Jurnal Edisi Oktober - Desember 2020

Tema: "KEDUNIAWIAN"

    EDITORIAL

    Jurnal rohani Sabda Hidup yang mulai diterbitkan sejak tahun 2002, edisi Januari – Maret, sempat terhenti penerbitannya bulan April 2017 hingga September 2020. Mulai dari edisi Januari – Maret 2017, pendistribusian jurnal Sabda Hidup tidak lagi dalam bentuk hardcopy (buku), tapi sudah dalam bentuk softcopy (pdf). Kami yakin bahwa saudara-saudara dalam Kristus di Indonesia, yang selama ini rutin menerima distribusi jurnal Sabda Hidup per tiga bulan, pasti sudah rindu untuk mendapatkan artikel-artikel rohani lagi untuk menjadi renungan pribadi demi pertumbuhan rohani dalam Kristus.
    Mulai dari edisi Oktober – Desember 2020, jurnal Sabda Hidup mengetengahkan tema keduniawian. Topik ini sangat krusial, mengingat masalah keduniawian begitu kompleks dalam kehidupan umat manusia, tidak terkecuali dalam kehidupan orang-orang Kristen. Dan harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap orang Kristen, bagaimana lepas dari masalah keduniawian dan hidup berkenan kepada Allah. Dalam kata pengantar buku Keduniawian, Michael Hatcher berkata, “Allah menuntut supaya manusia hidup kudus. “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Paulus memerintahkan kepada Timotius: “janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu” (1 Tim. 5:22). Tetapi, hari ini kelihatannya bahwa hidup murni itu semakin sulit dijalani. Dunia ini penuh dengan kejahatan dan nampaknya semakin buruk dari hari ke hari…Semua bentuk keduniawian diterima sebagai sesuatu yang lumrah. Apa yang terjadi di dunia segera masuk ke dalam gereja Tuhan pula; dimana sekarang keduniawian nampak di banyak jemaat. Banyak orang Kristen yang tidak peka dengan kejahatan dunia, tidak lagi sadar akan keduniawian.” Kondisi ini sangat menyedihkan dan memprihatinkan!

    Oleh sebab itu, untuk membantu setiap orang Kristen menghadapi keduniawian, maka dalam jurnal edisi ini, ada tiga artikel yang berhubungan dengan keduniawian yang dibahas secara panjang lebar, yaitu Ketamakan, Materialisme, dan Pencurian. Ketamakan sama dengan keserakahan atau mementingakan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain. Materialisme juga ada kaitannya dengan ketamakan, dan lebih spesifik kepada mengejar harta kekayaan atau uang. Sementara pencurian adalah mengambil harta atau kekayaan orang lain tanpa izin atau sepengetahuan pemiliknya untuk kepentingan diri sendiri atau untuk foya-foya. Perampokan juga masuk dalam kategori pencurian, tapi melakukan aksi dengan kekerasan terhadap orang lain. Saudara-saudara dapat membaca dan mempelajari rinciannya di halaman selanjutnya.

    KETAMAKAN

    Oleh: Wesley Simons

    PENDAHULUAN

    Ketamakan adalah dosa yang umum dilakukan. Namun, sedikit orang yang mengaku dosa ini. Tidak banyak penginjil atau penatua yang pernah mengaku bahwa dia bersalah karena ketamakan. Mengapa? Karena jika dia mengaku bahwa dia tamak, maka dia juga mengaku secara tidak langsung bahwa dia bersalah karena sikap egois, selalu mau diutamakan. Sikap merasa cukup, bagi banyak di antara kita, adalah memiliki hanya sedikit dari apa yang kita punya. Kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip Alkitab berikut ini: “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibr. 13:5).1 Paulus menyatakan begini: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:8).

    Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu” (Lukas 12:15). Kita hidup di dunia yang menawarkan banyak hal. Kita memiliki sebuah tanggung jawab yang diberikan oleh Allah untuk mengajar anak-anak kita bahwa hal-hal itu tidak memberi kepuasan. Kita mendorong orang-orang muda kita untuk menjadi dokter dan pengacara atau apapun yang akan menghasilkan kekayaan materi semasa kita hidup. Berapa kali kita mendorong orang-orang muda kita menjadi penatua, diaken, atau penginjil?

    DEFINISI KETAMAKAN

    Ketamakan adalah keinginan yang salah dan penuh dosa akan apa yang bukan milik kita. Strong berkata bahwa ketamakan adalah keserakahan atau cinta akan uang. Ketamakan biasanya mengekspresikan dirinya di dalam salah satu dari empat cara: (1) cara kita mencoba berusaha untuk mendapatkan banyak hal, (2) cara kita mencoba berusaha untuk menjaga hal-hal itu, (3) sebuah kegagalan di pihak kita dalam keinginan untuk berbagi hal-hal itu, dan (4) keinginan yang salah dan penuh dosa akan hal-hal itu bahkan sekali pun tidak dapat diperoleh.

    Ketamakan bukan hanya suatu keinginan yang salah akan uang, tetapi ketamakan juga bisa termasuk keinginan-keinginan yang salah akan hal-hal lain seperti kekuasaan, jaga gengsi, isteri tetangga, atau suatu posisi di dalam hidup. Yitro memberi nasihat kepada Musa:

    Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang (Kel. 18:21).

    Orang-orang yang mencintai kebenaran harus membenci ketamakan. Yang akan membuat kita semua bertanya, apakah kita benar-benar membutuhkan semua yang kita punya? Seseorang tidak harus kaya dulu untuk menjadi tamak!

    Kita harus mengerti bahwa ketamakan sama dengan penyembahan berhala. Paulus menyatakan begini: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol. 3:5). Ketamakan menyebabkan kita menjadikan suatu hal itu dewa kita. Allah harus yang pertama di dalam kehidupan kita, atau Dia tidak ada sama sekali.

    Ketamakan adalah apa yang keluar dari dalam hati.

    Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan (Mark. 7:21-22).

    Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram (Yehez. 33:31).

    Kita harus menetapkan hati kita pada perintah-perintah Allah dari pada menetapkannya pada ketamakan. “Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba” (Maz. 119:35-36)

    APAKAH KETAMAKAN ADALAH AKAR SEGALA KEJAHATAN?

    Ada orang yang percaya bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan. Mereka memberi alasan begini: (1) jika benar bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, (2) dan jika benar bahwa cinta akan uang disebabkan oleh ketamakan, maka (3) benar bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan.

    Kitab Suci menyatakan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim. 6:10). Perhatikan Paulus berkata bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan beberapa orang memburu uang. Oleh karena itu, beberapa orang menyimpulkan bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan. Mereka bertanya, “Mengapa ada prostitusi, penyalahgunaan obat terlarang, rumah tangga yang hancur, mobil-mobil berdongkrak tinggi, perampokan bank, penjambretan, penipuan, dll?” Jadi, mereka menduga bahwa ketamakanlah akar segala kejahatan.

    Tetapi, kita tidak percaya bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan. Kita yakin bahwa kegagalan mencari Allah dan menjaga hati tetap sucilah akar segala kejahatan. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. "Silakan makan dan minum," katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu” (Ams. 23:7).

    PERNIKAHAN, PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI

    Masalah-masalah yang sering dihadapi masyarakat disebabkan oleh ketamakan. Salah satu dari sepuluh perintah berkata: “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu” (Kel. 20:17). Seseorang jangan serakah akan isteri tetangganya. Kita hidup di hari dan waktu dimana nasihat ini tidak diperhatikan. Tuhan kita memperingatkan kita tentang keinginan yang salah akan seseorang yang bukan pasangan kita. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:28). Merebut istri orang lain adalah mungkin terjadi, sama seperti merampas mobil orang lain mungkin terjadi.


    Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi."Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" (Mark. 6:16-18).

    Herodes dikatakan merebut isteri Filipus. Memiliki harta di mata Allah tidak selamanya halal.

    Presiden Amerika Serikat berada dalam masalah karena dia serakah akan para wanita selain pasangannya. Dosa ini menyebabkan dia berbohong untuk menutupinya. Dia mempermalukan keluarga dan negaranya karena tidak bisa mengontrol keinginan-keinginan jahatnya. Kita bisa saja melakukan hal yang sama.

    Daud menghadapi masalah ketika dia memiliki keinginan yang salah akan seorang perempuan yang bukan isterinya.

    Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu." Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya (2 Sam. 11:2-4).

    Nabi Natan membongkar situasi ini dengan menceritakan perumpamaan domba betina.

    TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu." Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan (2 Sam. 12:1-6).

    Si orang kaya sangat serakah dimana dia tidak mau berbagi seekor pun dari domba-dombanya dengan sahabatnya, tetapi malah sebaliknya mengambil milik si miskin dan menyembelihnya. Tidak ada seorang pun yang menghargai orang yang serakah, dan Daud pun tidak. Dengan murka dia menyatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan itu harus mengganti rugi empat kali lipat dan dia pun harus mati. Daud tidak menyadari bahwa dialah orang serakah yang dimaksud itu. Orang serakah atau tamak kadang gagal melihat dirinya seperti orang lain melihat dirinya. Ketamakan dapat membawa kita ke dalam situasi zinah. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah” (Mat. 19:9).

    CONTOH ORANG-ORANG YANG TERLIBAT DALAM DOSA KETAMAKAN

    Ketamakan dimulai dari malaikat-malaikat. Beberapa di antara mereka berkeinginan untuk mendapatkan hal-hal (kemungkinan kuasa yang tidak layak) yang menyebabkan mereka berdosa dan jatuh dari kemurahan dan kasih karunia Allah yang Mahatinggi. “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar” (Jude 6).

    Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yoh. 8:44).

    Adam dan Hawa menjadi korban ketamakan.

    Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya (Kej. 3:4-6).

    Hawa melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan, sedap kelihatannya dan pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Keinginan yang tidak bisa ditahannya membawa dia ke dalam masalah.

    Akhan tidak menyadari bahwa ketamakan bisa begitu fatal akibatnya. Dia menyatakan:

    Aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali (Yos. 7:21).

    Akhan melihat, mengingini, dan mengambil. Dia menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya salah; jadi dia menyembunyikan apa yang telah diambilnya. Tetapi ada mata yang maha-melihat yang menandai dia atas apa yang telah dilakukannya.

    Kemudian Yosua, beserta seluruh Israel mengambil Akhan bin Zerah, dan perak, jubah dan emas sebatang itu, anak-anaknya yang laki-laki dan perempuan, lembunya, keledainya dan kambing dombanya, kemahnya dan segala kepunyaannya, lalu semuanya itu dibawa ke lembah Akhor. Berkatalah Yosua: "Seperti engkau mencelakakan kami, maka TUHAN pun mencelakakan engkau pada hari ini." Lalu seluruh Israel melontari dia dengan batu, semuanya itu dibakar dengan api dan dilempari dengan batu. Sesudah itu didirikanlah di atasnya suatu timbunan batu yang besar, yang masih ada sampai sekarang. Lalu surutlah murka TUHAN yang bernyala-nyala itu. Oleh sebab itu nama tempat itu sampai sekarang disebutkan lembah Akhor (Yos. 7:24-26).

    Alangkah besarnya harga yang harus dibayar hanya karena hal yang begitu kecil! Ada amsal yang seharusnya bisa menolong Akhan, “Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya” (Pro. 28:16).

    Ketamakan membawa Ahab ke dalam masalah karena kebun anggur Nabot.

    Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!" Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: "Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku." Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: "Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?" Lalu jawabnya kepadanya: "Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu." Kata Izebel, isterinya, kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu (1 Raja. 21:1-7)

    Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: "Nabot telah mengutuk Allah dan raja." Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati (1 Raja. 21:13)

    Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu (1 Raja. 21:18-19)

    Ahab dan Izebel berpikir bahwa mereka telah keluar dari kejahatan besar ini, tetapi mereka salah. Ketamakan kelak menyebabkan darah mereka dijilat oleh anjing.

    Gehazi adalah orang hebat, tetapi dia gagal untuk menjaga hatinya dari ketamakan. Begitu banyak orang yang tahu kisah Naaman yang ditemukan di dalam kitab 2 Raja-Raja 5, tetapi berapa banyak orang yang tahu akhir dari kisah yang melibatkan Gehazi ini? Dia mengingini apa yang dibawa oleh Naaman untuk diberikan kepada Elisa. Dia berpikir bahwa dia telah membuat rencana cerdas. Alkitab menyatakan:

    Berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: "Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya." Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata: "Selamat!" Jawabnya: "Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: Baru saja datang kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pakaian." Naaman berkata: "Silakan, ambillah dua talenta." Naaman mendesak dia, dan membungkus dua talenta perak dalam dua pundi-pundi dan dua potong pakaian, lalu memberikannya kepada dua bujangnya; mereka ini mengangkut semuanya di depan Gehazi. Setelah mereka sampai ke bukit, disambutnyalah dari tangan mereka, disimpannya di rumah, dan disuruhnya kedua orang itu pergi, maka pergilah mereka. Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: "Dari mana, Gehazi?" Jawabnya: "Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!" Tetapi kata Elisa kepadanya: "Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau? Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan, tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya." Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju (2 Raja. 5:20-27).

    Gehazi menulahi dirinya sendiri dan keturunannya dengan kusta karena dosa ketamakan. 

    Petani kaya di dalam Lukas 12 tamak. Tuhan punya alasan untuk menceritakan perumpamaan ini. “Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu” (Luke 12:15). Si orang kaya hanya memikirkan dirinya sendiri.

    Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Luk. 12:18-20).

    Ketamakan yang membuat orang ini kehilangan jiwanya. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26). Si petani kaya meninggalkan semua yang telah di kerjakannya. Dia tidak menyimpan harta di surga. Seseorang harus kaya di hadapan Allah agar dapat masuk ke surga.

    Ananias and Safira berbohong mengenai apa yang telah mereka berikan kepada Allah karena mereka tamak. 

    Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya (Kis. 5:1-6).

    Hati serakah Ananias dan Safira membuat mereka kehilangan jiwa mereka. Tentu saja, kita sudah dapat melihat dari beberapa contoh yang telah kita gunakan ini bahwa ketamakan akan menghancurkan seseorang. Meskipun hal ini benar, coba pikirkan anggota-anggota jemaat yang melewatkan pelayanan dan kesempatan untuk melayani Allah karena mereka terlalu sibuk untuk mengumpulkan barang materi. Kita memiliki orang-orang di dalam gereja Tuhan yang gila kerja jika sudah berhubungan dengan mencari uang, tetapi hanya akan melakukan sedikit atau tidak sama sekali untuk Allah atau sesama. 

    OBAT UNTUK KETAMAKAN

    1. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan Dia hanya membiarkan kita menggunakannya untuk sementara waktu. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” (Maz. 24:1).

    2. Kita harus menyadari bumi ini bukanlah rumah kita. “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Pet. 2:11).

    3. Kita harus mengerti bahwa kita tidak akan membawa hal-hal materi ketika kita mati. “katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Job 1:21). “Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar” (1 Tim. 6:7).

    4. Kita harus menyadari bahwa mengejar hal-hal yang salah akan membuat kita kehilangan jiwa kita. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26).

    Kita harus mencari harta yang benar dan abadi.

    Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Mat. 6:19-20)

    “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol. 3:1-2).
     
    6. Kita juga harus percaya bahwa Allah telah menjanjikan kebutuhan-kebutuhan hidup kepada anak-anak-Nya jika mereka percaya kepada-Nya. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).
     
    7. Kita harus menyadari bahwa Allah ingin kita membagikan apa yang kita miliki dengan orang lain. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Eph. 4:28). “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 John 3:17).

    KESIMPULAN

    Kita menggeleng-gelengkan kepala pada Yudas Iskariot dan berpikir karena uang tiga puluh keping perak dia tega menjual Tuhan kita dan jiwanya sendiri. Perttanyaannya adalah berapa harga Anda? Berapa harga saya? Kita harus kuat untuk melawan tawaran setan.

    Tuhan kita dicobai dengan ketamakan. Dia punya keinginan untuk makan tetapi tidak sampai merubah batu menjadi roti. Dia punya keinginan atas seluruh kerajaan dunia tetapi dia tidak jatuh dan menyembah setan. Dia bisa saja menjadi angkuh sehingga dia jatuh dan melompat dari bubungan bait Allah untuk membuktikan kepada iblis bahwa Allah akan peduli pada-Nya, tetapi Dia tidak melakukannya. Dia menguasai keinginan-Nya, dan kita harus menguasai keinginan kita.

    Agama yang benar belajar untuk membawa kehendak kita dan menyerahkannya kepada kehendak Allah. Semakin besar kita mengasihi Allah, semakin kecil artinya hal-hal lain bagi kita. Semoga Allah menolong kita semua untuk mengingat perkataan Tuhan kita: “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Luke 16:13). Semoga kita juga mengingat perkataan rasul besar Paulus: 

    Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono -- karena hal-hal ini tidak pantas -- tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah (Efe. 5:3-5) Orang tamak tidak akan masuk ke dalam kerajaan Allah!!!

    CATATAN AKHIR
    1 Semua kutipan ayat Alkitab dari King James Version kecuali ada versi lain yang terindikasi.

     


    MATERIALISME

    Oleh: Ira Y. Rice, Jr.

    PENDAHULUAN

    Ketika bercakap-cakap dengan perempuan dekat sumur di Sikhar, dari antara hal lain, Yesus berkata kepadanya:

    Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. (Yoh. 4:22-24).1

    Apapun yang dikatakan Yesus kepada perempuan itu, salah satu bentuk keduniawian yang paling lazim di dalam gereja adalah pengabdian banyak orang kepada hal-hal materi (berlawanan dengan hal-hal rohani). Umumnya dikenal sebagai materialisme, penyembahan kepada hal-hal terbatas dalam dunia ini, ketimbang kepada hal-hal tak terbatas dari Roh Allah, adalah salah satu kutuk terbesar yang dihadapi gereja hari ini.

    MATERIALISME—SUATU BENTUK PENYEMBAHAN BERHALA

    Walaupun orang-orang yang menyembah hal-hal berwujud benda adalah orang-orang terakhir yang akan mengakuinya, praktek ini adalah sebuah bentuk penyembahan berhala, ketimbang ibadah yang benar. Sebenarnya seseorang bisa saja bersalah menyembah berhala tanpa harus sujud kepada wujud patung ukiran.

    Seseorang pernah berkata bahwa apapun yang berdiri di antara kita dan Allah adalah berhala. Sebagai contoh, uang. Bukankah Paulus mengatakan kepada Timotius bahwa “akar segala kejahatan ialah cinta uang” (1 Tim. 6:10)? Yesus sendiri berkata, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis. 20:35).

    Ketika penginjil ternama berkulit hitam R. N. Hogan memberitakan kebenaran ini beberapa tahun lalu, salah seorang saudara seimannya menanggapi, “Sial, menerima saja sudah cukup baik untukku!”

    Ketamakan Adalah Penyembahan Berhala

    Orang-orang yang serakah akan hal-hal materi sama bersalahnya dengan orang-orang yang menyembah sujud kepada berhala. Ingat apa yang ditulis Paulus kepada orang Kolose: 

    Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka] (Kol. 3:5-6)

    CONTOH-CONTOH MATERIALISME DALAM PERJIANJIAN LAMA

    Abraham dan Lot 

    Salah satu contoh materialisme yang paling awal berasal dari kisah Abraham dan Lot. Ketika Allah memerintahkan Abram (sebagaimana dia disebut sebelumnya) untuk meninggalkan negerinya dan sanak keluarganya “ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kej. 12:1), Lot, keponakannya, pergi bersamanya “ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ” (Kej. 12:5). 

    Karena terjadi bala kelaparan, Abraham dan Lot pergi ke Mesir hingga bala kelaparan berakhir. Ketika mereka kembali ke Kanaan, mereka berdua memiliki sangat banyak ternak dan harta benda…

    Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu. Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. -- Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom (Kej. 13:6-12).

    Itu adalah materialisme yang terang-terangan dan sebenarnya yang menyebabkan Lot memilih bagian terbaik dari negeri itu untuk kawanan ternaknya, dan hanya meninggalkan tanah yang kurang air di Kanaan bagi Abraham. Kita semua tahu akhir ceritanya, bagaimana Allah memberkati Abraham atas roh tidak mementingkan diri sendiri yang dimiliki Abraham dan mengutuk Lot karena materialismenya. 

    Israel di Padang Belantara 

    Ketika materialisme menjadi perhatian, kemungkinan contoh klasik di sepanjang masa adalah sikap bani Israel dalam pengembaraan mereka di padang belantara. Meskipun Allah, melalui Musa, telah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir, begitu di padang belantara mereka lupa semua tentang perbudakan mereka sebelumnya, hanya mengingat bawang prei dan bawang putih yang telah mereka tinggalkan di Mesir.

    Kita bisa membaca semua tentang hal itu di dalam pasal sebelas kitab Bilangan: 

    Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat (Bil. 11:4-6).

    Mereka tidak bisa menghargai berkat kelepasan dengan manna untuk terus mengingat apa yang mereka harus makan di bawah perbudakan. Mereka dengan senang hati mau kembali ke perbudakan sebelumnya jika mereka bisa menikmati makanan jasmani itu sekali lagi. 

    Ahab Mengingini Kebun Anggur Nabot

    Di dalam 1 Raja. 21:1-16, kita membaca kisah Ahab mengingini kebun anggur milik Nabot. Ketika Ahab menawarkan jual beli atau membayar dengan uang kebun anggur Nabot, Nabot menolak sambil berkata, “Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!” (ay.3).

    Hal ini membuat Ahab kesal lalu pulang ke istana dan berbaring di tempat tidurnya dan tidak mau makan. Karena mengingini kebun anggur Nabot seperti yang memang diinginkannya, hal itu mengacaukan ketenangannya sebab tidak dapat memilikinya.

    Ketika Izebel, istrinya, melihat pengaruhnya pada Ahab, dia merancang sebuah rencana untuk membunuh Nabot, menghadirkan dua orang dursila untuk menjadi saksi palsu melawan Nabot bahwa dia telah menghujat Allah dan raja. Sebagai akibat dari tuduhan palsu ini, tua-tua dan pemuka-pemuka kota “membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati” (ay.13).

    Ketika Ahab mendengar bahwa Nabot sekarang sudah mati, maka dia pergi ke kebun anggur Nabot dan mengambilnya menjadi miliknya. Jadi kita lihat kejahatan puncak yang akhirnya ditimbulkan oleh materialisme Ahab.

    CONTOH-CONTOH MATERIALISME DALAM PERJANJIAN BARU

    Ananias and Safira

    Meskipun kita sering berkonsentrasi pada aspek lain dari kisah mereka, materialisme adalah masalah utama Ananias dan Safira, sebagaimana dicatat di dalam Kisah Para Rasul 5. Bahkan setelah mereka menjual properti, mereka menginginkan sebagian uang perjualannya, sambil berpura-pura menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

    Lukas mencatat: 

    Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu (Kis. 5:1-11). 

    Dari cerita Lukas ini, jelas bahwa materialismelah yang membuat Ananias dan Safira kehilangan nyawa mereka! Apakah yang akan terjadi kepada beberapa dari antara kita hari ini jika para rasul masih bersama kita dan menggunakan kuasa seperti ini?

    Simon Tukang Sihir

    Perhatikan juga Simon, mantan tukang sihir Samaria, yang percaya dan dibaptiskan, tetapi kembali lagi kepada materialisme.

    Kisah Para Rasul 8:18-24 menceritakan kisahnya.

    Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus." Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.

    Walaupun Simon, sama seperti sesama orang Samaria lainnya, telah menaati Injil, tetapi kecenderungan lamanya kepada materialisme menyebabkan dia mengalah sekali lagi, dan dia harus bertobat dan berdoa (dan didoakan) untuk memperbarui sikapnya menjadi benar di hadapan Tuhan.

    Jemaat di Laodikia

    Dari tiga pasal pertama kitab Wahyu, kita belajar banyak pelajaran dari apa yang dikatakan Yesus kepada tujuh jemaat di Asia — tidak sedikit pelajaran dari yang melibatkan jemaat di Laodikia. Berbicara tentang seluruh jemaat yang menyerah kepada materialisme! Di dalam Wahyu 3:14-18, Yohanes diperintahkan untuk menulis: 

    Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

    Kita sering mendengar khotbah yang menentang sikap suam-suam kuku. Tetapi apakah yang menyebabkan hal ini terjadi pada orang-orang Laodikia? Alasannya adalah bahwa mereka menaruh keyakinan mereka kepada kekayaan dan harta duniawi ketimbang kekayaan surgawi dan spiritualitas. Mereka sudah begitu dibutakan oleh materialisme sehingga mereka bahkan tidak dapat melihat ketelanjangan kondisi rohani mereka sendiri.

    APA YANG DIAJARKAN YESUS TENTANG MATERIALISME

    Orang Kaya Bodoh

    Beberapa pengajaran yang paling keras di seluruh Alkitab berhubungan dengan kekayaan materi. Sebagai contoh, cerita Yesus tentang orang kaya bodoh yang memiliki banyak harta namun lumbung-lumbungnya tidak cukup untuk menampung semuanya. Perumpamaan ini dicatat di dalam Lukas 12:16-21 berikut ini:

    Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.

    Mendasarkan kata-kata-Nya lebih lanjut pada perumpamaan ini, Yesus lanjut mengajar murid-murid-Nya: 

    Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu (Luk. 12:22-31).

    Orang Kaya dan Lazarus

    Ada cerita Yesus tentang orang kaya dan Lazarus. Pada intinya, apakah masalah si orang kaya? Dia begitu penuh dengan materialismenya sendiri sehingga dia sampai tidak sadar akan sesamanya, yang banyak kekurangan dalam kebutuhan hidupnya. Yesus berkata, 

    Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya (Luk. 16:19-21).

    Mereka berdua mati juga. Lazarus dihiburkan, tetapi orang kaya disiksa. Ketika dia memohon kepada Abraham untuk menyuruh Lazarus demi membuat dia lega, tetapi Abraham berkata:

    Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang (Luk. 16:25-26).

    Dengan kata lain, oleh karena materialismenya, si orang kaya kehilangan jiwanya sendiri.

    Pemimpin Muda Kaya

    Lagi, di dalam Lukas 18, kita membaca tentang pertemuan Yesus dengan pemimpin muda kaya. Jelas dari cerita Lukas bahwa pemimpin muda ini, seperti kata pepatah, “berpikir dia telah berhasil.” Mulai dari ayat 18, kita baca: 

    Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Luk. 18:18-25).

    NASIHAT ALLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG PERCAYA AKAN KEKAYAAN

    Jika ada orang yang tahu betapa kosongnya kekayaan yang tidak pasti, tentu saja Daudlah orangnya di dalam Perjanjian Lama. Di dalam Mazmur 49:7-8, dia menulis, “mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? Tidak seorang pun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya.” Anak Daud, Salomo yang kemungkinan orang terkaya pada zamannya, di dalam Amsal 23:4-5, berkata begini: “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” Meskipun kitab Pengkhotbah tidak menyebut namanya sebagai penulis, kebanyakan penulis naskah menghubungkan kitab ini dengan Salomo. Bagi orang-orang yang selalu berusaha keras “sedikit lagi,” di dalam Pengkhotbah 4:6, 8, penulis menasihati: “Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin... dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan...” Di pasal berikutnya, penulis memperingatkan bahwa menimbun kekayaan sebenarnya bisa melukai pemiliknya. Pengkhotbah 5:13-14 memperingatkan: “Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatu pun padanya untuk anaknya. Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya.”

    Sampai ke dalam Perjanjian Baru, rasul Paulus menyimpulkan semuanya kepada Timotius, sambil berkata: 

    Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan (1 Tim. 6:6-11).

    Ketimbang membiarkan hati kita memikirkan dan mendambakan hal-hal materi, Paulus juga menulis kepada orang-orang Filipi: 

    Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Fil. 4:8-9).


    CATATAN AKHIR
    Seluruh kutipan ayat Alkitab dari Alkitab Terjemahan Baru kecuali ada versi lain yang terindikasi.

      

    PENCURIAN

    Guss Eoff

    PENDAHULUAN

    Subyek saya dalam seminar ini adalah pencurian. Ada banyak persamaan kata untuk kata mencuri: mencopet, mencuri, mencolong, menggelapkan, dan merampok.

    Webster berkata tentang mencuri

    Mengambil, membawa pergi dengan kejam dan, biasanya, tidak teramati; mengambil atau mengambil untuk diri sendiri tanpa hak atau izin, dan dengan maksud untuk menyimpan atau memanfaatkan secara tidak benar; seperti mencuri uang atau barang orang lain… Mengambil tanpa ragu atau dengan cara yang tidak benar atau tidak adil…Mengambil tanpa usaha atau dengan cara tidak layak, atau dengan cara yang tidak adil.1

    Webster berkata tentang merampok: “Mengambil sesuatu dengan paksa; melucuti atau merampas dengan mencuri; menjarah; mencuri dari.”2 

    The Dictionary of New Testament Theology memberikan kepada kita pertolongan berikut:

    Merampok, Mencuri. Merampok menyiratkan gagasan kekerasan, tapi perbedaannya dari mencuri, dengan nadanya yang samar-samar, tidak selalu demikian. Penggunaan kata Yunani Klepto (Latin Clepere) menekankan kerahasiaan, tipu daya, dan kecurangan sebagai bagian dari tindakan pencurian atau penggelapan (bdg. Ing. Stealth = penipuan). Sebaliknya kata lestes, yang berasal dari akar kata yang sama leia, barang rampasan dan apolauo, memanfaatkan, termasuk unsur kekerasan, meskipun belum tentu ada ketidakjujuran: seorang prajurit yang menggunakan haknya untuk merampas barang rampasan dapat diistilahkan lestes. Tapi kata ini biasanya berarti perampok, bandit, bajak laut.3

    Ada banyak kata yang berhubungan dengan mencuri atau pencurian. Beberapa di antara kata itu sudah disebutkan di atas. Sejumlah kata lainnya dapat ditambahkan ke daftar itu, seperti aksi sembunyi-sembunyi, maling, penipuan, eksploitasi, penculikan, merampas, dll.

    PENCURIAN DAN PERAMPOKAN

    Marilah kita memusatkan perhatian kita pada pencurian (atau mengambil apa yang menjadi milik orang lain). Seorang pencuri bermaksud untuk menyimpannya atau menggunakannya tanpa izin dari pemiliknya. Dalam banyak kasus, si korban tidak mengenal si pelaku.

    Kedua orang tua saya mengajari saya dengan baik! Mereka menekankan bahwa saya jangan mencuri. Walaupun kedua orang tua saya tidak pernah membawa saya ke gedung gereja atau sekolah Alkitab, tapi mereka mengajarkan kepada saya bahwa Allah berkata, “Jangan mencuri” (Kel. 20:15).4 Saya tahu apa yang benar atau yang jahat.

    Ketika saya kelas satu SMP, saya punya koleksi perangko yang indah. Saya bekerja keras dan menghabiskan banyak waktu untuk menyusunnya. Ada sebuah toko obat terdekat yang menjual perangko-perangko bekas pakai. Saya menyisihkan uang saya dan membeli beberapa perangko dari toko obat itu.

    Ada satu perangko besar berwarna hijau indah dari Jamaika di sebuah rak di atas meja di toko itu. Saya menginginkannya saat pertama kali melihatnya. Saya kembali ke sana untuk melihatnya setiap hari. Saya tahu saya tidak punya cukup uang untuk membeli perangko itu, tetapi saya menginginkannya ada di dalam koleksi perangko saya.

    Pada suatu Minggu sore saya pergi melihat perangko itu lagi. Saya melihatnya bersama perangko-perangko lainnya dipajang. Saya beberapa kali mengambil perangko Jamaika itu dari rak dan mengembalikannya lagi, saya melihat sekeliling untuk mencari tahu apakah ada orang yang memperhatikan saya. Saya mengambil perangko itu dari rak dan bersandar di meja itu. Saya berpikir tidak ada orang yang melihat saya menyelipkan perangko itu ke dalam saku baju saya. Saya terus melihat-lihat perangko-perangko lainnya. Tiba-tiba ada tangan besar di pundak saya. Saya takut setengah mati; saya tahu saya tertangkap. Ada suara dalam berkata, “Ikutlah denganku.” Saya dibawa ke ruang belakang toko obat itu. Ketika kami sampai di belakang, suara dalam itu berkata, “Berikan kepadaku perangko itu!” Saya berkata, “Perangko apa?” Jawabnya kembali, “Perangko yang kamu masukkan ke sakumu.” Saya merogoh saku saya dan memberikan perangko itu kepada sekuriti toko itu. “Apa yang ingin kamu lakukan padaku? Apakah kamu ingin memasukkanku ke penjara?” “Aku ini pergi bertemu kedua orang tuamu,” kata si sekuriti itu. Saya menuntun si sekuriti ke rumah kami. Hari itu adalah Minggu sore; kedua orang tua saya sedang tidur. Saya harus membangunkan mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa ada seseorang yang mau bicara kepada mereka. Saya tidak pernah begitu takut! Saya takut ayah saya akan mencambuk saya; tapi tidak melakukannya. Sebaliknya, ibu saya memaksa saya untuk mengambil koleksi perangko saya. Kami pergi ke halaman belakang ke tong pembakaran sampah. Dia memaksa saya menyobek satu halaman koleksi saya sekaligus dan membakarnya di dalam tong sampah itu. Hati saya hancur! Tetapi saya tidak pernah mencuri lagi.

    Ada perbedaan besar antara pencurian perangko yang saya lakukan dengan seseorang yang merampok dengan paksa. Tetapi hasilnya sama, seseorang melanggar hukum karena mencuri milik orang lain.

    MENCURI ATAU MALING

    Mencuri atau maling adalah dosa melawan Allah. Salah satu dari sepuluh perintah melarang mencuri. “Jangan mencuri” (Kel. 20:15; Ul. 5:19). Kitab Imamat membahas berbagai hukum untuk bani Israel. Tentu saja, termasuk larangan yang sama yang berkaitan dengan mencuri. “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya” (Ima. 19:11).

    HAL-HAL YANG DICURI

    Ketika kita membaca Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita membaca banyak hal yang dapat dicuri. Kita hanya akan memperhatikan beberapa di antaranya saat ini.

    Uang dan Barang-Barang Bernilai Dapat Dicuri Oleh Seorang Pencuri

    “Apabila seseorang menitipkan kepada temannya uang atau barang, dan itu dicuri dari rumah orang itu, maka jika pencuri itu terdapat, ia harus membayar ganti kerugian dua kali lipat” (Kel. 22:7).

    Hewan Bisa Dicuri

    Yakub mengatakan kepada Laban bahwa jika dia menemukan ada di antara kawanan ternak atau kambing dombanya tidak berbintik-bintik, berbelang-belang, atau hitam, dia boleh menganggap bahwa Yakub-lah yang telah mencurinya.

    Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku (Kej. 30:33).

    Hewan dapat dan biasa dicuri. Binatang-binatang buas dan eksotis seperti halnya anjing dan kucing dapat dicuri.

    Orang Dapat DiCulik

    Yusuf mengatakan kepada kepala juru roti arti mimpinnya; kemudian dia mengatakan kepadanya bahwa dia diculik dari negeri orang Ibrani. “Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini” (Kej. 40:15). Yusuf diculik oleh saudara-saudaranya. Jadi kita dapat melihat bahwa menculik adalah mencuri. Laki-laki dan perempuan dapat diculik seperti halnya anak-anak. Kita harus memperhatikan apa kata firman Allah tentang menculik manusia. “Apabila seseorang kedapatan sedang menculik orang, salah seorang saudaranya, dari antara orang Israel, lalu memperlakukan dia sebagai budak dan menjual dia, maka haruslah penculik itu mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu” (Ul. 24:7).

    Barang yang Dikhususkan Dapat Dicuri

    Akhan mengingini barang rampasan saat kemenangan di Yerikho.

    Lalu Akhan menjawab Yosua, katanya: "Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap TUHAN, Allah Israel, sebab beginilah perbuatanku: aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali (Yos. 7:20-21).

    Orang mungkin mengira mereka bisa lolos dengan mencuri, tetapi Allah tahu apa yang telah dilakukan Akhan ketika tidak ada orang lain yang tahu. Tuhan berkata kepada Yosua:

    Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya, dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya (Jos. 7:11).

    Ilah Keluarga Bisa Dicuri

    “Rahel mencuri terafim ayahnya” (Kej. 31:19). Rahel mencuri terafim Laban, ayahnya. Patung-patung dulu digunakan dalam penyembahan keluarga. Tidak heran patung-patung itu penting dalam keluarga. Laban memperhatikan bahwa patung-patung itu hilang dan menuduh Yakub mencurinya. Yakub tidak tahu bahwa Rahel yang telah mencurinya.

    Isteri Orang Lain Bisa Diculik

    Daud menculik Batsyeba, isteri Uria.

    Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu." Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: "Aku mengandung (2 Sam. 11:2-5).

    Harus diperhatikan bahwa Alkitab berkata, “mengambil dia.” Daud menculik isteri Uria. Dia mengambil milik orang lain. Dia berusaha untuk menutupi dosanya, yang akhirnya menyebabkan Uria terbunuh dalam panas pertempuran. Daud mengambil Batsyeba menjadi isterinya. Daud mengambil dia dan membunuh suaminya supaya Daud dapat memilikinya.

    Natan, utusan Allah, menceritakan kepada Daud tentang seorang kaya yang memiliki banyak kawanan kambing domba dan ternak. Ada seorang miskin yang hanya memiliki seekor domba betina. Ketika seorang pengembara datang untuk mengunjungi orang kaya itu, dia tidak menyembelih satu dari antara kambing dombanya untuk menjamu tamu itu, dia malah mengambil satu-satunya domba miliki orang miskin itu. Dia menyembelihnya dan memasak domba itu untuk menjamu tamunya. Daud sangat marah ketika dia mendengar tentang tindakan orang kaya itu. Dia mengatakan kepada Natan bahwa orang kaya itu pantas untuk mati karena tindakannya ini. Natan mengatakan kepada Daud bahwa dialah orang itu. Perhatikan perkataan Natan:

    Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon (2 Sam. 12:9).

    Harus diperhatikan bahwa Natan berkata, “isterinya kauambil menjadi isterimu.” Daud mengambil (mencuri) istri orang lain. 

    Hati Manusia Bisa Dicuri

    Absalom, putra raja Daud, mencuri hati rakyat dari ayahnya. “Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel” (2 Sam. 15:6). Dengan ucapan yang halus dan cerdas, putra yang jahat ini berhasil memenangkan hati rakyat. Tidak diragukan lagi rakyat mendengarkan apa yang mereka ingin dengar, terlepas apakah itu benar atau tidak. Begitulah Absalom dengan cekatan mencuri hati rakyat dari ayahnya sendiri. Ketika seseorang membaca kisahnya di dalam 2 Samuel 15, dia dapat melihat penemuan terampil Absalom. Manusia dapat mencuri hati sesama manusia hari ini dengan rencana dan manuver. Terlepas dari pencapaian mereka, mereka tetaplah pencuri.

    Anak-Anak Bisa Mencuri Dari Orang Tua

    Sebagaimana sebelumnya telah disebutkan, Absalom mencuri hati rakyat dari ayahnya. Pertimbangkan juga ketidaksetiaan anak-anak yang mencuri dari orang tua mereka sendiri. Salomo berkata, “Siapa merampasi ayah dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu pelanggaran, ia sendiri adalah kawan si perusak” (Ams. 28:24).

    Seseorang yang mencuri dari orang tuanya adalah seorang pencuri. Dia tidak lebih baik dari seorang perusak. Dia bisa saja berkata bahwa segala sesuatu kepunyaan orang tuanya akan menjadi miliknya suatu hari; mengapa tidak mengambilnya saja sekarang? Selagi harta dikuasai orang tua, ya orang tualah pemiliknya. Anak-anak tidak memiliki hak untuk mengambilnya lebih dari pada orang lain. Beberapa anak yang tidak setia bahkan akan pergi ke pengadilan untuk mendapatkan apa yang dimiliki orang tua mereka. Mereka adalah pencuri; mereka mencuri! Anak-anak yang demikian tidak lebih dari para pencuri (penyamun) yang memukul dan merampok seorang yang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho. Para penyamun merampoknya habis-habisan, memukul dia dan meninggalkannya dalam keadaan sekarat (Luk. 10:25-37).

    Manusia Bisa Mencuri Dari Allah

    Kelihatannya aneh jika anak-anak akan mencuri dari orang tua mereka. Orang tua yang menyediakan kebutuhan anak-anak mereka, tetapi banyak anak-anak yang mencuri dan memanfaatkan orang tua mereka. Tetapi, inilah sesungguhnya yang dilakukan anak-anak Allah kepada Bapa surgawi mereka.

    Allah yang menyediakan untuk kita segala sesuatunya. Rasul Paulus mengatakan kepada orang-orang Atena bahwa Allah tidak mendiami kuil dan tidak dilayani oleh tangan manusia. Dia memperkenalkan bahwa “Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang” (Kis. 17:25). Kemudian Paulus berkata bahwa di dalam Allah “kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis. 17:28).

    Allah mengatakan kepada Israel bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya.

    Sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya (Maz. 50:10-12).

    Perhatikan lagi perkataan Mazmur 24:1 “Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” Lagi, di dalam Keluaran 19:5, Tuhan mengatakan kepada kita, “sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.” Karea Allah yang empunya segala sesuatu dan mengizinkan kita untuk menggunakannya, bagaimana mungkin kita berpikir untuk mencurinya dari Dia.

    Aneh mungkin kelihatannya, umat Allah sendiri mencuri dari Allah. Anda mungkin bertanya, “Apakah yang bisa dicuri orang dari Allah?” Ada banyak hal yang diberikan Allah kepada kita, dan pada gilirannya menuntut supaya kita mengembalikan sebagian dari hal itu kepada-Nya.

    Allah yang memberi kita hidup! Kita harus bekerja untuk hal itu, tetapi Allah memberi upah atas usaha-usaha kita. Dia memberi kita kesehatan jasmani sehingga kita dapat menggunakan tubuh kita untuk bekerja dan menyediakan nafkah bagi keluarga kita. Bapa kita di surga memberi kita tahun-tahun hidup kita. Dari tahun-tahun itu, Dia menuntut supaya kita mengembalikan sebagian dari waktu itu. Kita harus meluangkan sebagian waktu kita untuk bekerja, sebagian untuk hiburan, dan sebagian untuk bersantai. Bapa kita menuntut sebagian waktu yang diberikan itu untuk digunakan menyembah Dia.

    Yesus dicobai oleh Setan. Iblis meminta Yesus untuk menyembahnya. Juruselamat kita mengutip dari Ulangan 6:13, “Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Luk. 4:8).

    Tuhan tidak berkenan kepada bangsa-bangsa kafir karena mereka menyembah allah-allah asing.

    Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin (Roma 1:24-25).

    Allah menghendaki manusia untuk menyembah-Nya. Yesus mengatakan kepada perempuan Samaria:

    Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).

    Ketika manusia gagal menyembah Allah, dia mencuri yang dimiliki Bapanya di surga.

    Seseorang mencuri atau merampok Allah ketika dia gagal memberi persembahan sesuai pendapatannya.

    Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?" Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan (Maleakhi 3:7-10).

    Orang-orang Kristen Perjanjian Baru telah diberikan perintah bagaimana mereka harus memberi persembahan.

    Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -- sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang (1 Kor. 16:1-2).

    Jumlah yang diberikan ditentukan oleh seberapa yang diperoleh seseorang. Orang-orang Kristen diajarkan untuk berkorban; mereka harus memberi dengan sukarela. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor. 9:7). Ketika orang-orang Kristen gagal memberi sebagaimana seharusnya, maka mereka merampok Allah. Anak-anak Allah harus punya niat untuk memberi dengan sukarela. Jika mereka gagal untuk memberi sesuai dengan yang mereka peroleh, maka mereka mencuri milik Alah. Ketika umat Allah gagal punya niat untuk menentukan apa yang harus mereka kembalikan kepada Allah, maka mereka mencuri dari Allah. Ketika mereka gagal memberi dengan murah hati, maka mereka mencuri dari Pribadi yang menyediakan segala sesuatu yang mereka punya.

    NABI PALSU MENCURI

    “Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang mencuri firman-Ku masing-masing dari temannya” (Yer. 23:30). Umat Allah menerima pesan dari nabi Allah yang benar. Teman mereka, yang adalah nabi-nabi palsu, mencuri pesan Allah dan menyatakannya sebagai pesan mereka sendiri.

    Tuhan menentang guru-guru palsu demikian. 

    Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang memakai lidahnya sewenang-wenang untuk mengutarakan firman ilahi. Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya serta menyesatkan umat-Ku dengan dustanya dan dengan bualnya. Aku ini tidak pernah mengutus mereka dan tidak pernah memerintahkan mereka. Mereka sama sekali tiada berguna untuk bangsa ini, demikianlah firman TUHAN (Yeremia 23:31-32).

    Guru-guru palsu hari ini mengambil sebagian kebenaran dan membangun doktrin palsu, kemudian mereka mengklaim ajaran yang palsu demikian berasal dari Allah. Jadi, mereka mencuri dari Allah.

    Manusia bisa mencuri dari tulisan-tulisan orang lain dan mempublikasikannya sebagai milik mereka sendiri. Bentuk pencurian ini disebut sebagai plagiarisme.

    Allah menghukum keras para pencuri di zaman Perjanjian Lama. Jika seorang manusia menculik sesamanya manusia dan menjualnya sebagai seorang budak, maka hukumannya adalah mati. 

    Apabila seseorang kedapatan sedang menculik orang, salah seorang saudaranya, dari antara orang Israel, lalu memperlakukan dia sebagai budak dan menjual dia, maka haruslah penculik itu mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu (Ul. 24:7).

    Mencuri binatang juga dibicarakan dalam Hukum Lama di dalam Keluaran 22:1-4. Kadang-kadang orang mungkin berpikir bahwa mereka diibenarkan walaupun mencuri jika mereka miskin atau dalam kemiskinan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh orang bijak tentang orang-orang yang mencuri untuk memuaskan rasa lapar mereka: “Apakah seorang pencuri tidak akan dihina, apabila ia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar? Dan kalau ia tertangkap, haruslah ia membayar kembali tujuh kali lipat, segenap harta isi rumahnya harus diserahkan” (Ams. 6:30-31).

    APA YANG DIKATAKAN YESUS TENTANG MENCURI?

    Ketika seseorang datang kepada Yesus dan bertanya apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan yang kekal, Yesus berkata, “Turutilah segala perintah Allah” (Matius 19:17) Di antara perintah-perintah itu, Dia mengutip, “jangan mencuri” (Mat. 19:18; Mark. 10:19; Luk. 18:20).

    Paulus, rasul yang diilhami mengajar orang-orang Kristen tentang mencuri.

    Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Roma 13:8-9).

    Rasul Paulus menuliskan bahwa orang yang tidak benar tidak akan mewarisi kerajaan Allah. Kemudian dia menyebutkan orang-orang yang tidak benar di antaranya para pencuri. Para pencuri, orang-orang yang mencuri, tidak dapat masuk ke dalam surga. Paulus memerintahkan orang-orang yang mencuri, sambil berkata, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efe. 4:28). 

    Rasul Petrus memerintahkan kepada orang-orang Kristen supaya mereka jangan menjadi pencuri. “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau” (1 Pet. 4:15).

    APA PENDAPAT KITA TENTANG PENCURI?

    Ayah saya mengatakan kepada saya berulang kali, “Ada sesuatu yang sebaiknya kamu ingat. Ada dua jenis orang yang tidak pernah dipercaya seseorang, pencuri dan pembohong.”

    Secara pribadi, saya tidak respek kepada siapa pun yang mencuri. Malah, saya sangat memandang rendah mereka yang mencuri. Saya mengganggap hina seorang pencuri. Saat Lily, Larry dan saya berada di Klang, Malaysia, berkhotbah di sebuah kamp, saya menerima telepon dari seorang teman, yang menjaga rumah kami saat itu. Dia menginformasikan kepada saya bahwa seseorang telah membobol rumah kami dan mencuri apa saja yang dapat mereka jual. Mereka mencuri senjata-senjata saya, televisi, komputernya Lily, dan apa saja yang mereka dapat mereka bawa. Saya sangat marah! Tidak ada keraguan bahwa itu adalah perampokan yang telah direncanakan dengan matang. Ada saja orang yang tinggal di rumah kami pada waktu yang berbeda-beda. Tidak diragukan lagi para pencuri memperhatikan dan tahu kapan harus masuk. Mereka tidak hanya mencuri barang-barang yang punya nilai sentimental, tetapi juga mereka menyerang privasi kami. Kami sudah setengah jalan berkeliling dunia dan tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengatasinya. Kami telah melakukan pekerjaan Tuhan di luar negeri selama enam minggu. Tidak ada gunanya segera pulang ke rumah; kerusakan sudah terjadi.

    Pencuri pengecut! Yesus berkata, “Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar” (Mat. 24:43). Pencuri itu menunggu sampai tidak ada orang yang menjaga rumah baru beraksi (mencuri).

    Allah sangat membenci perbuatan mencuri sehingga Dia tidak mengizinkan para pencuri masuk ke dalam kerajaan Allah.

    Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 6:9-10).

    Allah menolong kita agar jangan sampai disebut sebagai salah satu di antara pencuri jahat yang mencuri milik orang lain. Di antara kita orang Kristen harus tekun agar kita tidak mencuri dari Bapa kita di surga atau dari siapa pun.

    CATATAN AKHIR
    1 Webster’s New International Dictionary, 4:2465.
    2 Ibid., p. 2156.
    3 “Rob And Steal,” The Dictionary of New Testament Theology, ed. Colin Brown
    (Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing Co.), 3:377.
    4 Seluruh kutipan ayat Alkitab dari Alkitab Terjemahan Baru kecuali ada versi lain terindikasi.

    Related Posts

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar