Apa Yang Diajarkan Alkitab Tentang Neraka
APA YANG DIAJARKAN ALKITAB TENTANG NERAKA
Oleh Marolop Simatupang
PENDAHULUAN
Bila kita mempelajari Alkitab dengan baik, kita akan dapat mengetahui rencana Allah yang begitu menakjubkan, khususnya rencana Allah bagi manusia. Allah menciptakan manusia, mati satu kali, setelah itu ada penghakiman dan memasuki dunia kekekalan. Jika kita mempelajari Alkitab dengan seksama kita akan mendapatkan banyak pelajaran dan doktrin. Salah satu diantaranya ialah doktrin tentang Neraka.
Doktrin ini sangat menarik untuk dibahas sebab hingga saat ini banyak perbedaan pendapat tentang neraka. Tidak sedikit yang menyebut dirinya umat Tuhan tetapi masing-masing memiliki paham yang berbeda dan bertolak belakang. Hal ini terjadi karena mereka berspekulasi dalam doktrin, berspekulasi berdasarkan filsafat manusia sehingga menimbulkan berbagai kemungkinan, bukan berdasarkan fakta Firman Allah.
Doktrin neraka termasuk dalam eskatologi Alkitab. Juga merupakan salah satu doktrin sulit dalam Alkitab. Sulit bukan berarti tidak bisa dipelajari karena Alkitab berbicara banyak tentang topik ini.
Subjek ini sangat jarang dikhotbahkan dalam Sidang Jemaat, maka dari itu, perlu dikhotbahkan bukan saja karena kontroversi yang begitu hebat yang terjadi di sekitar topik ini tetapi juga karena merupakan salah satu topik dalam Alkitab.
Dalam makalah ini akan disuguhkan penjelasan yang cukup luas yang berpatokan pada Alkitab sebagai sumber mutlak bagi orang beriman.
DEFINISI MENURUT KAMUS
Definisi kata Neraka menurut kamus:
- Kamus Meriam Webster’s Colegiate (CD Power) memberi defenisi:
a. Suatu “dunia” sebagai tempat bagi orang-orang yang sudah mati.
b. Tempat setan (iblis) menerima hukuman yang kekal.
c. Suatu tempat yang mengerikan, penuh siksa dan kesengsaraan.
d. Suatu tempat bagi kejahatan (orang-orang yang berbuat jahat) setelah mati. - Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan pertama Edisi III; Balai Pustaka Jakarta, 2001) memberi definisi:
a. Alam akhirat tempat orang (kafir) dan orang durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan.
b. Sial, celaka.
c. Keadaan atau tempat yang menyengsarakan (kemiskinan, penyakit parah).
PENYANGKALAN EKSISTENSI NERAKA
Dari sekian banyak doktrin yang ada dalam Alkitab, tidak dipungkiri bahwa subjek neraka adalah salah satu subjek yang sedikit sulit dipelajari. Akibatnya, timbul banyak paham yang berbeda. Ada yang percaya eksistensi neraka ada pula yang menolak. Ada yang sudah sekian lama menjadi orang Kristen tetapi masih mempertanyakan kejelasan subjek ini.
Ada yang mengatakan bahwa neraka tidak ada sebab Allah tidak ada (Yes, Virginia, There is a Hell, hal. 12). Liberalisme berpendapat Allah itu ada, dan Ia adalah Allah yang penuh kasih sehingga tidak mungkin Ia menyiapkan tempat penghukuman yang disebut dengan neraka. Tidak mungkin Ia menyuruh seseorang kesana. Pendapat lain mengatakan neraka adalah tahyul yang paling buruk.
Penganut Mormonisme percaya adanya neraka, tetapi bukan suatu tempat penghukuman yang kekal karena suatu saat nanti jiwa-jiwa yang ada disana akan mendapatkan pengampunan dan diselamatkan. Jadi, tidak selamanya berada dalam hukuman dan penderitaan neraka.
Sementara itu, penganut Advent Hari Ketujuh percaya bahwa Allah suatu saat nanti akan menghapus dosa manusia dan hidup di alam semesta yang bersih dari dosa. Jadi, tidak ada neraka sebagai tempat penghukuman yang kekal bagi orang-orang berdosa.
Saksi Jehovah mengatakan tidak ada neraka. Semua orang jahat akan dimusnahkan setelah mati. The Christian Science mengatakan, merupakan kesalahan pikiran manusia bila mencoba menjelaskan dan mendefinisikan neraka. Dan masih banyak lagi aliran kepercayaan yang menolak eksistensi neraka.
Mereka tidak percaya padahal Alkitab sudah jelas mengatakannya, mengapa? Karena mereka berspekulasi tentang neraka. Spekulasi dan perkiraan akan menghasilkan banyak kemungkinan. Sebagai orang Kristen kita harus memiliki kepastian bukan kemungkinan. Apa yang akan terjadi pada akhir zaman sudah menjadi bahan spekulasi dan perdebatan monoton yang tiada akhirnya, dalam dunia sekular maupun keagamaan. Ini terjadi karena pemahaman yang salah tentang akhir zaman, apa yang akan terjadi, dan sebagainya, serta tidak mau melihat pada informasi yang dinyatakan Alkitab. Sebaliknya, condong dan membahas hal-hal yang tidak disebutkan dalam Alkitab.
Sebagai pelajar Alkitab yang baik, bagaimana kita menyikapi hal yang demikian? Penulis menyarankan biarlah kita melihat, membahas dan mempelajari hal-hal yang sudah jelas dinyatakan dalam Alkitab (bandingkan Ulangan 29:29). Neraka, benar-benar ada. Secara dogmatis, Alkitab menyatakan keberadaannya.
EKSISTENSI NERAKA
Dalam sebuah buku di-ilustrasikan seorang wanita tuna-netra. Ia mengatakan masalah bukan pada matanya tetapi karena memang tidak ada cahaya dalam ruangan tersebut sehingga kelihatan gelap. Sekarang ini banyak orang yang tidak mau melihat dan mengakui realitas yang disebutkan Alkitab khususnya tentang kekekalan setelah kematian.
Firman Allah dengan jelas menyatakan bahwa setiap manusia kelak akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya (2 Korintus 5:10). Semua manusia akan dihakimi (Ibrani 9:27). Yang taat kepada Allah akan mendapat upah di surga, sementara yang menolak akan mendapat tempat di neraka.
Eksistensi neraka tidak bisa disangkal tanpa menyangkal keberadaan Allah. Jika seseorang menolak neraka, maka ia juga harus menolak Allah. Sebaliknya, jika percaya ada Allah maka harus percaya keberadaan neraka. Banyak aliran kepercayaan menolak eksistensi neraka, tetapi pada dasarnya mereka menolak suatu realitas yang dijelaskan kitab suci. Alkitab mengatakan betapa indahnya surga, dan Alkitab yang sama pula mengatakan betapa mengerikannya neraka. Eksistensi neraka bukanlah sebuah lelucon.
Terlepas dari perdebatan yang telah muncul berabad-abad yang lalu hingga sekarang ini, sebagai orang beriman kita yakin bahwa neraka benar-benar ada. Yesus berbicara banyak tentang neraka. Rasul Paulus juga mengatakan hal yang sama (2 Tesalonika 1:9). Yesus dan rasul Paulus tidak mungkin berbohong, firman Allah selalu benar (Roma 3:4). Bagaimana Alkitab berbicara tentang (fakta) neraka?
APA KATA ALKITAB TENTANG NERAKA?
Alkitab, yang terdiri dari dua bagian besar, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menyinggung banyak mengenai neraka. Namun Perjanjian Lama berbicara lebih sedikit dibanding Perjanjian Baru. Alkitab banyak memakai terminologi yang mengacu pada suatu tempat bagi “tubuh” setelah kematian seperti Sheol, Hades, Firdaus, Tartarus, pangkuan Abraham dan sebagainya. Mana yang paling cocok untuk diterjemahkan dengan kata neraka adalah perlu dipelajari dengan seksama.
PERJANJIAN LAMA
Dalam Perjanjian Lama, tidak terdapat kata khusus untuk “NERAKA.” Jadi, tidak ada lawan kata “SURGA”
Perjanjian Lama yang ditulis dalam bahasa Ibrani tidak berbicara spesifik tentang neraka termasuk defenisi, demikian juga untuk surga. Tidak juga menyebutkan adanya suatu tempat penghukuman yang kekal. Kelihatannya fokus Perjanjian Lama lebih dominan berbicara tentang kemah tubuh manusia, kemana ia akan pergi, bukan dimana jiwa mereka akan berada. Perjanjian Lama hanya menyinggung sedikit tentang akhirat. Bagi rakyat Israel, tujuan hidup adalah membina hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Setelah mati ....? Mereka tidak berani berspekulasi tentang hal tersebut.
Fokus mereka adalah hidup di muka bumi ini. Namun, Alkitab Perjanjian Lama (Ibrani) beberapa kali menyebut kata “sheol.” Kata ini biasanya diterjemahkan dengan “kuburan”, “dunia orang mati” (Yesaya 14:15; 28:18), “dunia maut” (Yesaya 28:15). Kitab Amos 9:2 (New King James Version: NKJV) menyebut kata “hell.” Bahasa Indonesia menafsirkannya dengan “dunia orang mati” (Mazmur 55:16; Yehezkiel 31:17; 32:21, 27; Habakuk 2:5). Ada lagi kata “pit” (NKJV) yang diartikan dengan “dunia orang mati” (Bilangan 16:30, 33; Yehezkiel 31:16).
Kata “sheol” dalam Perjanjian Lama digunakan dalam cara beragam. Bisa menunjukkan pada kuburan, dunia orang mati (Mazmur 16:10; Yesaya 38:10). Terkadang dipakai dalam menunjuk tempat orang mati, orang baik dan orang jahat akan pergi setelah kematian. Terkadang kata “sheol” disebut dengan kata lain, “grave” yang diterjemahkan dengan “dunia orang mati” (Kejadian 37:35; 42:38; Ayub 14:13; 24:19). Ayat lain memakai kata “hell” yang diterjemahkan dengan “dunia orang mati” (Mazmur 55:16; Amsal 9:18; 15:11).
Dan masih banyak ayat lain yang memakai kata yang berbeda namun terjemahan atau pengertiannya persis hampir sama, seperti “dunia orang mati”, “kubur”, “dunia maut” dan lain-lain. Hal inilah yang membuat para pelajar Alitab sedikit kesulitan dalam memberi defenisi yang lebih lengkap untuk kata neraka bila melihat konteksnya dalam Perjanjian Lama.
Semua istilah dalam Perjanjian Lama nampaknya hanya menekankan kemana tubuh akan pergi setelah kematian. Kita tidak menemukan informasi dalam Perjanjian Lama yang berbicara tentang “apa yang terjadi” setelah kematian, tidak pula menyebutkan adanya upah bagi mereka yang setia kepada Allah, atau hukuman bagi orang fasik. Perjanjian Lama mengatakan semua jiwa manusia tidak pergi ke suatu “tempat” tetapi semua pergi ke kuburan. Dan tujuan akhir jiwa manusia ada dalam tempat sementara, dimana Perjanjian Lama berbicara sedikit tentang hal itu.
Sebenarnya, orang Israel mengira bahwa “sheol” itu adalah suatu tempat yang akan dituju oleh setiap orang setelah mati. Konsep orang Israel mengatakannya sebagai suatu “tempat yang tidak kelihatan” dan juga sebagai “wadah semua roh (manusia) yang telah mati.” Bagi orang Israel (Perjanjian Lama) kengerian “sheol” berarti dipisahkan dari orang-orang yang mereka kasihi, termasuk persekutuan dengan Allah. Kepercayaan ini dirangkum dalam catatan Mazmur 6:6, “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepadaMu di dalam dunia orang mati (sheol)?” Berdasarkan hal ini defenisi “neraka” menurut Perjanjian Lama adalah suatu tempat yagn akan dituju oleh orang mati, bukan sebagai tempat penghukuman bagi orang fasik.
PERJANJIAN BARU
Untuk menjelaskan kehidupan setelah kematian, Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Yunani memakai beberapa istilah:
- Hades:
Kata ini nampaknya ekuivalen dengan istilah Ibrani: Sheol. Di Septuaginta Perjanjian Lama - Yunani, istilah “Sheol” selalu diterjemahkan dengan “Hades.” Kata ‘Hades’ memiliki arti “dunia tak kelihatan (kepada manusia tetapi kelihatan kepada Allah.” Pada masa periode intertestamental (masa di antara dua perjanjian/masa kegelapan) berkembang teori dua bagian yang terpisah: ‘sheol dan hades’. Dan hades terbagi dalam dua bagian: (1) Tempat kebahagiaan orang benar; (2) Tempat penderitaan orang fasik. (Kemungkinan besar teori ini dipengaruhi Zoroastrianisme-Persia).
Pada dasarnya pemahaman ‘hades’ berasal dari mitos Yunani kuno. Pada awalnya dipakai sebagai nama allah mereka yang berada di dunia lain (dunia tak kelihatan) yang memerintah atas orang mati. Mitos ini dikenal luar masyarakat Yunani.
Kata ‘hades’ yang muncul 10 kali dalam Perjanjian Baru-Yunani besar kemungkinan dipakai dalam dua cara yang berbeda:
a. Untuk menjabarkan suatu tempat yang menunjuk pada penghukuman (Matius 11:23; Lukas 10:15; 16:23).
b. Untuk menjabarkan suatu tempat dimana semua orang harus pergi ke sana setelah kehidupan mereka berakhir, baik orang benar maupun orang fasik (Matius 16:18; Kisah Rasul 2:27, 31; Wahyu 1:18; 6:8; 20:13, 14).Hades, terbagi dalam dua bagian: Firdaus dan Tartarus.
- Firdaus
Kata ini memiliki arti “taman kebahagiaan; sebuah tempat yang bercahaya.” Dalam kitab suci dipakai dalam berbagai cara, seperti: (1) Taman Eden; (2) Tempat bagi jiwa-jiwa yang taat setelah mati; (3) Surga (bnd. Wahyu 22:1-5). Istilah ini muncul dalamm Lukas 23:43, “Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Tempat ini mengindikasikan tempat yang nyaman, penuh damai dan kebahagiaan karena disanalah orang-orang beriman berada setelah mati. Lukas 16:23 menyebut dengan “Pangkuan Abraham” Kata ini juga dipakai untuk menunjukkan rumah kekal bagi mereka yang ditebus, yaitu mereka yang mewarisi tubuh yang kekal setelah kebangkitan dan penghakiman (bnd. Wahyu 2:7; 2 Korintus 12:4).
- Tartarus
Istilah ini hanya muncul dalam 2 Petrus 2:4. Perjanjian Baru-Yunani memakai kata ‘Tartaroo.’ Malaikat-malaikat yang berdosa masuk ke dalam ‘neraka’ (Perjanjian Baru-Yunani-Tartaroo) menunggu penghakiman terakhir. Bukan hanya malaikat tetapi juga orang-orang fasik yang telah mati.
Konsep ‘Tartaroo’ berasal dari mitos klasik Yunani, yang mengatakan tempat atau lokasi ini berada di bawah tanah, sangat gelap, tempat kesedihan sebagai tempat orang-orang jahat yang sudah mati dan kediaman allah-alah mereka yang memberontak. Disanalah mereka dihukum karena perbuatannya yang jahat.
Catatan tentang Lazarus dan orang kaya dalam Lukas 16:19-31, menekankan eksistensi penghukuman. Frasa ‘sementara ia menderita’ menunjukan keadaan orang kaya yang berlangsung terus dalam penderitaan (lihat Lukas 16:23).
Note: Firdaus dan Tartarus dipisahkan oleh jurang yang dalam sekali yang tidak bisa diseberangi. Dari Firdaus tidak bisa menyeberang ke Tartarus dan sebaliknya.
- Firdaus
- Gehena
Istilah dari bahasa Yunani yang diterjemahkan dengan “hell” dalam bahasa Inggris, Perjanjian Baru terjemahan baru menerjemahkannya dengan ‘neraka.’ Kata ini muncul 12 kali dalam Perjanjian Baru-Yunani (Matius 5:22, 29, 30; 10:28; 18:9; 23:15, 33; Markus 9:43, 45, 47; Lukas 12:5; Yakobus 3:6). Istilah ini diadopsi dari sebuah nama lembah di Yerusalem yaitu Ge-Hinnom (Ben-Hinnom) sebuah lembah milik anak-anak Hinnom.
Beberapa pemikiran tentang Gehena/Gen-Hinnom:
- Lembah anak-anak yang penuh ratapan dan tangisan.
- Lembah anak-anak yang selalu dihiasi dengan ratap tangis.
- Suatu lembah yang penuh ratapan.
- Nama sebuah lembah yang terletak di selatan dan timur Yerusalem.
- Suatu lembah tangisan anak-anak yang dibuang dan dipersembahkan bagi dewa Molokh.
- Suatu simbol tempat penghukuman.
Melihat hal di atas, timbul sebuah pertanyaan: Mengapa gehena (Gen-Hinnom) digambarkan sebagai suatu tempat yang mengerikan? Gehena digambarkan sebagai suatu tempat yang begitu mengerikan tidak terlepas dari latar-belakangnya dalam Perjanjian Lama (2 Raja 16:1-4; 2 Tawarikh 28:1-4).
Ketika raja Ahaz memerintah bangsa Israel ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ia melakukan penyembahan berhala. Mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dengan membuangnya ke lembah Ben-Hinnom yang penuh dengan nyala api. Lembah ini, yang terletak di bagian selatan dan timur Yerusalem dikenal sebagai tempat penyembelihan korban yaitu anak-anak (dengan dibakar) untuk dewa Molokh. Anak-anak dikorbankan dengan menyebutnya sebagai “korban yang benar.”
Firman Allah dalam Yeremia 7:31-33, “Mereka telah mendirikan bukit pengorbanan yang bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku. Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi "Tofet" dan "Lembah Ben-Hinom", melainkan "Lembah Pembunuhan"; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat, bahkan mayat bangsa ini akan menjadi makanan burung-burung di udara serta binatang-binatang di bumi dengan tidak ada yang mengganggunya.”
Tofet, nama sebuah tempat bukit pengorbanan di lembah Ben-Hinnom, di selatan Yerusalem, barangkali merupakan suatu lokasi dimana tiga lembah bertemu. Di tempat ini orang-orang Israel zaman dulu mempersembahkan korban bagi dewa orang Amon, Molokh (2 Tawarikh 28:3; 33:6). Mungkin juga tanah Hakal-Dama (Matius 27:7, 8; Kisah Rasul 1:18, 19) terletak di daerah ini. Orang-orang Arab menyebut daerah ini dengan sebutan “lembah neraka.” Ketika Yesus melayani di bumi, tempat ini dipakai sebagai tempat membakar sampah. Korban pertempuran antara orang Yahudi dengan orang Romawi pada tahun 70 AD, kebanyakan dari pihak Yahudi, karena mempertahankan Yerusalem dari serangan prajurit Romawi, diangkat dan dikuburkan di lembah neraka, Tofet - Ben Hinnom (The Coming Anti-Christ/terjemahan, hal. 336).
Pada periode antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, beberapa ahli dan penulis Yahudi mengatakan Ben-Hinnom adalah pintu gerbang menuju neraka. Pada abad tersebut kata gehena diartikan sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang jahat pada waktu mereka mati, atau pada waktu penghakiman terakhir. Kata Ben-Hinnom ini kemudian diterjemahkan dengan gehena dalam Perjanjian Baru.
Sebetulnya, pemikiran ini sudah ada pada zaman Musa (Ulangan 32:33; Yesaya 33:14). Kemudian berkembang pada zaman Romawi-Yunani (Daniel 3:11). Menurut kepercayaan orang Ibrani, tempat penyiksaan tersebut dipenuhi dengan ulat bangkai dan api yang tidak akan pernah padam.
Beberapa kali Yesus menggunakan kata gehena (neraka) untuk mengingatkan para pendengar akan kengerian api pengorbanan bagi dewa Molokh. Dalam Perjanjian Baru untuk menggambarkan gehena seringkali memakai kata-kata lain seperti “dapur api” (Matius 13:42); “lautan api” (Wahyu 19:20) “api kekal” (Yudas 7).
Bila pengertian menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru digabungkan, maka akan terlihat gambaran suatu tempat yang penuh dengan kecemaran, kesedihan dan penderitaan, api dan kematian. Kata inilah yang dipakai para penulis Alkitab (melalui ilham Rohkudus) untuk menggambarkan nasib akhir orang-orang yang tidak menerima Allah kelak.
Dengan mengabadikan dan mengingat hal ini, orang-orang akan melihat fakta bahwa neraka adalah tempat sampah bagi Allah, dimana Allah membakar dan menghukum orang-orang yang tidak taat termasuk iblis dan malaikat-malaikatnya.
Jadi, gehena/neraka, suatu kata dalam Perjanjian Baru -Yunani dengan latar belakang Perjanjian Lama. Istilah ini menjadi istilah yang cocok untuk menekankan penderitaan kekal di neraka.
APA YANG DIKATAKAN YESUS TENTANG NERAKA?
Hingga saat ini banyak aliran kepercayaan yang masih keras kepala dan mengingkari realitas neraka. Namun, ada satu fakta yang tak bisa disangkal bahwa Yesus berbicara banyak tentang neraka. Ia juga berbicara tentang penghukuman kekal. Saya yakin, dalam Perjanjian Baru, Yesus lebih banyak berbicara tentang neraka dari pada surga meskipun saya belum pernah menghitungnya.
Pada waktu Yesus mengajar, setiap peringatan tentang hari penghakiman, setiap perintah agar tidak berbuat dosa, setiap nasihat dan pengajaranNya, selalu menyertakan konsep tentang penghukuman yang kekal di belakangnya. Ia datang menjadi manusia dan berkorban bagi dosa-dosa manusia, bangkit, naik ke surga serta akan datang lagi untuk menghakimi manusia, merupakan suatu argumen kuat untuk menyatakan bahwa suatu saat nanti kita akan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita di hadapan tahta Kristus.
Ketika Yesus berkhotbah di atas bukit, Ia berkata, “.... ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Matius 5:22). Dalam Matius 13:42, 50, “.... akan dibuang ke dalam api neraka.” Dalam Matius 18:8, 9, “.... dari pada dicampakkan ke dalam api neraka ....” Kemudian dalam Markus 9:43, 47, 48, Yesus menyebutnya dengan “lautan api dan belerang” (bdk. Wahyu 21:8). Dan masih banyak lagi ayat Alkitab yang mengatakan tentang kengerian neraka.
Dari ayat-ayat di atas, Yesus selalu menggunakan kata-kata yang begitu menyeramkan untuk menggambarkan neraka. Mengapa? Agar orang-orang yang mendengarnya bisa mengerti dengan jelas akan kengerian neraka, disamping untuk mengingatkan kembali akan kengerian api pengorbanan bagi dewa Molokh, yang pernah dilakukan raja-raja Israel pada zaman dulu. Dengan demikian, para pendengarnya-pun akan berusaha untuk taat kepada Allah dan menuruti firmanNya, menjauhkan hal-hal yang bisa membawa mereka kepada hukuman neraka. Yesus mengabadikan sejarah tersebut sebagai gambaran penghukuman terakhir.
Ia juga mengajarkan bahwa neraka adalah tempat kegelapan yang terpisah dari Allah, Kristus, dan mereka yang selamat di surga (Matius 25:14; Lukas 13:28). Yang berada di neraka akan terpisah selama-lamanya. Tidak ada lagi kesempatan bertobat. Rasul Paulus mengatakan tentang neraka (2 Tesalonika 1:9), bahwa siapapun yang tidak mengaku Allah dan tidak mentaati Injil Kristus akan terkena siksa dan kebinasaan yang kekal. Selamanya akan terpisah dari kemuliaan kodratNya.
Tuhan juga mengajarkan neraka itu tempat dimana setan dan malaikat-malaikatnya dibuang. Sebab neraka dipersiapkan bagi setan dan para pengikutnya. Mereka semua dengan orang-orang jahat akan dibuang kesana setelah hari penghakiman (Matius 25:41; Wahyu 20:10,15; 21:8).
Bisakah Anda bayangkan bagaimana dipenjara bersama-sama dengan orang yang paling jahat dan setan tanpa ada harapan untuk keluar? Saya tidak bisa membayangkan. Mengerikan!
NERAKA dan SIFATNYA
Yesus tidak hanya mengajarkan realitas neraka tetapi juga sifatnya yaitu kekal. Ia mengatakan dalam Matius 25:46, “...akan masuk ke tempat siksaan yang kekal.” Rasul Paulus juga mengatakan sifat neraka dalam 2 Tesalonika 1:8-9, "... yang tidak menuruti Injil akan terkena siksa yang kekal.” Penulis kitab Wahyu mengatakan hal yang sama dalam Wahyu 20:10, "...iblis dan nabi palsu akan terkena siksa siang dan malam, selama-lamanya” (bdk. Wahyu. 14:11).
Konsepnya dalam hal ini sangat jelas, neraka itu kekal, bukan sementara yang diyakini penganut Mormonisme atau Advent Hari Ketujuh. Sebagaimana surga itu kekal demikian juga dengan neraka.
Dalam kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani, kata yang dipakai berkaitan dengan masa berlangsungnya neraka adalah “aionos,” yang artinya: kekal, tanpa akhir, abadi/tetap, tidak akan pernah berhenti, jangka waktu tidak bisa ditentukan. Kekal, untuk menghukum mereka yang menolak Allah, selama-lamanya dalam sengsara api. Apakah api itu adalah api yang sesungguhnya? Tidak! Tapi lebih buruk dari api yang sesungguhnya. Intinya, api neraka adalah dalam keadaan (api) yang paling buruk.
Terlepas dari sulitnya memberikan kata-kata yang paling tepat atau gambaran yang lebih jelas, namun kata-kata yang diucapkan Yesus sesungguhnya sudah lebih dari cukup menggambarkan kekekalan dan kengerian hukuman kekal, di neraka.
Mengapa Allah menghukum sampai masa yang tiada yang akhirnya? Apakah itu adil sebab hidup manusia di bumi sangat singkat? Jawabannya ada dalam pemikiran Allah. Itu merupakan rencana Allah. Itulah hukuman bagi orang-orang yang berdosa, sebab dosa merupakan kekejian bagi Allah.
Namun, ada satu hal yang perlu kita perhatikan bahwa Allah adalah Maha-Adil. Roma 2:6, “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Roma 2:11, “Sebab Allah tidak memandang bulu” (bnd. Ulangan 10:17). Karena adil maka tingkat penderitaan/hukuman di neraka sepertinya akan berbeda, sesuai dengan dosa-dosa yang diperbuatnya. Kelihatannya akan ada derajat penghukuman di neraka(?). (Lihat sebagai ayat perbandingan: Matius 11:20-24; Lukas 12:47, 48; 20:45-47; Yohanes 19:10,11).
Kalaupun ada derajat penghukuman di neraka, namun yang namanya dihukum pasti menderita dan itu kekal. Dan Allah tidak menghendaki seorang-pun ke sana. Ia ingin semua orang selamat, (2 Petrus 3:9).
DI MANAKAH LOKASI NERAKA ITU?
Hades (dunia orang mati) dikatakan berada di suatu tempat di rahim bumi, "...dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka .... turun hidup-hidup ke dunia yang mati;....” (Bilangan 16:32, 33).
Lokasi neraka (gehena) lain lagi. Mari kita lihat ayat-ayat berikut ini.
- Matius 8:12 “Sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
- Matius 25:30 “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu kedalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
- Matius 22:13 “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”
- 2 Petrus 2:17: “Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat.”
- Yudas 1:13: “Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri; mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya.”
Berdasarkan ayat-ayat di atas jelas sekali neraka (gehena) berada atau terletak sangat jauh dari dunia ini. Itu adalah tempat yang sangat dalam sekali, penuh dengan kegelapan, lebih gelap dari yang gelap di alam semesta yang kekal.
NERAKA (GEHENA) SUDAH ADA SAAT INI?
Ada fakta Alkitabiah yang menunjukkan neraka sudah ada saat ini. Kita simak pernyataan Yesus dalam Matius 25:41, “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”
Ada tesis ilmiah (bukan sebagai patokan orang Kristen) untuk menambah wawasan kita.
Dr. Schwarze, dari New York University, membuat tesis tentang tempat seperti ‘lautan api’ yang juga dikenal dalam ilmu Fisika sekarang ini. Ia mengatakan, kata ‘lautan’ menunjukkan suatu kumpulan (luas) zat dalam bentuk cair. Dikatakan, ada fenomena aneh di langit yaitu keberadaan bintang-bintang mini (kerdil). Seharusnya bintang itu berukuran ribuan kali dari besarnya sekarang ini. Namun karena suatu hal bintang-bintang itu tetap kerdil.
Suhu di pusat bintang itu antara 25 juta sampai 30 juta derajat Fahranheit. Pada suhu yang demikian akan terjadi banyak ledakan atom. Ledakan-ledakan inilah yang membantu menjelaskan fenomena aneh tersebut. Pada tempratur yang demikian semua zat akan berubah bentuk gas. Tekanan yang begitu hebat pada bintang-bintang mini tersebut sehingga gas menjadi padat sampai mencapai titik kekentalan, walaupun reaksinya mungkin tetap seperti gas(?) Bintang itu harus mengembang ke arah normal sebelum dingin.
Pengembangan ini akan menimbulkan panas yang luar biasa. Panas yang begitu hebat ini malah membuat bintang-bintang itu kembali dan tetap padat. Dengan demikian bintang-bintang mini itu tidak pernah bisa dingin. Para ahli Fisika terkemuka-pun menyimpulkan bintang-bintang itu praktis tidak pernah bisa padam.” (Things To Come: J. Dwight Pentecost/terjemahan Eskatologi, hal. 352-353).
Fenomena aneh inilah yang kemudian dijadikan beberapa pelajar Alkitab sebagai fakta ilmiah ‘mendukung fakta’ Alkitabiah neraka. Meskipun kita tidak tahu secara detail tempat neraka, tetapi dari Alkitab cukup bagi kita untuk percaya akan eksistensi neraka. Dimanapun neraka itu berada, biarlah itu menjadi rahasia Allah (bnd. Ulangan 29:29).
APAKAH ADA PERBEDAAN HUKUMAN TARTARUS DENGAN NERAKA?
Alkitab tidak menjelaskan dengan spesifik. Satu hal yang dapat kita yakini (sesuai dengan Alkitab), tartarus adalah tempat yang penuh dengan penderitaan, demikian juga neraka.
Namun ada hal yang berbeda yaitu di tartarus hanya ‘jiwa’ sementara di neraka ‘tubuh dan jiwa’ setelah kebangkitan dan penghakiman (Matius 10:28; 25:46). Disamping itu, keberadaan di tartarus hanya sementara menunggu kebangkitan dan penghakiman, sedangkan di neraka adalah kekal.
SIAPAKAH YANG AKAN MASUK KE NERAKA?
- Iblis atau setan (Wahyu 20:10).
Bukan hanya iblis (setan) tetapi juga nabi-nabi palsu yang menyesatkan. Mereka semua akan dilemparkan ke dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang (bnd. Wahyu 19:20). - Malaikat-malaikat yang memberontak (2 Petrus 2:4).
Yudas 6, “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar.” - Nabi-nabi dan guru-guru palsu (2 Petrus 2:1-22).
Bukan hanya mereka tetapi juga yang mengikuti ajaran mereka akan tersesat, hilang dan binasa di neraka. - Mereka yang menolak pesan Kristus, tidak percaya dan taat pada kebenaranNya (Markus 6:16; Matius 10:14, 15; Yohanes 8:24).
- Umat Tuhan yang memiliki sifat egois, pemarah dan yang berkata: kafir! kepada saudaranya (Matius 5:22).
- Mereka yang jahat, malas melayani Kristus, dan tidak memakai talentanya bekerja untuk Tuhan (lihat perumpamaan Talenta: Matius 25:14-30).
- Semua orang yang belum selamat, dan yang disebutkan dalam Wahyu 21:8: “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
- Mereka yang namanya tidak tercantum dalam buku kehidupan (Wahyu 20:11-15).
APA YANG AKAN TERJADI DENGAN PENGHUNI NERAKA?
Yang jelas, seperti yang sudah banyak disinggung sejak awal bahwa yang berada di neraka akan mengalami penderitaan dan siksaan yang tiada akhir (Wahyu 14:10, 11). Selain itu akan muncul kenangan dan penyesalan. Penyesalan yang tiada gunanya. Penyesalan yang tidak menyelamatkan (Lukas 16:19-23). Menyesal karena terpisah dari mereka yang selamat. Keberadaan di neraka tidak akan menghilangkan kenangan ketika hidup di muka bumi. Hal ini akan menimbulkan penyesalan yang tak terhingga. Inilah kematian yang kedua sebab kematian menurut Alkitab adalah perpisahan. Jadi, neraka itu benar-benar kematian yang kedua. Selamanya terpisah dari Allah.
Mereka akan menerima hukuman murka Allah (Wahyu 14:10). Pada awalnya air anggur murka Allah dipersiapkan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya, bukan untuk jiwa-jiwa manusia. Tetapi karena manusia ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan jahat iblis, memberontak kepada Allah, mereka-pun ikut menerima murka Allah.
Orang-orang berdosa dimusnahkan (dihukum) bukan karena tidak ada keselamatan bagi mereka tetapi karena mengabaikan kebaikan dan anugerah Allah. Neraka akan menjadi ‘rumah’ bagi mereka yang tidak siap menghadapi hari penghakiman yang besar itu.
KESIMPULAN
Apakah ada neraka? Ya! Neraka benar-benar ada. Alkitab dengan jelas mengatakan demikian. Sangat jelas sebagaimana eksistensi Allah, kehidupan yang kekal bersama umat Tuhan di surga, dan ada hukuman kekal di neraka. Bisa diringkas bahwa neraka itu adalah penghukuman yang kekal, penderitaan yang abadi, berada di kegelapan yang paling gelap, dalam lautan api dan belerang yang tidak akan pernah padam.
Jika Saudara percaya pada Allah, maka Saudara-pun akan percaya ada neraka. Allah tidak menghendaki satu orang-pun kesana (2 Petrus 3:9). Ia ingin semua manusia selamat, hidup kekal bersama Allah dan orang-orang suci di surga.
Allah Bapa sangat mengasihi kita sehinga mengutus AnakNya yang tunggal sebagai korban yang sempurna bagi dosa-dosa manusia (Yohanes 3:16). Tanggung-jawab kita adalah mendengar InjilNya, percaya pada firmanNya, kemudian bertobat dari dosa-dosa. Setelah itu kita harus mengaku Kristus sebagai Juru Selamat di hadapan manusia (Matius 10:32, 33; Kisah Rasul 4:12; Roma 10:9, 10).
Langkah selanjutnya adalah memberi diri dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Rohkudus sebagai jalan keampunan dosa (Matius 28:19, 20; Markus 16:15, 16; Kisah Rasul 2:38; Roma 6:3, 4). Setelah itu kita ditambahkan Tuhan ke dalam jemaatNya. Kita hidup dalam persekutuan yang indah bersama keluarga Allah. Kita harus setia sampai mati agar mendapatkan mahkota hidup yang kekal (Wahyu 2:10). Motivasi melakukan itu semua bukan karena ada ‘ancaman’ hukuman neraka tetapi karena memang kita mengasihi Allah.
Pustaka Acuan
1. J. Stephen Long, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab (tetapi tidak pernah terpikir untuk menanyakannya), Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, Jakarta 2002.
2. P. Hendrik Njiolah, Pr., Dunia Orang Mati Menurut Kitab Suci/suatu refleksi, Yayasan Pustakama Nusantara, Jogyakarta, 2002, hal. 19-22.
3. Paul Enns, Dr., The Moody Handbook of Theology; Buku Pegangan Teologi/Eskatologi: Doktrin Akhir Zaman, Malang, 2003, hal. 462-490.
4. Paul Sain, Ready For Growing Christians, Facts and Scripture on 100 Biblical Subjects/pocket edition, Sain Publication, PO BOX 616-Pulaski, TN 38478, p. 56.
5. Perry B. Cotham, Conversion, 1814 Santa Cruz, Grand Prairie, Texas 75052, p. 252-261.
6. Terry M., What Ever Happened to Heaven and Hell, p. 56-112.
7. Wil Mingtone, Eskatologi, p. 330-35.
8. Navie’s Topical Bible: Hell (Power Bible CD).
9. Adam Clark’s Commentary: Hell (Power Bible CD).
10. Torey’s Topical Text: Hell (Power Bible CD).
11. Thompson Chain’s Topics: Hell (Power Bible CD).
12. Kutipan kata/ayat Bahasa Indonesia diambil dari Alkitab Terjemahan Baru dan Alkitab Elektronik 2.0.0, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta 2003.
13. Kutipan kata/ayat Bahasa Inggris diambil dari Alkitab/Holy Bible NKJV (New King James Version), ABBA, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta 2003.