seseorang itu harus tinggal, atau bertahan pada pokok anggur (Kristus) bukan pada ranting (manusia biasa). Kata Yunani yang dipakai untuk kata “tinggal” mengandung pengertian mempertahankan sebuah hubungan dengan teguh, atau bertahan.

Para pendengar pelajaran ini dapat menarik kesimpulan berdasarkan pengetahuan mereka tentang pertanian bahwa pokok anggur dan ranting-ranting yang melekat padanya akan menghasilkan jenis buah yang sama. Pokok anggur yang sama tidak akan menghasilkan mentimun pada satu ranting, anggur pada ranting yang lain dan labu pada ranting yang satu lagi. Hidup kita akan mencerminkan kehidupan Kristus jika kita tinggal di dalam pokok anggur yang benar.

Untuk tinggal “di dalam” Kristus, pertama-tama seseorang harus masuk ke “dalam” Dia (Roma 6:3-4; Galatia 3:26, 27). Persyaratan tinggal di dalam Kristus menempatkan tanggung jawab yang terus menerus pada manusia (Kolose 2:6). Nasihat untuk tetap di dalam Dia menyiratkan bahwa ada kemungkinan untuk tidak tinggal tetap di dalam Dia. Kristus juga ada di dalam kita (ranting) melalui “benih” spritual firma-Nya (Lukas 8:11). Tetapi kita sebagai murid harus terus-menerus tinggal di dalam Dia, jika tidak, kita akan gagal dan terhilang.

Dunia denominasi sering mengklaim bahwa banyak pengakuan iman dan sistem kepercayaan yang telah dibuat oleh manusia dipaksakan untuk dijelaskan dengan alegori (perbandingan) Yesus tentang perumpamaan pokok anggur dan ranting-rantingnya ini. Ada beberapa alasan mengapat hal ini tidak mungkin benar (1) carang (ranting) diidentifikasi secara eksplisit dalam ayat 5 sebagai orang, bukan berbagai gereja. (2) Kristus berkata “tinggallah di dalam Aku” pokok anggur yang benar, bukan tinggallah di dalam ranting-rantingnya. (3) membuang integritas perbandingan itu sendiri. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, tidak mungkin untuk satu carang dapat menghasilkan dan mempertahankan buah yang berbeda (semangka, mentimun, dan lain-lain). (4) ranting-ranting bukanlah denominasi-denominasi, semua terhubung kepada Kristus, sebab pada waktu Yesus mengajarkan perbandingan ini belum ada denominasi.

Karena itu perumpamaan ini tidaklah ditujukan kepada denominasi. Hasil dari tetap tinggal di dalam Yesus, pokok anggur yang benar adalah menghasilkan buah yang lebat (Yohanes 15:5), tetapi konsekuensi dari tidak tinggal di dalam Dia adalah dibuang dan dibakar seperti sampah (Yohanes 15:6). Menghasilkan buah adalah bukti sebagai murid Yesus. Memiliki firman-Nya yang tetap di dalam kita berarti mau berbagai pikiran dan kehendak-Nya. Kita akan menginginkan apa yang Yesus inginkan. Buah yang kita hasilkan ditujukan kepada pengetahuan dan kasih Allah, dan berikutnya Bapa adalah kesenangan utama anak dan telah menjadi fokus dari semua yang Dia katakan dan kerjakan. Oleh karena kita, sebagai murid, hidup dalam persatuan dengan Kristus, kemuliaan Bapa akan menjadi tujuan hidup kita juga.


ROH KUDUS

Oleh Marty Lyons

Yesus berkata, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:7-8).

Ayat Hafalan: Yohanes 14:26.

“Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26).

SIAPAKAH ROH KUDUS?

Pengajaran tentang Roh Kudus merupakan pengajaran yang sungguh-sungguh mengikat di dalam Alkitab. “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:10). Alkitab adalah sebuah karya Roh Kudus dan merupakan sumber segala sesuatu, supaya kita dapat mengetahui tentang Dia. Dia adalah pribadi yang hidup dan kekal dalam suatu hubungan yang dekat dengan Allah Bapa dan Allah Anak. “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (1 Yohanes 5:7).

Ketiga pribadi ini membentuk ke-Allahan. Allah itu Esa, tetapi Dia menyatakan diri-Nya dalam tiga pribadi (Trinitas), yang kita sebut ke-Allahan. Mereka dipisahkan dalam fungsi, namun satu dalam tujuan dan banyak hal-hal yang ingin kita ketahui tentang ke-Allahan, beberapa dari pertanyaan kita, harus kita tunggu jawabannya hingga kita bersama-sama dengan Tuhan dalam kekekalan.

Pekerjaan mulia Roh Kudus adalah untuk memuliakan Kristus dan membimbing orang-orang percaya kepada semua kebenaran. Dia bersama-sama dengan Kristus dari sejak mulanya, di dalam pelayanan pribadi-Nya, di dalam segala kehidupan-Nya dan di dalam kematian-Nya. Dia menerima firman Kristus, firman Bapa dan menyatakan firman itu kepada para rasul. Kesatuan-Nya dengan Bapa dan Putra akan menjamin bahwa Dia tidak akan berbicara selain dari pada apa yang dikehendaki Bapa.

Dia mengilhami nabi-nabi dalam Perjanjian Lama dan memberikan kemampuan untuk menubuatkan penderitaan Kristus. “Tetapi aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh TUHAN, dengan keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya” (Mikha 3:8). “Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN” (Zakharia 7:12).

Pada waktu dibaptiskan, Yesus diperkenalkan sebagai Mesias, "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yohanes 1:32).

JANJI TENTANG ROH KUDUS DIGENAPI

Sebelum penyaliban-Nya, Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan datang dan menjadi penghibur (penolong) bagi rasul-rasul (Yohanes 14:16-17). Sebelum kenaikan-Nya, Yesus juga berjanji kepada rasul-rasul-Nya bahwa mereka akan dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kisah Rasul 1:5-8). Di dalam Matius 10:16-20, Yesus mengatakan kepada rasul-rasul bahwa Dia akan menyertai mereka dan akan memberikan kata-kata yang akan mereka katakan. Tetapi Yesus mengetahui bahwa rasul-rasul itu belum mengetahui sepenuhnya bentuk kerajaan-Nya.

Roh Kudus sebagai penolong menggantikan Kristus setelah kenaikan-Nya kepada Bapa (Yohanes 7:39). Yesus berkata kepada mereka bahwa Roh Kudus akan datang dan akan membimbing mereka ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:12-15; 15:26; 14:15-31). Bila kita melihat di dalam Kisah Rasul 2, janji ini digenapi dan janji ini dimulai pada hari Pentakosta di Yerusalem. Rasul-rasul itu dibaptiskan dengan baptisan Roh Kudus dan mulai berkata-kata sebagai orang-orang yang diilhami, di dalam lidah-lidah (bahasa) yang dipahami oleh semua bangsa. Injil dikabarkan dan gereja Tuhan berdiri pada hari yang mulia itu – yaitu suatu hari yang ada di dalam rencana kekal Allah.

Roh Kudus mengajarkan segala sesuatu kepada rasul dan mengingatkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam memberitakan kehendak Allah yang telah dinyatakan yaitu kebenaran (Yohanes 16:13-14). Roh Kudus memberikan seluruh kebenaran yang dibutuhkan oleh manusia supaya selamat. Yesus mengetahui bahwa mereka membutuhkan bimbingan Ilahi agar mereka dapat melewati aniaya dan dapat menyatakan kehendak Allah kepada umat manusia. Mereka bebas berbicara, berani dan penuh kuasa. Mereka diberi kuasa untuk berkata-kata dalam bahasa asing dan sama seperti tanda-tanda mujizat yang lain, semuanya adalah untuk meneguhkan firman yang dikatakan oleh pemberita firman yang diilhami.

Allah mengetahui bahwa akan banyak musuh-musuh Injil namun Injil tetap harus dinyatakan, diteguhkan serta harus disampaikan kepada semua bangsa. Pertama-tama kehendak Allah dinyatakan oleh Kristus dan kemudian oleh Roh Kudus melalui orang-orang yang diilhami (Galatia 1:12; Efesus 3:5, 8-11). Orang-orang yang diilhami menuliskan ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru untuk dipergunakan secara permanen. Sekarang kita mempunyai firman yang diteguhkan dan tulisan-tulisan firman itu – firman kudus Allah (2 Timotius 3:16-17).

Sebelum Perjanjian Baru dituliskan, Roh Kudus bekerja melalui orang-orang yang diilhami, membimbing mereka mengucapkan firman. Sekarang Dia bekerja melalui kitab yang diilhami. Sesungguhnya dahulu tidak pernah terjadi dan tidak akan pernah diperlukan wahyu yang “baru,” juga tidak diperlukan kuasa Roh Kudus untuk menjelaskan teks Alkitab. Roh Kudus telah memberikan Alkitab kepada kita dengan cara tertentu supaya dapat dimengerti oleh pikiran manusia. Roh Kudus tidak perlu “menerangkan” firman itu. Roh Kudus melakukan pekerjaan yang sempurna! Dan dikatakan kepada kita di dalam Yudas 3 bahwa kita “tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah [sekali bagi sekalian - TL] disampaikan kepada orang-orang kudus.”

“Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah” (1 Korintus 2:12-13). Perkataan “orang-orang kudus kepunyaan Allah” ini mengucapkan kata-kata yang berasal dari Allah dan bukan kata-kata mereka sendiri. Allah mengendalikan proses penyampaian wahyu yang dikehendaki-Nya. “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:21).

Pesan yang diilhami (Injil), pertama-tama ada pada orang yang diilhami – pertama-tama rasul-rasul, kemudian orang-orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul-rasul (Kisah Rasul 19:6-7). Ayat-ayat Kitab Suci itu “diilhami” (Allah – menghembuskan), karena orang-orang yang diilhami itu digerakkan oleh Roh Kudus pada waktu mereka menggunakan alat-alat tulis untuk menyatakan pikiran Allah. “Pedang Roh adalah firman Allah” (Efesus 6:17).

Meskipun manusia memberitakan pesan keselamatan dari Allah, sesungguhnya Roh Kuduslah yang memberitakan kebenaran yang agung ini. Pekerjaan Roh Kudus adalah untuk menyatakan, menuliskan dan melindungi firman kudus Allah yang dapat menjadikan kita bijak menuju keselamatan [bdg. 2 Tim. 3:15].

ROH KUDUS DALAM MENGINSAFKAN DAN MENTOBATKAN

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8).

Roh Kudus datang kepada para rasul dan berbicara melalui mereka agar Dia menginsafkan dosa dunia. Sekarang Dia bekerja melalui firman dan bukan mujizat (1 Korintus 13:8-10). “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh….” (1 Tesalonika 1:5). Hendaknya kita tidak lupa bahwa dibalik Injil Kristus terdapat kuasa Allah dan Roh Kudus bekerja melalui berita yang membawa keselamatan (Filipi 2:13; Roma 1:16). Ibrani 4:12-13 mengatakan bahwa firman itu hidup dan aktif dan di dalamnya ada kuasa dan suatu kekuatan rohani dan menusuk amat dalam memisahkan jiwa dan roh dan menginsafkan kita. Berita, firman Allah, itulah yang menggerakkan orang-orang percaya (Yohanes 20:31), membangun iman (Roma 10:17) dan membawa kita menuju keselamatan (Roma 1:16).

Roh Kudus dapat menggunakan keadaan hidup (kematian, kecelakaan, kebangunan rohani, artikel, buku, dll) atau perlindungan Allah untuk menggerakkan keinsafan di dalam hati kita. Sebuah definisi perlindungan Allah yaitu campur tangan Ilahi di dalam urusan kehidupan manusia melalui hukum alam untuk menyatakan sasaran-sasaran Allah. Cara yang terbaik untuk mengetahui perlindungan Allah adalah dengan melihat hal-hal yang sudah terjadi; kita jarang menyadari bahwa kita sedang mengalami perlindungan Allah (Roma 8:28).

Dengan menggunakan pedang Roh (firman) yang diberitakan oleh para pembawa pesan, Roh Kudus menginsafkan hati orang-orang yang tidak percaya untuk membimbing mereka kepada keyakinan dan pertobatan. Tetapi kepercayaan dan pertobatan yang timbul hanya dengan mendengarkan dan menaati firman yang diilhami oleh Roh Kudus dalam ayat-ayat Alkitab. Di dalam Titus 1:9, para penatua didorong untuk, “…berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya” (Titus 1:9).

Kita juga dapat melihat di dalam kitab Wahyu 2 dan 3 bahwa tujuh Sidang Jemaat di Asia didorong supaya “… mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Bagaimana mereka mendengar? Mereka mendengar Roh melalui firman yang diilhami yang telah dituliskan oleh Yohanes. Allah Roh Kudus, tetap bekerja di dalam hati manusia untuk menginsafkan dan mentobatkan.

Pekerjaan Roh Kudus yang lain adalah membawa hikmat Allah dan menyatakannya kepada manusia. Sekarang pikiran Allah ini sudah ada dalam bentuk tulisan (1 Korintus 2:7-16; 1 Petrus 1:10-12; 1:21). Tulisan itu adalah berita Injil yang memanggil manusia kepada ketaatan (2 Tesalonika 2:14).

Sekarang Roh Kudus menginsafkan dan mentobatkan dengan melengkapi pesan pemberita Injil dan membimbing mereka dengan memberikan firman untuk diberitakan yang akan menimbulkan keinsafan akan dosa dan ketaatan. Dan orang yang insaf akan dosa karena mendengar pemberitaan Ijil (mendengar firman itu diberitakan) sama seperti orang-orang yang insaf akan dosa-dosa oleh Roh Kudus melalui khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2).

ROH KUDUS DIAM DI DALAM ORANG PERCAYA

Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Roh Kudus diberikan kepada orang-orang yang menaati Allah dan yang dibaptiskan (Kisah Rasul 5:32). “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1 Korintus 12:13).

Ada tiga dasar pemahaman tentang “karunia Roh Kudus” (1) Literal (harfiah), keberadaan Roh Kudus secara pribadi di dalam tubuh seorang Kristen pada waktu dia dibaptiskan. (2) Ditujukan kepada keselamatan dan semua berkat keselamatan itu melalui ketaatan kepada Injil yaitu firman Allah. (3) Suatu istilah umum untuk karunia-karuia Roh yang dimiliki oleh orang Kristen abad pertama, tetapi berakhir secepatnya setelah wahyu Allah itu sudah lengkap, yaitu Alkitab.

Pastikan agar perbedaan salah satu pemahaman ini seharusnya tidak menjadi konflik atau perpecahan di dalam gereja, yaitu tubuh Kristus. Ada dua ayat Alkitab yang timbul di dalam pikiran yaitu, “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil” (Filipi 1:27) dan Yudas mengatakan, “Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus” (Yehuda 19).

Beberapa ayat Alkitab mengatakan, “Roh yang diam di dalam dirimu” tetapi tidak ada teks Alkitab yang mengatakan tentang cara bagaimana Dia diam di dalam orang-orang percaya. Tetapi kita mengetahui bahwa Roh Kudus diam di dalam orang-orang Kristen yang hidupnya digerakkan dan dikendalikan oleh firman Allah sebagaimana yang sudah saya nyatakan sebelumnya, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini" (Ulangan 29:29).

Roh Kudus tinggal di dalam hati umat Allah dalam arti yang sama dengan Allah dan Kristus diam di dalam mereka. “Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (Efesus 4:4-6). “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kolose 1:27). “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih” (Efesus 3:17). “Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu” (1 Tesalonika 4:8). Dengan iman dan kasih yang diciptakan di dalam hati orang-orang Kristen melalui firman Allah, Roh Kudus membimbing orang Kristen dan memberi kesaksian dengan roh kita bahwa “kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16; 1 Yohanes 4:12-15; Galatia 5:21-24).

Allah mengutus Roh Putra-Nya ke dalam hati kita sebagai suatu jaminan. “Memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2 Korintus 1:22). “Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Efesus 1:13-14). “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6; Roma 8:12-17).

Seperti yang telah dinyatakan kepada kita di dalam 1 Korintus 6:19, tubuh kita menjadi kemah Roh Kudus. Dan apabila Roh Kristus yaitu Roh Kudus tidak diam di dalam kita, kita bukan milik Kristus. “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9).

Berdiamnya Roh Kudus di dalam orang-orang percaya merupakan aspek pekerjaan Roh Kudus yang tetap dan akan tetap berlaku hingga hari terakhir. Tetapi baptisan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh itu hanya bersifat sementara dan berakhir kira-kira akhir abad pertama (1 Korintus 13:8-10).

Ketika Roh Kudus diam di dalam orang Kristen, Dia bekerja di dalam suara hati yang telah mendengar firman untuk membawa kita menuju hidup yang dikuduskan. Firman Allah adalah alat dan Dia membimbing serta memerintah kita melalui firman, yaitu firman Roh (Efesus 6:17). Ketika seseorang itu membaca dan mengikuti Roh firman Allah yang diilhami, maka dia sedang dibimbing dan diajari oleh Roh Kudus yang tidak mungkin salah itu.

DIKUDUSKAN OLEH ROH KUDUS

Yesus berkata, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Pengudusan merupakan proses melalui kebenaran Allah, Roh Kudus membawa kita kepada kesucian (Roma 12:1). Pengudusan ini merupakan suatu proses yang berkelanjutan melalui ketaatan kepada kebenaran Allah yang melalui proses itu kita akan semakin serupa dengan Kristus dan memperlengkapi kita untuk melayani Allah.

Pengudusan itu melalui tindakan penuh doa, berserah pada kehendak Allah agar Roh Kudus mengubah kita menjadi serupa dengan Kristus. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 5:23). Iman kita harus bergantung pada kuasa Allah untuk mengubah kehidupan kita.

Kita tidak boleh mengira bahwa Roh Kudus di dalam kita sama seperti pemberian beberapa karunia Roh atau menerima wahyu sebagai tambahan kepada Alkitab. Tetapi Roh itu menolong orang Kristen dalam usaha untuk melawan godaan di dalam kesucian hidupnya. Kita dipanggil untuk menghindari hal-hal yang kotor, meninggalkan kejahatan dan “… ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (2 Timotius 2:21b).

Pekerjaan Roh adalah untuk menguduskan firman yang adalah pedang-Nya (Efesus 6:17), alat-Nya untuk membangkitkan iman yang menyucikan di dalam diri orang-orang yang mendengarkan firman itu (Roma 10:17; Kisah Rasul 26:18). Allah menjamin kekuatan dan kekuasaan kita melalui Roh-Nya di dalam batin kita (Efesus 3:16). Roh Kudus menguduskan dan tinggal di dalam kita bila kita mengetahui, percaya, yakin dan menaati Injil Kristus yag telah diberikan kepada kita.

“Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (1 Korintus 6:11). Allah, Roh Kudus, sedang bekerja di dalam hati manusia untuk menghasilkan keinsafan dan pertobatan.

Seharusnya kita bersyukur atas pekerjaan Roh Kudus yang menguduskan kita bagi Allah. “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita” (2 Korintus 5:5). Syukur kepada Allah pencipta kita yang mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada orang-orang yang taat kepada berita yang diilhami-Nya. “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Tesalonika 2:13-14).

BERJALAN DI DALAM ROH

Roh Kudus diam di dalam kita (Roma 8:9), dan kita harus berjalan di dalam Roh (Galatia 5:16-22). Roh Kudus datang untuk memuliakan Kristus, maka dipenuhi dengan Roh Kudus berarti dipenuhi dengan Kristus – berjalan di dalam terang sebagaimana Dia adalah terang. Berjalan di dalam Roh berarti menaati pengajaran yang telah diberikan oleh Roh Kudus di dalam berita yang diilhami-Nya.

Kita juga harus “penuh dengan Roh” (Efesus 5:18). Ada yang menarik antara ayat ini dengan Kolose 3:16 yang menasihatkan kita supaya “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”

Ketika kita dibimbing oleh Roh Kudus, nurani kita sangat sedih apabila kita terlibat di dalam prilaku yang tidak suci yang bertentangan dengan firman Roh (“… suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus” - Roma 9:1). Ketika seorang Kristen melawan hati nuraninya, pada saat hati nuraninya itu mendengarkan firman Roh, dan ketika berprilaku bertentangan dengan hidup yang suci, maka prilaku yang demikian mendukakan Roh Kudus yang diam di dalam kita (Efesus 4:25-32). Roh Kudus Allah tidak boleh diabaikan atau ditolak (Kisah Rasul 7:51).

Dan kita diperingatkan, “Jangan memadamkan Roh” (1 Tesalonika 5:19). Mengeluarkan lidah api Ilahi dari dalam hati kita dan menjadi suam-suam kuku, itu akan memadamkan Roh.

Kritikan-kritikan anggota jemaat Tuhan, perpecahan dan hidup dalam keduniawian tidak hanya melukai diri kita sendiri tetapi juga melukai orang-orang yang tinggal di sekeliling kita. Hal ini akan mendukakan dan memadamkan Roh Kudus dan juga mendukakan Bapa dan Tuhan Juruselamat. Roh Kudus membawa hubungan yang damai di antara orang-orang percaya dan kesatuan yang nyata yang ditekankan. “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:2-3). Peduli sepenuh hati dan perhatian yang teguh merupakan bukti kehadiran Allah, Kristus dan Roh Kudus di dalam kehidupan orang-orang percaya.

Jika kita ingat bahwa yang diam di dalam kita adalah Roh Allah sendiri, kita akan memilih apa yang kita pikirkan, baca, tonton, katakan, dan yang kita lakukan. Pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah godaan kepada orang-orang yang tidak dimeteraikan oleh Roh Kudus. Kita harus mengendalikan hati dan pikiran kita serta “berjalan di dalam Roh” (Galatia 5:16-26), menjadikan firman Allah selalu membimbing kita, perhatikan juga 1 Tesalonika 4:1-8. Bersama-sama dengan saudara-saudara seiman yang sudah dewasa, berdoa dan berbincang-bincang dengan mereka secara rutin akan membantu kita untuk “berjalan di dalam Roh” (Roma 12:10; Efesus 6:18).

Apakah kita memperhatikan kehidupan rohani kita setiap hari? Apakah kita “berkelimpahan” dengan buah-buah Roh? Kita perlu “menyiram dan memupuk buah Roh supaya buah itu bertumbuh. Apakah firman Allah itu berakar di dalam jiwa kita? Apakah kita “memberi makan” jiwa kita dengan membaca, mempelajari dan menghayati ayat-ayat Alkitab sehingga firman itu selalu ada di dalam pikiran dan hati kita? Apakah kita “menyiram” jiwa kita itu dengan doa, memohon kepada Allah supaya memberikan “air hidup” yang telah dijanjikan kepada tiap-tiap orang yang datang kepadaNya? Kita perlu “menyiangi” kehidupan rohani kita dengan membuang semua yang tidak berkenan kepada Bapa kita. Kita harus membuat pilihan untuk mengizinkan kuasa Allah bekerja di dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan memperoleh hidup yang berkelimpahan.

Hidup yang dipenuhi Roh ialah hidup yang penuh dengan doa, perbuatan, dan hidup yang kokoh. “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Roma 15:13).

ROH KUDUS MENOLONG DALAM DOA KITA

Kita dapat berdoa kepada Bapa melalui Anak dan di dalam Roh Kudus (Efesus 2:18). Di dalam doa, Roh Kudus menolong umat Allah yang sudah dikuduskan. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:26-27). Terkadang kita kehilangan kata-kata dan pikiran kita mengembara. Tetapi syukurlah karena Allah memberikan Roh Kudus-Nya sebagai penolong dan dalam keadaan yang demikian ini Roh dapat memohon. Dia mengetahui pikiran dan kerinduan kita, serta menyampaikan kepada Allah sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

Marilah kita terus berdoa di dalam Roh, seperti yang diperintahkan ayat-ayat Kitab Suci: “Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus” (Efesus 6:18). “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus” (Yehuda 20). “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kita menerima berkat yang besar dari Allah melalui pemeliharaanNya yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen yang setia.

Terima kasih atas pertolongan Roh Kudus dan kurban Juruselamat kita, sehingga kita “…dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16). “Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Efesus 2:18). “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6).

KESIMPULAN

Di dalam pelajaran ini, kita telah mengetahui bahwa Roh Kudus adalah Seorang Pribadi Ilahi, salah Seorang dari ke-Allahan, yang membawa semua kebenaran kepada kita. Dan melalui kebenaran ini, Dia bekerja untuk menginsafkan, mentobatkan dan menguduskan melalui pemeliharaan-Nya. Menyampaikan, menulis dan memelihara firman Allah yang suci adalah pekerjaan Roh Kudus.

Jadi apa lagikah yang dikerjakan Roh Kudus di dalam hidup kita? Dia “menghibur” orang Kristen (Kisah Rasul 9:31).

“Menghasilkan” suka cita bagi orang Kristen (Roma 14:17; Galatia 5:22-23); “meneguhkan” orang Kristen (Efesus 3:16; Roma 8:13-14); “mencurahkan kasih Allah” di dalam hati orang Kristen (Roma 5:5); “menjadikan orang Kristen” kaya dalam pengharapan” (Roma 15:13); “memastikan” orang Kristen bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:15-16); “memohon” untuk kita (Roma 8:26); “materai keselamatan kita” (Efesus 1:13); dan Roh Kudus “diam” di dalam orang-orang Kristen yang taat kepada firman-Nya (Roma 8:9-11).

Roh Kudus selalu siap mendekatkan orang Kristen kepada Allah, menjadikan dewasa secara rohani. Kemenangan tidak ditemukan dalam urusan-urusan kita yang mudah maupun dalam kekuatan sumber daya kita melainkan dalam kehadiran Tuhan di dalam kita. Doa saya untuk kita semua adalah, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kolose 3:16-17).

Related Posts