Apa yang Diajarkan Alkitab Tentang Kematian dan Kebangkitan



APA YANG DIAJARKAN ALKITAB TENTANG KEMATIAN dan KEBANGKITAN

Oleh Harun Tamale

PENDAHULUAN

Raja Salomo berkata: “...tiada seorang pun berkuasa atas hari kematian...” (Pengkhotbah 8:8b). Penulis kitab Ibrani juga menegaskan bahwa, “...manusia ditetapkan untuk mati ...” (Ibrani 9:27a). Salomo maupun penulis kitab Ibrani dengan ilham Rohkudus menyatakan sebuah fakta bahwa kematian adalah bagian dari hidup manusia dan bahkan tidak ada kuasa bagi manusia untuk meluputkan diri dari kematian. Seorang penulis bernama Andrias Kabanga mengatakan bahwa “kematian adalah bagian mutlak dari sejarah setiap orang” (Kabanga, 2002: 159). Dengan kata lain tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menghindar selain menghadapi kematian itu.

Meskipun kematian adalah bagian dari hidup manusia, namun bukan berarti kematian itu langsung mengakhiri eksistensi (keberadaan) manusia, seperti paham sebagian orang, karena berdasarkan pengakuan Alkitab (wahyu Allah) dan bahkan oleh pengakuan beberapa aliran kepercayaan lainnya bahwa ada sesuatu yang tidak dapat mati (roh) pada manusia. Kematian hanyalah menanggalkan sesuatu yang fana pada manusia di bumi dan membawa rohnya ke dunia yang lain. Roh itu akan tetap berada disana sambil menunggu waktu kebangkitan untuk menghadap pengadilan Allah terakhir (Yohanes 5:29; 2 Korintus 5:10; 2 Timotius 4:1).

KEMATIAN

Mengapa Penting Mengetahui Kematian? Kita perlu mempunyai tujuan mengapa belajar kematian. Berikut ini ada beberapa alasan pentingnya mengetahui kematian:

  1. Kematian adalah bagian dari hidup manusia.

    Penulis Ibrani mengatakan dengan pasti bahwa semua manusia telah ditentukan untuk mati (Ibrani 9:27). Tidak seorang pun yang dapat melarikan diri dari kematian.

  2. Allah melalui firmanNya membicarakan kematian.

    Allah yang pertama kali menyatakan kematian kepada manusia, bahkan sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kejadian 2:17). Tujuan Allah adalah supaya kita berusaha keras untuk setia kepadaNya, sehingga kita tidak mengalami penghukuman setelah kematian.

  3. Kematian adalah satu-satunya jalan untuk bertemu Allah di surga.

    Semua orang rindu untuk bertemu Allah, terutama umatNya. Dengan kematian-lah kerinduan itu akan menjadi kenyataan. Tidak cukup hanya rindu saja, tetapi lebih dari itu mentaati kehendakNya, karena itulah yang akan membawa kita untuk bersama-sama Allah selama-lamanya.

  4. Kematian akan membebaskan orang setia dari penderitaan.

    Orang Kristen yang mengikuti Allah dalam dunia ini mengalami banyak penderitaan. Alangkah malangnya terus mengalami penderitaan yang tidak berkeputusan, tetapi dengan adanya kematian mereka akan terlepas dari penderitaan baik fisik maupun mental.

  5. Untuk menghilangkan rasa takut menghadapi kematian.

    Banyak orang takut mati karena mereka tidak mengetahui ajaran tentang kematian yang sebenarnya. Akibatnya mereka berpendapat bahwa kematian itu sangat mengerikan, menyakitkan, dan lain-lain.

  6. Untuk dapat menghibur orang lain.

    Sehubungan dengan point 5, kita yang punya pengetahuan yang benar tentang kematian akan berbaik hati untuk mengajar orang-orang lain supaya mereka keluar dari ruang ketakutan dan mereka terhibur sehingga menjalani hidup ini dengan tenang.

  7. Untuk mengerti pengorbanan dan penderitaan Kristus melalui kematianNya.

    Kristus mengorbankan diriNya karena dosa-dosa manusia melalui kematian. Sebagai orang Kristen kita patut menghargai dan bersyukur bahwa melalui kematianNya kita memiliki pengharapan hidup kekal. Kalau kita mati di dalam Kristus maka kita akan mendapat pengharapan itu.

  8. Untuk menolak ajaran-ajaran palsu atau mitos tentang kematian.

    Banyak ajaran palsu tentang kematian yang membuat manusia bingung, dan akhirnya menimbulkan kekuatiran. Kita akan membahas hal ini lebih jelas pada bagian berikutnya.

  9. Untuk mempersiapkan diri kita menyambut kematian.

    Sudah siapkah kita untuk mati? Kalau kita sudah mempunyai pengertian yang benar tentang kematian, maka kita akan menjawab: “Ya.” Bagi yang belum kini saatnya untuk mempelajari kematian supaya siap juga menyambut kematian.

APA ITU KEMATIAN?

Kematian adalah salah satu topik eskatologis yang selalu menarik untuk dibicarakan. Pada prinsipnya, topik tentang kematian bukan lagi sebatas wacana saja di kalangan berbagai kelompok masyarakat atau berbagai aliran kepercayaan lainnya, tetapi kematian adalah sebuah fakta aksioma (tidak dipertanyakan lagi kebenarannya) yang harus diterima dan dihadapi oleh semua umat manusia di muka bumi ini. Faktanya dilihat dengan adanya orang mati setiap hari, jam, menit atau bahkan dalam hitungan detik, apakah karena penyakit, kecelakaan, lalulintas, bencana alam, pembunuhan, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya sehubungan kematian, manusia mulai bermitologi. Dickie Hill menulis, “dalam mitologi Yunani, Thanatos (kematian) adalah putra Nix (malam) dan saudara Hypnox (tidur).” (Hill, 1983: 9). Maka pada kesempatan ini kita akan membahas lebih dalam tentang pengertian kematian berdasarkan konsep kepercayaan tradisional, konsep ilmu pengetahuan, konsep beberapa aliran kepercayaan (agama), dan konsep Alkitab.

  1. Konsep Kematian Menurut Kepercayaan Tradisional

    Konsep kematian menurut kepercayaan tradisional mengacu pada kepercayaan yang dipegang oleh suatu suku tertentu tentang kematian. Saya kira masing-masing suku mempunyai konsep tersendiri tentang kematian, meskipun pada umumnya konsep itu didasarkan pada fenomena alamiah atau pengalaman yang dicampur dengan mitologi.

    Dalam kepercayaan tradisional suku Toraja, diakui bahwa manusia terdiri dari dimensi yang kelihatan (tubuh)dan yang tidak kelihatan (roh/jiwa). Pada saat seseorang menghembuskan nafas (penaa), maka tubuhnya akan kaku dan dingin, sedang rohnya akan keluar dari tubuhnya, namun tidak akan segera meninggalkan tubuhnya. Roh-nya (sumanga) akan tetap berada dekat mayatnya. Menurut Andrias Kabanga, “...sekalipun seseorang tidak lagi bernafas, dengan kata lain meninggal, namun dianggap “belum” mati, karena ...seseorang yang meninggal bila belum diupacarakan pemakamannya, maka mendiang masih dianggap tetap hidup” (Kabanga, 2002: 19,32,33). Jadi dalam kepercayaan tradisional suku Toraja kematian itu ditentukan oleh upacara pemakaman.

    Dalam upacara kematian ada tingkatannya, yang ditetapkan berdasarkan usia dan status sosialnya. Tingkatan upacara itu antara lain: Aluk Pia (upacara pemakaman anak-anak); Dipasang sang Bongi (upacara pemakaman tingkat sederhana- dewasa dari kalangan biasa); Dirapa’i (upacara pemakaman tingkat tinggi). Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian lapangan dari 48% responden, Andrias menyimpulkan bahwa kematian bagi suku Toraja adalah “peralihan dari dunia ini ke dunia seberang.” Pada dasarnya, peralihan ini tidak terlalu jelas pada upacara pemakaman pada tingkat sederhana dan menengah, kecuali pada upacara pemakaman tingkat tinggi, dimana mayat disimpan dalam waktu yang lama, kadang-kadang bertahun-tahun sebelum tiba upacara pemakaman (Kabanga, 2002: 23-29). Maka dapat disimpulkan, berdasarkan upacara pemakaman tingkat tinggi, mengapa suku Toraja mengartikan bahwa kematian adalah suatu peralihan karena orang yang mati akan melewati waktu yang cukup panjang menunggu upacara pemakaman tiba, yang akan memastikan orang tersebut sepenuhnya mati, dalam arti jiwa/roh orang mati itu telah meninggalkan tubuhnya.

  2. Konsep Kematian Menurut Ilmu Pengetahuan

    Kematian dalam konsep ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua bagian:

    a. Menurut Ilmu Kedokteran

    Menurut Dokter H. Tabrani Rab, “ada empat penyebab kematian pada manusia, yaitu: berhentinya pernafasan, matinya jaringan otak, tidak berdenyutnya jantung, serta adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri” (Tabrani Rab dalam Kabanga, 2002: 160).

    Lain lagi dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia), yang mengeluarkan pernyataan bahwa “dalam tubuh manusia ada tiga organ penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru, dan otak (khususnya batang otak)” (PB IDI dalam Kabanga, 2002: 160).

    Sebagai bukti bahwa Andrias setuju dengan pernyataan PB IDI di atas , maka secara luas ia menjelaskan masing-masing organ penting dalam tubuh manusia itu sebagai berikut:

    Jantung adalah salah satu faktor penting dalam menentukan kematian, karena dengan berhentinya jantung mengakibatkan berhentinya juga pernafasan. Bila jantung berhenti bekerja, maka pengedaran darah ke seluruh tubuh pun tidak akan berjalan dan pada gilirannya seluruh organ manusia manjadi kaku. Kemudian paru-paru adalah bagian yang menerima oksigen dan anoksemia, dan ketika paru-paru berhenti bekerja, maka tidak ada lagi yang menarik oksigen masuk ke dalam tubuh manusia sebagai kebutuhan vital manusia untuk bernafas. Sedangkan otak adalah sebagai pusat pengendalian diri sehingga manusia mampu berdiri tegak dan berpikir. Apa bila otak/batang otak mati, maka segala syarafnya tidak dapat lagi bekerja secara otomatis dan secara total otak tidak dapat lagi berfungsi.” (Kabanga, 2002: 160,161).

    Jadi kesimpulannya menurut ilmu kedokteran bahwa kematian adalah berhentinya seluruh organ tubuh bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Tetapi bagaimana dengan jiwa/roh pada manusia menurut ilmu kedokteran pada saat kematian? Ini adalah hal yang sulit untuk dijawab oleh Ilmu kedokteran, karena “...jiwa/roh itu abstrak, tidak dapat ditangkap oleh pancaindra...tetapi tidak berarti mengabaikannya.”(Kabanga, 2002:125). Hal itu terbukti dari pangakuan Prof. Helen M. Dupuis dan F. Tengker yang mengemukakan sebagai berikut:

    Ilmu kedokteran modern berangsur-angsur mulai merasakan desakan susur galur yang tak terpisahkan antara tubuh dan jiwa manusia dan sekaligus mendirikan rintangan bagi paham keyakinan akan adanya alam baka dimana roh menjalankan kehidupan kekal (Dupuis, et.al. dalam Kabanga, 2002: 126).

    Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ilmu kedokteran juga mengakui eksistensi jiwa/roh sebagai dimensi rohani pada manusia, yang akan tetap ada meskipun organ tubuh, dimensi fisik sebagai tempat roh bersemayam sebelumnya tidak berfungsi lagi.

    b. Menurut filsafat

    Konsep kematian menurut filsafat bertitik tolak dari perhatian para filsuf pada manusia. Salah satu contohnya adalah filsuf Plato, yang pertama kali memberi perhatian pada manusia. Dia percaya bahwa manusia itu terdiri dari dua dimensi, yaitu materi dan rohani. Andrias Kabanga mengatakan” Plato percaya bahwa sebelum seseorang itu dilahirkan ke dalam dunia ini, jiwanya sudah ada dan tinggal di tempat yang lebih tinggi, yang kemudian menjelmakan diri ke dalam tubuh materi” ( Kabanga, 2002: 165).

    Konsep Plato tentang kematian mirip dengan konsep Hindu dan Budha. Dia melihat kematian sebagai “permulaan suatu reinkarnasi ke keadaan yang rendah atau lebih tinggi” (Kabanga, 2002:165). Pada saat jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa itu akan bereinkarnasi pada kehidupan yang akan datang, apakah akan lebih baik keadaannya atau sebaliknya.

  3. Konsep Kematian Menurut Beberapa Agama

    Beberapa agama juga memiliki konsep kematian yang berbeda-beda, di antaranya:

    a. Menurut Saksi Yehovah, Worldwide Church of God, Kristen Ilmu Pengetahuan, Advent Hari Ke Tujuh

    Ke empat agama ini memiliki konsep yang sama tentang kematian. Menurut mereka kematian itu adalah penghapusan, ketidakadaan. Paham yang mereka pegang adalah “...ketika seseorang itu mati maka saat itu juga ia dihapuskan dari keberadaannya, baik tubuh maupun jiwanya.”(Tamale dalam Daniel, 2003: 39). Dengan kata lain kematian bagi seseorang adalah akhir dari segala-galanya.

    b. Menurut Hindu

    Dalam kepercayaan Hindu ada dua kekuatan yang berasal dari Brahman, yaitu Purusa (kekuatan kejiwaan) dan Prakriti (kekuatan kebendaan) yang kemudian bersatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Berhubungan dengan asal mula manusia, Hinduisme melihat manusia sebagai “buana alit” atau “mikro kosmos”(Kabanga, 2002: 172), dalam arti manusia adalah alam semesta kecil. Menurut kepercayaan Hindu, manusia terdiri dari dua dimensi: Purusa (jiwa/roh) dan Prakriti atau Artha (tubuh). Dimensi Prakriti ini terdiri dari 5 unsur: tanah, air, udara, ether, dan api. Sedang dimensi Purusa (rohani) adalah zat yang abadi pada diri manusia yang juga disebut “Atman.” Mengenai konsep kematian menurut Hindu adalah: terpisahnya atman dari artha (yang akan hancur). Atman pada manusia itu tetap hidup dan akan menghadap “Sang Hyang Widi Waca untuk menerima penjelamaan, yang akan ditentukan oleh karma (baik atau buruk) manusia itu” (Kabanga, 2002:173). Selanjutnya, Andrias Kabanga menyimpulkan konsep kematian menurut Hindu sebagai berikut:

    Kematian dalam kepercayaan Hindu adalah “batas” untuk jiwa menjalani penghakiman yang menuju kepada Nirwana atau menjalani proses penjelmaan. Manusia selamat apabila dalam karmanya telah mencapai kesempurnaan dengan melewati Samsara untuk kembali menyatu dengan brahman (Kabanga, 2002: 174).

    c. Menurut Islam

    Dalam kepercayaan Islam manusia juga terdiri dari dua dimensi: rohani dan jasmani, yang mereka percaya diciptakan oleh Allah. Konsep kematian dalam Islam adalah “pada saat seseorang mati, jiwanya meninggalkan tubuhnya. Tubuh itu kembali ke tanah, sedang jiwanya akan pergi ke alam barzah dan pada hari Qiamat besar jiwa itu akan satukan kembali dengan tubuh melalui kebangkitan untuk menerima penghakiman Allah” (Kabanga, 2002: 178).

    Jadi Islam juga melihat kematian sebagai perpisahan antara roh dan tubuh, yang kembali ke tempatnya masing-masing.

  4. Konsep Kematian Menurut Alkitab

    Allah dalam menyatakan wahyuNya kepada manusia adalah dengan mengilhami orang-orang tertentu untuk menuliskannya dalam kitab-kitab mereka yang semuanya terhimpun dalam Alkitab (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:20-21). Dalam Alkitab kita tidak hanya mengetahui hal-hal yang nyata dalam dunia ini, tetapi juga kita dapat mengetahui hal-hal yang bersifat abstrak. Dan perlu kita tahu bahwa Allah tidak pernah membuat siapapun bingung (1 Korintus 14:33).

    Sehubungan dengan bahasan kita tentang kematian, maka kita akan mempelajari bagaimana Alkitab berbicara tentang hal itu. Agar kita memiliki pengertian yang lebih baik tentang kematian, maka sebaiknya kita mempelajari manusia seutuhnya.

    Kitab Kejadian 1 menceritakan penciptaan segala sesuatu oleh Allah, termasuk manusia. Allah menciptakan manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia diciptakan menurut gambar Allah, yang mengindikasikan bahwa manusia menerima zat kekal dan beberapa sifat Allah. Pendiri Russellisme, Charles T Russell menolak manusia memiliki dimensi abadi, sehingga dia berkesimpulan bahwa manusia itu sama dengan hewan. Dia mengartikan kata “menghembuskan nafas hidup ke lubang hidungnya “ dalam Kejadian 2: 7 sebagai “...sebuah jaminan nafas atau roh hidup yang diberikan kepada manusia yang sama seperti yang diberikan kepada semua hewan yang bernafas” (Rusell – White Debate dalam Howard, 1976: 26). Tetapi saya melihat bahwa saat Allah menghembuskan nafas hidup ke lubang hidung Adam, Allah bukan hanya memberikan “nafas” tetapi sekaligus ”roh”, dan “jiwa” untuk tubuh Adam. Paulus mengakui bahwa manusia itu terdiri dari tiga unsur: Roh, jiwa, tubuh. Owen D. Olbricht memberi definisi kata “roh” dan “jiwa” Sebagai berikut:

    Kata Ibrani “nephesh” dan Yunani “psuche” yang diterjemahkan “jiwa”  memiliki beberapa arti. ..sebagai individu seutuhnya (1 Petrus 3:20), dapat ditujukan pada kehidupan (Matius 2:20; 6:25) atau batin (Matius 10:28)termasuk emosi (Markus 14:34; Yohanes 12:27), pikiran (Lukas 12:19) Kata Ibrani “ruach” dan Yunani “pneuma” paling sering diterjemahkan “roh” yang ditujukan pada sesuatu yang non-fisik, apakah itu angin (Kejadian 8:1; Yohanes 3:8), nafas (Kejadian 6:7), makhluk roh (Zakharia 6:5; Yohanes 4:24; Ibrani 1:14), kualitas dalam diri (Keluaran 28:3; 1 Korintus 4:21) atau roh manusia (Kejadian 45:27; 1 Korintus 2:11). Roh berbeda dari jiwa. jiwa dapat ditujukan pada seorang manusia seutuhnya (termasuk tubuh dan roh), pada kehidupan, pada batin. Roh adalah bagian dalam diri kita seperti keberadaan Allah yang non-fisik (Yohanes 4:24) yang diberikan kepada kita oleh Allah ketika kita di dalam kandungan (Pengkhotbah 12:7; Zakharia 12:1; Ibrani 12:9) (Olbricht dalam Cloer,1996: 5).

    Pada kesempatan lain ada pendapat yang mengatakan bahwa kata “roh” dan “jiwa” adalah sama, cuma penggunaannya seringkali silih berganti. Tetapi yang jelas bahwa jiwa dan roh tidak dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya berada dalam satu kesatuan. Sementara manusia hidup di dunia, Allah yang menciptakannya dengan kebebasan untuk memilih menuntut tanggung jawab dari manusia untuk memelihara dirinya (Kejadian 2:16). Tetapi manusia tidak mampu memelihara dirinya dari godaan iblis sehingga jatuh ke dalam dosa (pelanggaran terhadap hukum Allah - 1 Yohanes 3:4) dan sejak saat itulah kematian berlaku bagi manusia (Kejadian 3:17-19; Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Kematian masuk ke dalam dunia oleh karena dosa. Apakah kematian menurut Alkitab? Andrias Kabanga memberi definisi kematian yaitu:

    Dalam Perjanjian Lama dipakai kata mut, mawet, dan dalam Perjanjian Baru dipakai kata thanatos, nekros. Kata mut berkaitan dengan tugas dan larangan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia. Kata mawet dipakai untuk menggambarkan kematian yang diwarnai penderitaan karena menerima hukumanUlangan 19:6 dan Yeremia 26:11,16. Kata thanatos secara harfiah berarti terpisah.  maka thanatos menekankan keterpisahan, dan nekros menekankan hukuman/ sanksi. (Kabanga, 2002: 180, 181, 184, 186, 190).

    Selanjutnya kita akan melihat beberapa bentuk kematian yang dinyatakan oleh Alkitab. Pertama, kematian jasmani. Yakub mangatakan bahwa “tubuh tanpa roh adalah mati” (Yakobus 2:26). Salah satu contoh konkrit saat Yesus di kayu salib, “lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yohanes 19:30; bdg. Lukas 23:46). Pada saat roh Yesus keluar dari tubuhNya, maka otomatis tubuh Yesus mati. Jadi kematian jasmani ini adalah terpisahnya roh dan jiwa dari tubuh (Lukas 12:20; bdg. Matius 16:26 – dalam bahasa Inggris kata “nyawa” adalah “soul” yang lebih tepat diterjemahkan “jiwa”). Owen D. Olbricht mengatakan, “ketika jiwa keluar dari tubuh, maka tubuh itu mati. Jiwa tidak matidemikian juga roh ketika meninggalkan tubuh, tetap hidup” (Olbricht dalam Cloer, 1996: 7). Kematian jasmani hanya terjadi satu kali pada manusia (Ibrani 9:27), kecuali beberapa peristiwa ajaib yang tercatat dalam Alkitab tentang orang-orang yang dibangkitkan dari kematian. Sebagai kesimpulannya Dickie Hill memberikan defenisi kematian fisik secara kategoris berikut ini:

    a. Kematian adalah perpisahan antara tubuh dan roh (Yakobus 2:26; Kejadian 35:18; 25: 8; Lukas 23:46; Kisah rasul 7:59).
    b. Kematian adalah kepergian (2 Timotius 4:6; Filipi 1:23; Lukas 2:29).
    c. Kematian adalah menanggalkan kemah (2 Korintus 5:1,14).
    d. Kematian adalah tidur (Kisah Rasul 7:60; 1 Korintus 15:6; Yohanes 11:10-14).
    e. Kematian adalah istirahat (Matius 11:29; Ibrani 4:9-10; Wahyu 14:13).
    f. Kematian berarti kebinasaan tubuh jasmani (Pengkhotbah 12:7; Kejadian 3:19; 1 Korintus 15:50).
    g. Kematian adalah permulaan (bukan akhir kehidupan) (Matius 25: 31-40; Yohanes 10: 25-30; 5: 29; Matius 16: 27 dst). (Hill, 1982: 26-31).

    Kedua, kematian rohani. Kematian jenis ini tentu berbeda dengan kematian jasmani. Kematian rohani adalah terpisahnya hubungan persekutuan antara manusia dan Allah. Manusia mati secara rohani ketika melanggar perintah Allah, walaupun manusia itu tetap hidup secara jasmani. Hal itu kita dapat lihat ketika Allah mengatakan bahwa pada saat manusia memakan buah terlarang, maka manusia akan mati. Adam dan Hawa , manusia pertama benar melakukan itu atas bujukan Iblis. Pada ketika itu mereka mati secara mati secara rohani (terpisah hubungan persekutuan antara mereka dan Allah), dan sebagai hukumannya juga mereka akan mengalami kematian fisik (Kejadian 2:16,17; 3: 1-19). Allah melalui Yesaya berfirman: “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2). Allah terang-terangan mengatakan kepada manusia (khusus kepada UmatNya Israel) bahwa yang kematian rohani dialami oleh manusia ketika ia berbuat dosa.

    Ketiga, kematian simbolik. Apa yang saya maksudkan disini merujuk pada apa yang ditulis oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada orang Kristen di Roma, “Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?” (Roma 6:2,3). Dari ayat ini kita melihat bahwa baptisan digambarkan oleh Paulus sebagai kematian. Artinya setiap orang yang dibaptiskan ke dalam air, ia disamakan seperti orang mati yang pada umumnya dikuburkan. Untuk mati bagi dosa harus dibaptiskan ke dalam air sebagai jalan pengampunan dosa (Kisah Rasul 2:38).

    Keempat, kematian kedua. Istilah ini hanya kita temukan dalam kitab Wahyu (Wahyu 20:14; 21:8). Pengertian kematian kedua disini tidak harfiah, dimana setelah kebangkitan nanti semua orang akan menghadapi kematian yang kedua. Tetapi apa yang dimaksud penulis kitab Wahyu disini adalah penghukuman yang kekal di neraka.

APAKAH ORANG TETAP SADAR SETELAH MATI?

Sejak kita tahu bahwa jiwa dan roh manusia tetap eksis setelah kematian, kita ingin tahu apakah ia tetap sadar. Dengan membaca Lukas 16:19 – 31, dan Matius 17: 1-8, Saya yakin bahwa kesadaran itu tetap ada pada jiwa dan roh seseorang. Abraham dan orang kaya, Elia, Musa dengan Yesus tidak akan dapat bercakap – cakap bila tidak sadar. Roh juga bisa merasakan, apakah itu kebahagiaan atau penderitaan (Lukas 16: 24, 25, 28). Disamping itu, Alkitab juga menyatakan bahwa semua orang akan menghadap pengadilan Kristus ( Pengkhotbah 12:14; 2 Korintus; 2 Timotius 4: 1,8; Roma 2:6,16; Ibrani 9:27). Bagaimana tersangka (roh) akan diadili kalau ia tidak sadar? Tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini, selain menerima fakta bahwa roh manusia tetap sadar sama seperti ketika dia berada dalam tubuh jasmani.

BAGAIMANA KEADAAN ORANG SETELAH MATI?

Begitu banyak pertanyaan yang dapat ditanyakan tentang manusia dan kematiannya, dan mungkin pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang perlu mendapat jawaban. Kita sudah tahu bahwa setelah seseorang mati roh dan jiwanya masih tetap hidup dan sadar. Karena roh dan jiwa itu hidup, seperti apakah eksistensinya? Apakah ia berwujud atau sebaliknya? Apakah ia seperti angin, tidak kelihatan? Perlu kita ketahui bahwa Alkitab membedakan antara tubuh dan roh yang menyatu dengan jiwa (1 Tesalonika 5:23). Tubuh biasanya adalah wujud yang dapat disentuh dan dilihat, sedangkan roh dan jiwa suatu wujud yang tidak dapat dilihat mata jasmani. Tubuh bukanlah roh dan jiwa, demikian juga sebaliknya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ketika roh dan jiwa itu meninggalkan tubuh, ia diberikan oleh Allah tubuh sementara saat di dunia orang mati, sementara menantikan kebangkitan. Namun, tidak ada bukti Alkitab yang menunjukkan hal itu. Yang dapat kita temukan dalam Alkitab adalah bahwa murid – murid Yesus dapat melihat Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus (Matius 17:3), Orang kaya mengenal Abraham dan Lazarus setelah mati (Lukas 16:23-24). Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki wujud.

DI MANA ORANG BERADA SETELAH MATI?

Kita sudah bahas sebelumnya bahwa manusia terdiri dari dimensi jasmani dan rohani. Dimensi rohani bersifat kekal atau tidak akan lenyap. Maka tentu kita ingin tahu di mana ia (jiwa dan roh) berada setelah meninggalkan tubuh jasmani. Pandangan primitif mengatakan bahwa ketika seseorang mati, maka rohnya akan tetap berada di bumi ini dengan alasan tertentu, seperti menunggu upacara pemakamannya sebelum pergi suatu tempat yang telah disediakan baginya, mungkin yang menuntut balas atas kematiannya secara mengenaskan atau semacamnya dengan menghantui dan mengganggu orang yang memperlakukannya semasa hidupnya dengan tidak manusiawi, dan bahkan dalam beberapa peristiwa ada yang mengaku dimasuki/dirasuki oleh roh mati. Dalam kepercayaan Hindu dan Budha, jiwa akan mengalami reinkarnasi berulang-ulang sebelum menuju Nirwana dan Moksa, tempat kekal. Bagaimana ajaran Alkitab tentang tempat tujuan roh orang mati?

Alkitab mengajarkan adanya dunia orang mati. Kita akan membahasnya secara detail mengenai hal itu.

  1. HADES

    Baik Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru menyatakan dengan jelas di mana roh seseorang berada setelah kematiannya. Owen D. Olbricht memberikan penjelasan demikian:

    Perjanjian Lama mengajarkan bahwa (roh) orang mati pergi ke “sheol”; Dalam Perjanjian Baru sama dengan “hades.” Kata Ibrani sheol muncul 65 kali dalam Perjanjian Lama, yang diterjemahkan sebagai “neraka” 31 kali, “kubur” 31 kali, dan “lubang yang dalam” 3 kali. Penggunaan kata “neraka” sebagai terjemahan dari “sheol” adalah tidak tepat. Neraka adalah sebuah tempat api kekal. Sheol adalah tempat ...orang mati pergi...(Kejadian 37:35).... Kata Yunani “hades” yang artinya “tersembunyi” atau “tidak kelihatan”....muncul 10 kali dalam Perjanjian Baru (Olbricht dalam Cloer,1996: 10,11).

    Dari penjelasan Owen di atas, dapat dikatakan bahwa hades adalah dunia orang mati yang tersembunyi dari penglihatan mata jasmani, tempat roh-roh orang mati berada untuk sementara sambil menantikan kebangkitan. Tentu saja pembahasan tentang dunia orang mati tidak hanya sampai di sini. Sebab bila demikian akan timbul pendapat bahwa roh-roh orang jahat dan benar akan berada di tempat yang sama. Menjelaskan apa yang diajarkan Alkitab, Owen D. Olbricht mengatakan bahwa “hades terbagi dalam dua bagian yang terpisah, .... satu di antaranya adalah Firdaus, dan yang lainnya adalah Tartarus” (Olbricht dalam Cloer,1996: 11). Selanjutnya, kita akan melihat Lukas 16:19-31; 23:40-43; 2 Petrus 2:4 tentang pembagian Hades.

  2. FIRDAUS

    Setelah kematian Lazarus, rohnya dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham. Untuk melihat dimana tempat pangkuan Abraham itu berada, kita perlu melihat kitab Lukas 23:40-43. Yesus berkata kepada salah seorang yang disalib bersamaNya bahwa orang itu akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Maka kita dapat simpulkan bahwa roh Lazarus pergi ke Firdaus setelah dia mati. Firdaus adalah tempat roh orang-orang yang benar, seperti Lazarus ( Lukas 16:25). Firdaus adalah tempat peristirahatan sementara bagi orang-orang yang mati di dalam Tuhan (Wahyu 14:13).

  3. TARTARUS

    Selanjutnya dalam Lukas 16:23, orang kaya juga mati dan ia menderita di alam maut. Apa alam maut di sini? Alam maut adalah Tartarus. G.C Brewer mengatakan “kata ini hanya satu kali ditemukan dalam Alkitab (2 Petrus 2:4). Tartarus artinya sebuah jurang yang dalam sekali, tempat tahanan atau rumah penjara. Ini bukanlah tempat terakhir yang akan dituju orang-orang jahat setelah penghakiman” (Brewer dalam Daniel, 2002: 38).

    Jelas bahwa setelah kematian orang kaya, rohnya pergi ke Tartarus. Seperti halnya orang kaya ini, demikian juga orang-orang jahat setelah mati, roh mereka akan pergi ke Tartarus. Di Tartarus penderitaan sudah dirasakan oleh orang –orang jahat (Lukas 16:24, 25).

    Berdasarkan Lukas 16:26, ada “terbentang jurang yang tak terseberangi” (jurang pemisah) antara Firdaus dan Tartarus. Abraham memberi kesaksian bahwa orang-orang yang berada di Firdaus tidak bisa pergi ke Tartarus demikian-pun sebaliknya. Kita juga secara khusus perlu membahas ajaran palsu, tentang dunia orang mati yang sangat menyesatkan.

  4. PURGATORY

    Menurut kepercayaan Katolik, Purgatory adalah tempat sementara roh-roh orang berdosa. Mereka akan berada disana untuk menerima api penyucian dengan penderitaan. Kutipan dari sebagian isi buku mereka berjudul Plain Facts berbunyi: “Jadi kami berpendapat bahwa semua orang Katolik yang mati akan berada di Purgatory, ...” (Plain Facts dalam Howard, 1976: 29). Disamping itu juga, proses penyucian didukung oleh doa-doa orang yang masih hidup dan “pembayaran uang tebusan dosa kepada imam” (Martinez, Sr, dalam Daniel, 2002: 41). Mereka percaya bahwa setelah melalui penyucian di Purgatory, roh orang-orang yang berdosa sebelumnya, akan dapat masuk ke surga. Katolik menggunakan Matius 3:11 untuk mendukung ajarannya, Api Penyucian. Dalam ayat ini Yohanes Pembaptis mengatakan “ Ia (Yesus) akan membaptiskan dengan api.” Apakah benar yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis ini adalah baptisan api penyucian untuk orang-orang yang mati di dalam dosa mereka di Purgatory? Jawabannya, tidak. Apa yang dimaksud Yohanes Pembaptis dengan baptisan api adalah penghukuman Kristus. Alkitab tidak mengajarkan tentang adanya api penyucian dan dunia orang mati yang disebut “Purgatory.” Ajaran tentang Purgatory adalah ajaran yang dibuat manusia ( bdg. Markus 7: 7). Untuk membuktikan ajaran tentang Purgatory itu tidak alkitabiah dan tidak masuk akal McClintock dan Strong, Vol. 4, p. 622 menyimpulkan:

    a. Purgatory menghancurkan motif bagi manusia untuk hidup benar di bumi.
    b. Purgatory mengabaikan atau menentang Ibrani 9:27 bahwa manusia telah ditentukan untuk mati.
    c. Purgatory menjembatani jurang yang terseberangi antara Firdaus dan Tartarus (Lukas 16:26).
    d. Purgatory memberikan kesempatan kedua bagi orang berdosa.
    e. Purgatory memberikan kunci Hades kepada imam-imam, yang hanya manusia biasa.
    f. Para pemimpin Katolik telah memutarbalikkan kitab suci untuk memproduksi Purgatory.
    g. Purgatory bukanlah bagian dari pengajaran Kristus, murid-muridNya, dan para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru (McClintock & Strong dalam Howard, 1976: 30).

    Ajaran Alkitab tentang tempat orang-orang berdosa setelah mati adalah Tartarus. Dan tidak ada penyucian dosa di Tartarus meskipun mereka menderita disana, dan tidak ada yang dapat dilakukan orang-orang yang masih hidup untuk menyelamatkan mereka. Orang-orang yang ada di Tartarus hanya menantikan hari kiamat untuk menjalani hukuman yang kekal.

KEBANGKITAN

Apakah Kebangkitan Itu? Dickie Hill mengartikan kata kebangkitan sbb:

Kata Yunani yang diterjemahkan kebangkitan adalah anastasis. Anastasis adalah kata benda yang berasal dari kata kerja “isthmi” yang artinya “berdiri” atau “membuat berdiri.” Ditambah dengan kata depan “ana” yang berarti “ ke atas” atau “lagi.” Maka kata anastasis berarti suatu keadaan berdiri tegak atau suatu keadaan berdiri lagi.” (Hill, 1983: 90).

Kemudian J. J. Turner lebih luas mengartikan bahwa “kebangkitan adalah bangkitnya kembali tubuh sehingga terlepas dari kuasa kematian dan menjadi hidup kembali” (Turner, 1988, 68,69). Fokus kita dalam pembahasan tentang kebangkitan, akan saya batasi hanya pada kebangkitan Yesus dan kebangkitan universal pada akhir zaman, seperti yang dikatakan rasul Yohanes, “mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yohanes 5:29), dan tidak pada peristiwa kebangkitan orang–orang tertentu secara ajaib yang dicatat dalam Alkitab.

Sepanjang sejarah umat manusia, belum ada yang bangkit dan tidak mati lagi selain Yesus, “sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Korintus 15:20).

APAKAH YESUS DIBANGKITKAN?

Pembuktian bahwa Yesus dibangkitkan tidak akan didasarkan pada fakta-fakta ilmu pengetahuan, karena “tidak akan mungkin kecuali para scientist memberikan kesaksian bahwa mereka telah melihat Yesus bangkit dari antara orang mati” (Olbricht dalam Daniel, 1996: 26). Kita akan membuktikan kebangkitan Yesus berdasarkan fakta sejarah dan fakta dalam Alkitab.

Fakta Sejarah

Banyak orang yang mengakui bahwa Yesus pernah hidup, mati dan bangkit kembali dari kematian. Beberapa di antaranya memberi komentar, seperti Edershim mengatakan, “Kebangkitan Kristus mungkin tanpa segan-segan diumumkan sebagai fakta yang terbaik yang dibangun dalam sejarah” (Edershim dalam Daniel, 2003: 51). Ewald juga mengatakan, “tidak ada sejarah yang lebih pasti daripada Yesus bangkit dari kematian yang kelihatan kembali kepada pengikut-pengikutNya” (Ewald dalam Daneil, 2003: 51). John A Broadus menulis, “Jika tidak tahu bahwa Yesus dari Nazaret bangkit dari kematian, kita tidak mengetahui apa-apa tentang sejarah sama sekali” (Broadus dalam Daniel, 2003: 51). Ini berarti Yesus sangat dikenal oleh orang banyak dimana-mana, dan dengan pengakuan mereka ini, maka tidak diragukan bahwa Yesus memang bangkit dari kematian.

Fakta Alkitab

Alkitab memberikan fakta yang lebih jelas tentang kebangkitan Yesus. Fakta tentang kebangkitan Yesus, tidak kalah penting dari sejarah kehidupanNya sebagai manusia sejati di bumi ini.

  1. Nubuat Tentang Kebangkitan Yesus

    Seperti halnya dengan kehidupan, kematian Yesus, kebangkitanNya-pun telah dinubuatkan, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Mazmur 16:10 mengatakan: “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Kisah Rasul 2:26-28). Kemudian Yesus sendiri semasa hidupNya telah menubuatkan tentang kebangkitanNya. Dia berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Lukas 9:22; Matius 12:40; Yohanes 2:19).

  2. Kebangkitan Yesus

    Kita akan membicarakan dua hal, yakni: teori palsu dan dua bukti otentik kebangkitan Yesus berikut ini:

    a. Teori Palsu

    1. Tubuh Yesus diambil oleh Allah.
      Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya tubuh Yesus tidak bangkit, melainkan Allah mengambilnya dan memberikan tubuh surgawi kepadaNya dan kelihatan seperti tubuh jasmani pada waktu menampakkan diri kepada para pengikutNya. Tetapi Yesus telah menubuatkan bahwa tubuhNya akan bangkit (Yohanes 2:19, 22; bdg. Matius 17:22, 23; Markus 9:30-32). Dan setelah Ia bangkit (sebagai kegenapan nubuatanNya) Yesus menampakkan diri dan mengatakan, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Lukas 24:39). Dari ayat ini kita ketahui bahwa Yesus masih dalam bentuk tubuhNya dulu.
    2. Yesus hanya pingsan
      Teori ini mengatakan bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh mati, tetapi hanya pingsan saja dan ketika Dia siuman di dalam kubur, maka Dia langsung keluar dari kubur itu. Tetapi Alkitab mencatat beberapa fakta bahwa Yesus benar-benar mati, seperti kakiNya tidak dipatahkan, lambungNya ditikam dan mengeluarkan air dan darah yang memastikan bahwa Dia sudah mati (Yohanes 19:33, 34).
    3. Tubuh Yesus dicuri musuh-musuh, atau tubuh Yesus diambil murid-muridNya.
      Orang-orang Farisi dan imam-imam kepala memohon kepada Pilatus agar menempatkan penjaga-penjaga untuk melakukan penjagaan ketat (Matius 27:62-66).Bagaimana tubuh Yesus bisa dicuri atau diambil? (Bdg. Matius 28:11-15).
    4. Tubuh yang dikubur adalah tubuh orang lain.
      Teori ini mengatakan bahwa yang dibaringkan di kubur itu bukanlah tubuh Yesus, tetapi tubuh orang lain, kemungkinan tubuh Yudas Iskariot. Dalam Yohanes 19:38-42, menyatakan bahwa Yusuf Arimatea, Nikodemus meminta mayat Yesus kepada Pilatus untuk dikuburkan, setelah diizinkan maka mereka bersama beberapa perempuan membawa mayat Yesus ke kubur. (Silahkan baca “Mengapa Saya Percaya ?” halaman 46-50).

    b. Bukti Nyata

    1. Kubur yang kosong
      Ketika Maria Magdalena sampai di kubur Yesus, ia melihat kubur itu sudah terbuka dan tidak ada lagi mayat Yesus di sana (Yohanes 20:2, 3). Ada pendapat yang mengatakan bahwa Maria pergi ke kuburan yang salah. Apakah demikian? Lukas 23:55 mengatakan bahwa “perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan.” Tentu saja salah satu dari perempuan-perempuan ini adalah Maria Magdalena (Bdg. Lukas 24:1-3; Matius 28:1, 2; Markus 16:1-5; Yohanes 20:1). Jadi jelas bahwa Maria pasti tahu kubur tempat jenazah Yesus dikuburkan.
    2. Kain kafan yang dipakai untuk mengafani mayat Yesus dan kain peluh ditemukan.
      Ketika Petrus dan murid yang lain (mungkin Yohanes) pergi melihat kubur Yesus setelah mendapat laporan dari Maria, Mereka menemukan kain kafan dari lenan yang dipakai untuk mengafani tubuh Yesus dan juga kain peluh yang ditaruh di bagian kepala mayat Yesus (Yohanes 20:3-7; bdg. Lukas 23:53; 24: 22-24). Ini bukti lain yang semakin memperkuat kepercayaan bahwa Yesus benar bangkit.
    3. Bekas luka pada tangan dan lambung Yesus.
      Ketika Ia menampakan diri kepada murid-muridNya, Yesus menunjukkan bekas luka paku pada tanganNya dan juga bekas tikaman tombak di lambungNya (Yohanes 20:20; bdg. 19:34).
    4. Imam-imam kepala menyogok para serdadu Romawi untuk berbohong tentang kebangkitan Yesus.
      Setelah imam-imam kepala mendengar informasi tentang apa yang terjadi di kubur Yesus, mereka menyogok para serdadu Romawi untuk tidak menceritakan kepada wali negeri peristiwa yang sebenarnya, tetapi memfitnah murid-murid Yesus yang telah mencuri mayat Yesus dari kubur yang mereka jaga itu. Tetapi bagaimanapun usaha mereka untuk menyembunyikan fakta yang sebenarnya, tetap saja fakta kebangkitan Yesus itu diakui orang (Matius 28:11-15).

    c. Kesaksian Tentang Kebangkitan Yesus

      Disamping bukti ril di atas, Alkitab masih memberikan bukti lain tentang kebangkitan Yesus.
    1. Kesaksian malaikat
      Malaikat mengatakan kepada perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus bahwa Dia telah dibangkitkan, sambil menunjukkan tempat mayat Yesus dibaringkan yang sudah kosong (Matius 28:2-7; Markus 16:5-7; Lukas 24:5-7).
    2. Kesaksian Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lainnya
      Setelah Maria Magdalena mendengar perkataan malaikat dan juga melihat kubur yang sudah kosong, maka dia dan perempuan-perempuan lainnya langsung pergi memberi kesaksian kepada rasul-rasul tentang kebangkitan Yesus (Matius 28:1,8-10; Lukas 24:8-10; Yohanes 20:1, 2).
    3. Kesaksian 2 murid yang pergi ke Emaus (Lukas 24:13-35)
      Di tengah perjalanan menuju ke Emaus, kedua murid itu didatangi Yesus. Di sepanjang perjalanan mereka, termasuk Yesus sendiri terus membicarakan tentang kejadian yang menimpa Yesus, tetapi kedua murid itu tidak tahu bahwa yang sedang berdiskusi dengan mereka adalah Yesus. Mereka baru mengenal Yesus ketika makan bersama, dan kemudian mereka kembali ke Yerusalem memberi kesaksian kepada sebelas murid Yesus bahwa “...Sesungguhnya Tuhan telah bangkit...” (Lukas 24:34).
    4. Kesaksian rasul-rasul Tuhan, termasuk Paulus
      Sepuluh murid bersaksi kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan, yang menampakkan diri kepada mereka tanpa Tomas (Yohanes 20:24-25a). Tetapi Tomas tidak percaya dengan kesaksian mereka, dan delapan hari kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-muridNya, termasuk Tomas. Lalu Yesus menyuruh Tomas untuk menyucukkan jarinya pada luka tikaman di lambung Yesus. Setelah Tomas melakukan hal itu, barulah dia percaya bahwa Yesus telah bangkit (Yohanes 20: 25b – 28 ). Petrus juga pada hari Pentakosta bersaksi tentang kebangkitan Yesus (Kisah Rasul 2:22-24). Demikian juga dengan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Tuhan di Korintus memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus dan bahkan menyebutkan kepada siapa-siapa saja Yesus telah menampakkan diri, termasuk kepada dirinya sendiri (1 Korintus 15:4 –8).
  3. Pentingnya Kebangkitan Yesus

    “Kebangkitan adalah pusat dan kekuatan Injil Kristus.”(Hatcher dalam Daniel, 2003:51). Dalam 1 Korintus 15: 12 –19, 29, 30,32, Rasul Paulus menyatakan dengan jelas betapa penting kebangkitan Yesus itu bagi Kekristenan. Kita dapat menguraikannya sebagai berikut:

    a. Kalau tidak ada kebangkitan orang mati maka Kristus tidak bangkit, demikian sebaliknya.
    b. Kalau Kristus tidak bangkit, sia –sialah pemberitaan para rasul Tuhan.
    c. Kalau Kristus tidak bangkit, berita kebangkitan Yesus yang telah dikumandangkan rasul-rasul adalah bohong.
    d. Kalau Kristus tidak bangkit, sia –sialah iman orang Kristen.
    e. Kalau Kristus tidak bangkit, jangankan orang berdosa, orang Kristen-pun tetap dalam dosa.
    f. Kalau Kristus tidak bangkit, orang Kristen yang setia kepada Kristus akan binasa juga.
    g. Kalau Kristus tidak bangkit, orang Kristen adalah orang yang paling malang karena berharap kepada sesuatu yang kosong.
    h. Kalau Kristus tidak bangkit, tidak ada artinya baptisan dalam Kristus.
    i. Kalau Kristus tidak bangkit, percuma hidup menderita karena nama Kristus.
    j. Kalau Kristus tidak bangkit, orang Kristen berpesta pora saja sebab tidak ada kehidupan yang lebih menyenangkan selain di dunia ini.

SEPERTI APAKAH TUBUH YESUS KETIKA BANGKIT?

Banyak pendapat-pendapat yang muncul tentang seperti apa tubuh Yesus ketika Ia bangkit. Mungkin saja ini diakibatkan oleh perdebatan yang berkepanjangan dan tidak sampai kepada kesimpulan yang dapat diterima secara menyeluruh, sehingga akhirnya masing-masing membuat kesimpulan sendiri. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tubuh Yesus benar-benar dibangkitkan, tetapi kemudian dirubah menjadi tubuh rohani. Dan yang lain berpendapat tubuh Yesus yang bangkit sama seperti tubuh yang dimiliki Yesus semasa Ia hidup sebagai manusia sejati dan ketika kenaikanNya ke surga barulah tubuh Yesus berubah menjadi tubuh rohani. Kita tentunya tidak akan menerima begitu saja pendapat – pendapat di atas. Untuk itu sebaiknya kita melihat bagaimana Alkitab memberikan fakta seperti apa tubuh Yesus yang dibangkitkan itu.

Semasa pelayanan Yesus di bumi ini, Ia mengatakan bahwa tubuhNya akan bangkit (Yohanes 2:19, 22; bdg. Matius 17:22, 23; Markus 9:30-32). Alkitab memberi gambaran jelas tentang kematianNya, penguburan jenazahNya dan juga kebangkitanNya. Setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri, baik kepada orang secara individu ataupun berkelompok. Beberapa bukti yang dapat kita lihat seperti apa tubuh Yesus adalah ketika Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya, termasuk Tomas. Karena ketidak-percayaan Tomas, Yesus menyuruhnya untuk mencucukkan jarinya ke bekas tikaman pada lambung Yesus (Yohanes 20:27); Maria memegang Yesus (Yohanes 20:17; Matius 28:9); Yesus menyuruh murid-muridNya untuk menyentuh tubuhNya yang dapat diraba (daging dan tulang) (Lukas 24:39, 40). Ia makan (Lukas 24:30, 41-43).

Dengan fakta-fakta ini, maka “tubuh Yesus yang dibangkitkan sama seperti tubuhNya yang diturunkan dari salib dan dibaringkan di kubur” (Olbricht dalam Cloer, 1996: 26). Mungkin ada yang bertanya: “Bagaimana dengan Yohanes 20:19 yang menyatakan bahwa Yesus tiba-tiba berada di tengah- tengah para muridNya meskipun pintu-pintu rumah di tempat murid-murid itu terkunci semuanya? Ketika Yesus masih dalam pelayananNya, Ia pernah dibawa orang banyak ke tebing gunung untuk dibuang, tetapi Ia bisa melepaskan diri secara ajaib (Lukas 4:29,30; bdg. Yohanes 8:59). Sebagai jawabannya sangat berhubungan dengan kemahakuasaan Yesus. Disamping Yesus 100% manusia, Ia juga 100% Allah. Jadi karena Yesus itu Allah, maka Ia dapat menunjukkan keajaiban.

Apakah ketika Yesus naik ke surga dalam bentuk tubuh seperti yang bangkit (daging dan tulang)? Mungkin kita perlu lebih dulu melihat bagaimana nabi Elia diangkat Allah ke surga (2 Raja 2:11-14). Ketika Elia diangkat naik ke surga, Elisa sebagai saksi tidak menemukan tubuh jasmani Elia selain jubahnya yang terjatuh. Demikian juga kalau kita melihat peristiwa kenaikan Yesus dalam Kisah Rasul 1:9-11, tidak ada sesuatu (tubuh atau jubah) yang dikenakan Yesus tertinggal di hadapan murid-murid yang menyaksikan kenaikanNya itu. Namun bagaimana kita mengharmoniskan (bukan membandingkan) dengan pernyataan Paulus bahwa ada tubuh rohani, tubuh surgawi,dan tubuh jasmani (daging dan darah) tidak dapat mewarisi kerajaan Allah (1 Korintus 15:44, 48, 50)? Kesimpulannya bahwa ketika Yesus naik ke surga, tubuhNya berubah menjadi tubuh yang rohani.

APA YANG AKAN DIBANGKITKAN?

Paulus menganalisa apa yang ada di dalam pikiran orang dengan berkata: “Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (1 Korintus 15:35). Kata Owen D. Olbricht: “Karena jiwa dan roh itu tetap hidup di Hades, maka kebangkitan hanya ditujukan pada tubuh” (Olbricht dalam Cloer, 1996: 27). Owen memberikan alasannya demikian:

Apabila tubuh tidak dibangkitkan, maka tidak akan ada kebangkitan. Apabila tubuh tidak dibangkitkan, maka Yesus tidak perlu mendekati bumi untuk membangkitkan tubuh orang mati; sebaliknya Dia perlu pergi ke Hades untuk membangkitkan jiwa dan roh (Olbricht dalam Cloer, 1996: 27).

Alkitab tidak pernah mengatakan tentang kebangkitan jiwa dan roh, kecuali tubuh. Sesuai 1 Korintus 15:52-54, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dibangkitkan adalah tubuh. Tetapi tubuh yang dibangkitkan itu tidak akan binasa atau mati lagi.

SEPERTI APAKAH TUBUH KITA NANTI?

Tubuh kita nanti tidak akan sama seperti tubuh kita sekarang, karena kita akan menuju ke dunia kekekalan, maka “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa “ (1 Korintus 15:50). Paulus secara kiasan mengatakan bahwa kemah (tubuh jasmani) kita akan dibongkar Allah dan kita akan mengenakan pakaian yang baru (tubuh rohani) (2 Krintus 5:1,4). Tubuh kita akan sama seperti tubuh malaikat (Matius 22:30; Markus 12:25; Lukas 20:34-36). Yesus yang akan mengubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia (Filipi 3:20, 21; 1 Yohanes 3:2).

APA YANG TERJADI PADA SAAT KEBANGKITAN?

Peristiwa yang akan terjadi pada saat kebangkitan belum pernah terjadi. Peristiwa itu adalah yang pertama dan yang terakhir.
Berikut beberapa hal yang akan terjadi saat itu:

a. Yesus akan turun dari sorga (1 Tesalonika 4:13-18).
b. Suara Yesus akan didengar oleh semua orang yang berada di dalam kubur (Yohanes 5:25, 28).
c. Semua orang mati, apakah yang jahat atau baik akan dibangkitkan secara bersamaan (Yohanes 5:29; lihat Kisah Rasul 24:15).
d. Kuasa Allah yang akan membangkitkan orang mati (1 Korintus 6:14; 2 Korintus 1:9; 4:14; Yohanes 5:21).
e. Orang mati yang telah dibangkitkan dan orang yang masih hidup bertemu Yesus di awan-awan (1 Tesalonika 4:16-17).
f. Tubuh orang yang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak akan binasa (1 Korintus 15: 52).
g. Tubuh orang yang masih hidup dalam sekejap akan diubah tubuhnya menjadi tidak binasa lagi (1 Korintus 15:51, 53).(Olbricht dalam Cloer, 1996: 27,34).

KESIMPULAN

Tidak diragukan bahkan tidak dapat disangkal bahwa kematian adalah bagian semua manusia. Kita sudah mengetahui bagaimana pandangan tentang kematian menurut kepercayaan tradisional, menurut ilmu pengetahuan (baik ilmu kedokteran maupun filsafat), menurut beberapa aliran agama non Kristen sebagai perbandingan, dan yang paling penting menurut Alkitab sebagai pusat kepercayaan kita. Dengan demikian pengertian kita tentang kematian tidak meragukan lagi. Kita akan siap untuk menghadapi ajaran-ajaran palsu tentang kematian dan bahkan siap setiap saat menyambut kematian.

Kita juga sudah mempelajari dari Alkitab bahwa kehidupan manusia tidak berakhir begitu saja setelah kematian. Tubuh jasmani manusia memang mati, tetapi manusia juga memiliki jiwa dan roh yang tidak akan binasa atau mati. Roh dan jiwa orang-orang yang telah mati untuk sementara berada di dunia orang mati, sambil menantikan kebangkitan tubuhnya yang akan dirubah menjadi tubuh yang tidak binasa, dimana roh dan jiwanya akan menyatu kembali dengan tubuh rohani itu. Kebangkitan Yesus adalah patokan bagi kebangkitan semua manusia nanti. Dan akhirnya, yang pasti bahwa Alkitab mengajarkan ajaran yang benar tentang kematian dan kebangkitan.

Pustaka Acuan

1. Kabanga, Andrias. Manusia Mati Seutuhnya, Yogyakarta, 2002.
2. Cloer, Eddie.(Ed.), Truth for Today, Last Things, Owen D. Olbricht, South Locust, Searcy,1996.
3. Daniel, Alex (Ed.), Mengapa Saya Percaya, Bandar Lampung, 2003.
4. Hill, Dickie, Death and Dying, Abilene, Texas, 1983.
5. Turner, J. J., Life, Death And Beyond, Lambert Book House, INC., Florence, Alabama, 1988.
6. Howard, V. E. Where Are The Dead ?, Central Printers & Publishers, West Monroe, Louisiana, 1976.
7. Ayat -ayat dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru (TB) LAI 1974.

Baca selanjutnya Apa yang Diajarkan Alkitab tentang Neraka